Mohon tunggu...
ioanes rakhmat
ioanes rakhmat Mohon Tunggu... Penulis - Science and culture observer

Our thoughts are fallible. We therefore should go on thinking from various perspectives. We will never arrive at final definitive truths. All truths are alive, and therefore give life, strength and joy for all.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Seluk-beluk Orientasi Seksual LGBT (Bagian 1)

3 Mei 2016   17:21 Diperbarui: 19 Juli 2016   11:31 4306
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar 1. Eksorsisme atau ritual pengusiran setan terhadap seorang gay. Ini ekstrim, tak ilmiah, cuma takhayul dan kebodohan. Sumber gambar http://douglaswhaley.blogspot.co.id/2014_06_01_archive.html.

Molekul INAH3

Neurosaintis Simon LeVay di tahun 1991 menemukan bahwa suatu bagian di dalam hypothalamus otak manusia yang berhubungan dengan seksualitas, yang berupa sekumpulan molekul yang berukuran sebesar sebutir padi, yang dikenal sebagai INAH3, ternyata lebih kecil dalam diri kalangan gay dibandingkan dalam diri kalangan pria hetero. Dalam diri lelaki hetero, INAH3 lebih besar lebih dari dua kali lipat dibandingkan dalam diri gay. Saya kutipkan abstrak dari temuannya yang telah dilaporkan di jurnal Science tahun 1991, berikut ini.

“Hypothalamus anterior dalam otak ikut berperan dalam mengatur perilaku seksual yang tipikal lelaki. Isi empat grup dalam area otak ini (dinamakan Interstitial Nuclei of the Anterior Hypothalamus, atau INAH 1,2,3 dan 4) telah diukur dalam jejaring pascakematian dari tiga kelompok subjek: perempuan, lelaki yang diasumsikan heteroseksual, dan homoseksual. Tidak ada perbedaan yang telah ditemukan di antara kelompok dalam volume INAH 1,2, atau 4. Sebagaimana sebelumnya telah dilaporkan [oleh Laura Allen dkk dari UCLA], INAH3 lebih besar lebih dari dua kali lipat dalam diri heteroseksual pria dibandingkan heteroseksual wanita. Namun, INAH3 juga lebih besar dari dua kali lipat dalam diri lelaki heteroseksual dibandingkan lelaki homoseksual. Penemuan ini menunjukkan bahwa INAH3 bersifat dimorfik terhadap orientasi seksual, setidaknya dalam diri lelaki, dan menyarankan bahwa orientasi seksual memiliki suatu substrat biologis.”/10/

Gambar 3. Lokasi molekul INAH3 dalam otak manusia. Sumber: www.simonlevay.com. Ditampilkan kembali di http://borngay.procon.org/view.timeline.php?timelineID=000027. “History of the Born Gay Debate and Theories of Sexual Orientation” (2900-146 SM hingga 8 Oktober 2015).

Selanjutnya, di tahun 1993, LeVay menerbitkan bukunya yang berisi kajian-kajian terhadap seksualitas manusia, yang diberi judul The Sexual Brain. Ini sebuah buku yang sangat bagus. Dalam web The MIT Press, pada Overview atas buku ini, ditulis hal berikut ini.

The Sexual Brain mencakup kajian-kajian yang luas, antara lain teori evolusioner, genetika molekuler, endokrinologi, fungsi dan struktur otak, psikologi kognitif, dan perkembangan. Semua disiplin ilmu ini disatukan oleh tesis LeVay bahwa perilaku seksual manusia, dalam semua keanekaragamannya, berakar pada mekanisme-mekanisme biologis yang dapat dieksplorasi oleh sains laboratorium. Buku ini tidak menghindari kompleksitas bidang kajian ini, tetapi dapat langsung dihargai dan dinikmati oleh siapapun yang memiliki minat dan perhatian yang cerdas terhadap seks.”/11/

Dalam pendahuluan buku ini, LeVay menyatakan bahwa tujuan penulisannya adalah

“untuk fokus lebih persis lagi pada mekanisme-mekanisme otak yang bertanggungjawab bagi perilaku dan perasaan-perasaan seksual. Berhubung ada banyak perbedaan individual yang mencolok dalam seksualitas―paling kentara di antara pria dan wanita, tapi juga di antara individu-individu sesama jenis seks―salah satu perhatian besar buku ini adalah mencari basis biologis bagi keanekaragaman ini.…, dan memahami seks dari sudut proses-proses selular yang memunculkannya.”/12/

Tesis-tesis yang diajukan LeVay semuanya diuji berdasarkan bukti-bukti empiris yang dapat disediakannya baik dari bidang keahliannya sendiri maupun dari bidang-bidang lain. Karena pendekatannya yang empiris dan klinis ini, patutlah dia mengkritik pendapat-pendapat Sigmund Freud tentang seksualitas manusia. Tulisnya dengan nada yang tajam:

“Berhubung saya telah terlatih di dalam menggunakan metode-metode sains, saya makin skeptik bahwa ada hal apapun yang saintifik dalam ide-ide Freud tentang seksualitas meskipun dia berulang-ulang menegaskan bahwa semua pendapatnya saintifik. Dan akhirnya, berbagai temuan telah dihasilkan dalam area biologi seksual yang semuanya menunjuk ke segala arah yang baru dan menggairahkan. Freudianisme, pada sisi lain, kelihatan telah menjadi sebuah dogma yang terfosilisasi dan tidak dapat digoyahkan lagi.”/13/

Dalam bukunya ini, kembali dia membeberkan penemuannya di tahun 1991 atas INAH3. Ada dua temuan yang sudah dihasilkannya:

  • Pertama, INAH3 rata-rata dua sampai tiga kali lipat lebih besar dalam diri lelaki heteroseksual dibandingkan perempuan heteroseksual. Temuan ini mengonfirmasi temuan sebelumnya oleh Laura Allen dkk dari UCLA.
  • Kedua, dalam diri gay, INAH 3 rata-rata lebih kecil dua sampai tiga kali lipat dibandingkan dalam diri lelaki heteroseksual./14/

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
  16. 16
  17. 17
  18. 18
  19. 19
  20. 20
  21. 21
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun