Mohon tunggu...
ioanes rakhmat
ioanes rakhmat Mohon Tunggu... Penulis - Science and culture observer

Our thoughts are fallible. We therefore should go on thinking from various perspectives. We will never arrive at final definitive truths. All truths are alive, and therefore give life, strength and joy for all.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Seluk-beluk Orientasi Seksual LGBT (Bagian 1)

3 Mei 2016   17:21 Diperbarui: 19 Juli 2016   11:31 4306
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar 1. Eksorsisme atau ritual pengusiran setan terhadap seorang gay. Ini ekstrim, tak ilmiah, cuma takhayul dan kebodohan. Sumber gambar http://douglaswhaley.blogspot.co.id/2014_06_01_archive.html.

Nah, sebagaimana ada banyak hetero yang sakit jiwa dan hidup tak setia pada satu suami/satu istri, menikmati freesex, suka nonton pornografi urakan, suka pesta seks gila, terkena dan menularkan HIV/AIDS, depresif, mau bunuh diri, hal yang sama juga bisa terjadi pada LGBT. Jadi, dalam hal ini hetero tidak lebih unggul dari LGBT, khususnya LGBT yang berjiwa labil yang dinamakan LGBT distonik.

Juga, sebagaimana banyak hetero berhasil jadi orang termashyur karena kecerdasan otak, kinerja dan prestasi mereka dalam berbagai bidang kehidupan dan pekerjaan, dan khususnya dalam dunia sains-tek dan senibudaya, hal yang sama juga terbukti bisa diberikan kaum LGBT kepada dunia dan umat manusia, sejak dulu hingga kini, khususnya LGBT tipe sintonik, yaitu LGBT yang percaya diri, hidup terbuka pada realitas dirinya dan dunia luar, gembira, merdeka, bermoral, bekerja dengan wajar dan penuh optimisme, dan punya marwah diri.

Jadi, daripada melakukan usaha sia-sia dan tak ilmiah untuk mereparasi LGBT, hal yang jauh lebih diperlukan adalah menemukan para LGBT sintonik yang cerdas di matematika atau dalam IPA, lalu mereka dimotivasi dan diberi beasiswa untuk sekolah setinggi-tingginya hingga akhirnya mereka menjadi para ilmuwan dunia yang terkenal.

Pada sisi lain, pemberdayaan dan pendampingan jangka panjang perlu diadakan bagi LGTB distonik untuk akhirnya mereka dapat juga menjadi LGBT sintonik yang dapat menjalani kehidupan mereka dengan teraktualisasi.

Jika ada rekan-rekan saya yang LGBT, yang saya kenal pribadi atau yang saya kenal lewat berbagai medsos, jalanilah kehidupan anda dengan relaks, kalem, cerdas, riang, jangan mata keranjang, jangan suka freesex. Pilihlah satu saja mitra hidup sejati, setia sampai mati satu sama lain, dan kerja keras dan kerja cerdaslah untuk dapat penghasilan halal.

Jika ini jalan hidup teman-teman LGBT, maka anda semua adalah LGBT yang punya self-esteem, punya harkat dan martabat diri. Apalagi jika anda punya IQ tinggi. Bangun dan kembangkan sains dan teknologi di negeri kita supaya lewat anda yang LGBT, Indonesia dapat menjadi negara maju yang mampu bersaing di arena global dalam dunia sains dan teknologi. Jika anda LBGT yang percaya diri, happy, relaxed, dan mampu mempertahankan harkat dan martabat anda dengan agung, maka dalam psikologi anda digolongkan sebagai LGBT tipe sintonik. 

Saya menganjurkan semua LGBT dan para ideolog anti-LGBT membaca dua buku ini yang membeberkan peran besar dan bermartabat yang pernah disandang para LGBT sejak zaman kuno dan seterusnya. Buku pertama karya Allan Bérubé, Coming Out Under Fire: The History of Gay Men and Women in World War II./46/ Buku kedua karya Robert Aldrich dan Garry Wotherspoon, Who’s Who in Contemporary Gay and Lesbian History: From Antiquity to World War II (2 jilid)./47/

Akhirnya, jika kalian LGBT, katakan serentak dengan lemah-lembut dan gembira, “We are proud of being dignified and noble LGBT humans!”

Salam dalam kesunyian,

Jakarta, 3 Mei 2016
ioanes rakhmat 

N.B. Bagian dua tulisan ini fokus pada aspek-aspek keagamaan, politik dan hukum kalangan LGBT. Kini sudah terpasang di sini. Bacalah dan bantu sebarkan demi pencerdasan masyarakat dengan lebih luas. Thank you.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
  16. 16
  17. 17
  18. 18
  19. 19
  20. 20
  21. 21
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun