Mohon tunggu...
ioanes rakhmat
ioanes rakhmat Mohon Tunggu... Ilmuwan - Science and culture observer

Seorang peneliti lintasilmu, terus berlayar, tak pernah tiba di tujuan, pelabuhan selalu samar terlihat, the ever-expanding sky is the limit.

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Mana yang Perlu Lebih Diwaspadai: Penularan Virus SARS-CoV-2 Lewat Permukaan Benda Padat atau Lewat Udara?

26 November 2020   13:39 Diperbarui: 26 November 2020   18:02 298
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hingga sekarang ini, orang umumnya terfokus pada ancaman penularan virus SARS-CoV-2 lewat sentuhan terhadap permukaan benda-benda padat yang diwaspadai telah terkontaminasi virus. Tangan yang telah menyentuh permukaan benda-benda padat yang sudah terkontaminasi akan menyentuh mulut, hidung atau mata, atau luka yang terbuka, yang menjadi "pintu masuk" virus ke dalam tubuh. Maka penularan terjadi. Inilah yang disebut "fomite transmission" (FT).

Kewaspadaan terhadap FT telah membuat orang di mana-mana menghabiskan biaya, tenaga dan waktu, untuk melap atau membersihkan dengan disinfektan permukaan benda-benda padat yang ada dalam ruangan-ruangan. Bahkan pakaian yang sedang dipakai juga diharuskan didisinfektan lewat cara-cara dan mesin-mesin penyemprot tertentu yang dapat membahayakan kulit dan mata orang yang memakainya.

Tetapi studi-studi lebih lanjut menunjukkan bahwa FT tidak terjadi, atau kalaupun terjadi kasusnya sedikit. Tak ada bukti, atau hanya ada sedikit bukti, bahwa FT dapat berlangsung. Pengetahuan ini juga ditopang oleh temuan-temuan yang menunjukkan bahwa kalau pun permukaan benda-benda padat telah terkontaminasi virus, virusnya sudah mati, atau sekarat, sehingga tak punya kemampuan menginfeksi lagi, sudah tidak infeksius lagi. 

Semakin banyak bukti yang menunjukkan bahwa penularan terbesar terjadi lewat udara indoor yang stagnan, relatif tidak bergerak, di dalam ruang indoor tertutup apapun yang tak memiliki ventilasi dan filtrasi yang baik dan memadai.

Virus cepat sekali terakumulasi dan terkonsentrasi dan makin bertambah banyak dalam ruang-ruang indoor yang tertutup seiring makin banyaknya orang yang keluar masuk dan yang berada lama di ruang-ruang tersebut. Kondisi ini dijumpai di ruang tertutup restoran, bar, nightclub, rumah ibadah, perkantoran, ruang pertemuan, studio, ruang kelas, bus, MRT dan LRT, pasar swalayan, toko-toko, bahkan ruang dalam rumah, dll. 

AC bukanlah ventilasi. Udara dalam ruang ber-AC tidak mengalir keluar ruangan, tetapi stagnan,... ya berhembus, terasa fresh, tetapi tidak berganti secara teratur dengan udara luar. Udara dalam ruang indoor ber-AC mutar-mutar di tempat.

Di dalam ruang indoor yang tertutup dan tak berventilasi, lewat hembusan nafas, suara dari mulut, bersin, batuk, menguap, orang yang membawa virus menyebarkan virus yang ada di dalam sangat banyak droplet kecil atau mikrodroplet atau aerosol yang terhembus, lalu lewat udara indoor menyebar dalam ruang.

https://news.yahoo.com/coronavirus-airborne-indoors-were-still-200413633.html

https://www.nature.com/articles/d41586-020-02058-1

Meski aerosol berukuran sangat kecil, yakni kurang dari 5 um (atau 5 mikrometer), dus memuat sedikit virus, bahaya muncul jika aerosol terakumulasi dalam jumlah besar dan berada stagnan dalam ruang indoor yang tak memiliki ventilasi yang cukup, dan juga bergerak mengikuti gerak udara ruang indoor yang terjadi seiring gerakan manusia di dalamnya. Jika orang menghirup udara dalam ruang ini, aerosol tersedot masuk ke saluran pernafasan. Droplet yang lebih besar akan langsung jatuh ke tanah/lantai, bisa sampai 1,5 m dari mulut yang memuncratkannya.

Ketika orang melakukan gerak apapun dalam ruang indoor yang tertutup, udara pun ikut bergerak, dan mikrodroplet ikut bergerak. Tidak bergerak terbuang ke luar, masuk ke ruang outdoor, tetapi stagnan dalam ruang indoor, mutar-mutar di ruang yang sama. Hembusan AC mempercepat gerak udara indoor dalam ruang yang itu itu saja.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun