Mohon tunggu...
ioanes rakhmat
ioanes rakhmat Mohon Tunggu... Penulis - Science and culture observer

Our thoughts are fallible. We therefore should go on thinking from various perspectives. We will never arrive at final definitive truths. All truths are alive, and therefore give life, strength and joy for all.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Tolerankah Paus Fransiskus terhadap LGBT?

28 Juni 2016   14:33 Diperbarui: 1 Juli 2016   01:35 310
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ketika seorang tokoh agama dunia berdiplomasi...! | Sumber Gambar: www.timeofgrace.org

Pertanyaan yang menjadi judul tulisan pendek ini harus dijawab: Sama sekali tidak!

Pada 29 Juli 2013, sang Paus dalam suatu kesempatan berkata, “Jika seseorang itu gay, dan dia mencari Tuhan, dan berkemauan baik, maka siapakah aku jika aku sampai menghakiminya?”

Sang Paus yang sama, pada 26 Juni 2016, menyatakan hal yang sangat serupa, “Jika seseorang itu gay.... dan dia berkemauan baik dan mencari Allah, maka siapakah kita jika kita sampai menghakiminya?”

Dua pernyataan Fransiskus ini bagi banyak orang memperlihatkan sang Paus sebagai seorang yang toleran terhadap kalangan LGBT.

Tapi bagi banyak orang lainnya, dua pernyataan yang serupa ini menunjukkan bahwa Paus Fransiskus tidak toleran terhadap LGBT. Argumen kalangan yang kedua ini sangat jelas. Berikut ini.

Bagi Paus Fransiskus, dan bagi Gereja Katolik Roma, LGBT itu tidak dihakimi sejauh mereka berkemauan baik dan mencari Yesus. Artinya, LGBT hanya dihormati sang Paus dan GKR hanya sejauh mereka hidup sejalan dengan standard moral GKR dan akan masuk ke dalam komunitas GKR! Ini seriously unfair!

Siapapun tidak bisa ajukan tolok ukur moral apapun untuk LGBT diakui atau tidak sebagai LGBT. Sekali lagi saya tegaskan, “tidak fair” jika LGBT diterima sejauh memenuhi kriteria partikular moral atau pastoral sebuah agama, apalagi jika sampai mensyaratkan jadi mualaf jika mau diakui sebagai LGBT.

LGBT ya LGBT secara biologis genetis, apapun perilaku moral dan apapun keyakinan keagamaan mereka atau ketidakyakinan mereka (sebagai ateis misalnya). Sebagai pembanding: seorang Jawa ya tetap seorang manusia, manusia Jawa, apapun kelakuan dan apapun kepercayaan ideologisnya. Hal yang genetis dan hal yang etis tidak bisa dicampurbaur.

Di suatu kesempatan lain sang Paus yang sama menyamakan bahaya persenjataan nuklir yang bisa memusnahkan kehidupan kodrati dengan bahaya spektrum orientasi seksual LGBT yang dilihatnya juga sedang mengancam kodrat ciptaan Allah. Ucapannya yang berlebihan ini bahkan dikutip dalam sebuah buku!

Jadi, saat berbicara tentang OS LGBT, Paus Fransiskus tidak berbicara dengan kejujuran ilmiah, tapi dengan bahasa diplomatis. Politikus dan agamawan menyatu dalam dirinya.

Hemat saya, pendapat PGI tentang LGBT yang dibeberkan dalam surat pastoral PGI tentang LGBT, 28 Mei 2016, jauh lebih maju dibandingkan pendapat Paus Fransiskus. Posisi PGI dibangun dengan landasan ilmu pengetahuan dan HAM yang universal, tidak partikular Kristen. Dengan bertolak dari landasan yang universal ini, barulah PGI masuk ke hal-hal partikular yang menyangkut sikap dan kelakuan yang gereja-gereja anggotanya perlu perlihatkan kepada kalangan LGBT.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun