Mohon tunggu...
ioanes rakhmat
ioanes rakhmat Mohon Tunggu... Penulis - Science and culture observer

Our thoughts are fallible. We therefore should go on thinking from various perspectives. We will never arrive at final definitive truths. All truths are alive, and therefore give life, strength and joy for all.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Sains tentang Kecerdasan Majemuk

29 Juni 2018   01:33 Diperbarui: 15 Juli 2018   16:58 1655
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: elhombredenegro/Flickr

KECERDASAN EMOSIONAL, misalnya, oleh tiga peneliti dari Yale Center for Emotional Intelligence, yakni Marc Brackett, Diana Divecha dan Robin Stern, didefinisikan sebagai suatu "kapasitas untuk bernalar tentang emosi-emosi dan bernalar dengan emosi-emosi". Kini kapasitas gabungan intelektual emosional ini dapat dipahami sebagai Pembelajaran Sosial dan Emosional (Social and Emotional Learning, atau SEL).

Kini telah ditemukan kasus-kasus nyata yang menunjukkan bahwa kecerdasan emosional berkorelasi dengan capaian-capaian positif dalam diri anak-anak pada usia dini kehidupan prasekolah mereka, dan juga dalam diri orang dewasa, termasuk manajer-manajer dan pemimpin-pemimpin perusahaan.

Selain itu, SEL pada anak-anak terbukti telah menghasilkan anak-anak yang memiliki kemampuan efektif untuk memimpin, membangun ikatan persahabatan yang kuat dan hubungan yang juga kuat dengan guru-guru mereka. Terlihat bahwa mereka berkembang lebih baik dalam mengelola konflik-konflik, dan lebih mampu meraih prestasi yang lebih baik dan lebih cepat di sekolah./15/

Ya, para neurosaintis sudah menemukan bahwa emosi dan rasionalitas bekerja interaktif dan saling mempengaruhi. Apa yang terjadi pada emosi berdampak pada rasionalitas atau intelek, dan juga sebaliknya.

Dualisme akal (positif) versus emosi (negatif) dalam pendapat filsuf Plato, yang diungkapnya secara metaforis sebagai dua ekor kuda yang berbeda watak, yang satu kuda putih dan yang lainnya kuda hitam, yang sedang dikendalikan seorang sais sebuah kereta kencana, kini sudah tidak relevan lagi jika dihadapkan pada temuan-temuan neurosains.

Charles Darwin, berbeda dari Plato, memandang bahwa dalam evolusi biologis, pengaruh emosi dalam suatu pengambilan keputusan membuat Homo sapiens dapat bertahan hidup ketika berhadapan dengan seleksi alamiah yang keras dan menyakitkan yang harus diberi respons adaptif.

Ya, jelas begitu, sebab, seperti ditulis Krueger, salah satu fungsi emosi kita adalah memandu kita untuk mendapatkan rasa senang dan menjauhkan kita dari rasa sakit./16/ Alhasil, dalam sejarah evolusi, karena digerakkan oleh emosi, Homo sapiens menghindari dan melawan hal-hal yang menyakitkan dan yang tidak memberi ketenangan dan kebahagiaan di saat mereka harus berhadapan dengan proses adaptif seleksi alamiah. Ketahanan hidup juga ditentukan oleh kepekaan emosi kita.

Neurolog Antonio R. Damasio dkk pernah melakukan dua eksperimen untuk menemukan dan menjelaskan hubungan emosi dan nalar.

Mereka khususnya berhasil memperlihatkan bagaimana emosi-emosi negatif dapat meningkatkan mutu keputusan-keputusan kita yang penting yang melibatkan risiko-risiko yang berbahaya yang dapat "dicium" atau "dipahami" hanya jika emosi bekerja dan ikut diperhitungkan dalam pengambilan keputusan yang lengkap./17/

Tapi ihwal seberapa jauh dan kuat emosi atau perasaan perlu dimasukkan ke dalam pengambilan keputusan-keputusan yang tepat dan bagus yang dipertimbangkan akal, juga ditentukan oleh konteks real situasi dan kondisi pengambilan keputusan itu.

Dalam perkara-perkara sosial yang sukar atau mustahil dikuantifikasi dan dianalisis secara objektif terukur dan logis matematis, dan hanya bisa dinilai secara subjektif dan bervariasi, akal membutuhkan emosi yang timbul ketika orang sedang menimbang-nimbang suatu perkara sebelum mereka mengambil sebuah keputusan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
  16. 16
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun