Mohon tunggu...
ioanes rakhmat
ioanes rakhmat Mohon Tunggu... Penulis - Science and culture observer

Our thoughts are fallible. We therefore should go on thinking from various perspectives. We will never arrive at final definitive truths. All truths are alive, and therefore give life, strength and joy for all.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Betulkah Ms. Aung San Suu Kyi Rasis?

29 Maret 2016   03:15 Diperbarui: 2 Mei 2016   23:25 1377
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

SEBUAH CATATAN PENTING UNTUK ADE ARMANDO DKK ttg TUDUHAN MS. AUNG SAN SUU KYI RASIS

Dear Ade Armando dkk,
Di bawah ini petikan terpenting wawancara panjang dengan Ms. Aung San Suu Kyi yang dilakukan 16 Juni 2015 oleh The Washington Post. Wawancara selengkapnya anda dapat baca di sini.

Fokuskan perhatian anda pada apa pendapat-pendapat Ms. Suu Kyi tentang situasi dirinya dan apa isi pikirannya tentang kaum-kaum minoritas Burma.

Bandingkan dengan apa yang telah ditulis seorang biografer tentang Ms. Suu Kyi yang dibangunnya berdasarkan ucapan Ms. Suu Kyi seusai acara wawancara tahun 2013 oleh seorang wartawati yang dirujuk dalam biografi itu. Anda dkk tampak tergesa-gesa menuduh Ms. Suu Kyi bla bla bla hanya berdasarkan sebuah berita pendek yang mengacu ke si biografer yang telah menulis ttg Ms. Suu Kyi. Setelah saya cek bagian-bagian yang menyebut si wartawati ini dan pernyataan Ms. Suu Kyi tentang si wartawati ini dalam buku biografi itu, saya menemukan bahwa memang apa yang telah ditulis si biografer di situ bisa ditafsirkan lebih dari satu sudut pandang, dan mampu memicu orang untuk memanfaatkannya dengan tujuan rasis.

Hemat saya, si biografer itu memang telah berusaha bersikap fair terhadap Ms. Suu Kyi, tetapi, pada sisi lain, dia justru juga sedang menimbulkan masalah buat Ms. Suu Kyi dengan alinea-alinea dalam buku biografinya itu yang memuat kutipan pernyataan Ms. Suu Kyi seusai acara wawancara oleh si wartawati itu. Lagi pula, pernyataan Ms. Suu Kyi itu diperoleh si biografer itu dari informasi privat! 

Pada sisi lain, si wartawati itu jelas tidak fair saat dia mendesak Ms. Suu Kyi untuk memihak kepada salah satu pihak dan mengutuk pihak lainnya di Burma yang, jika dilakukan, dalam pertimbangan saya, hanya akan memperkeruh sikon politik dalam negara Burma sendiri. Jadi, yang pada dasarnya rasis, menurut saya, adalah si wartawati itu; dan si biografer itu, sayangnya, telah ikut menyebarkan rasisme ini, mungkin di luar kemauannya, lewat biografinya itu. Jadi, bukan Ms. Suu Kyi yang rasis.

Lalu, anda, Mas Ade dkk, mengajak teman-teman lain untuk ikut menandatangani sebuah petisi (yang disusun orang lain) yang meminta Hadiah Nobel perdamaian Ms. Suu Kyi dicabut. Apakah ini bukan sebuah kekeliruan anda? Apakah mungkin sebuah Anugerah Nobel bisa dicabut oleh lembaga yang mengeluarkannya? Ms. Suu Kyi menerima anugerah Nobel perdamaian ini tahun 1991 (selain namanya jadi harum, beliau juga menerima uang sebesar 1,3 juta USD). 

Seandainya bisa dicabut, apa manfaatnya buat kaum Muslim Rohingya? Apa jika Anugerah Nobel itu dicabut, lantas semua persoalan konflik antaretnis di Myanmar selesai dan Muslim Rohingya terbebas dari masalah mereka yang sudah bertimbun-timbun selama berdekade-dekade? Paling banter, seandainya petisi itu sukses (peluangnya 0,001 persen), Ms. Aung San Suu Kyi pribadi saja yang dipermalukan, dan keadaan ini bisa berdampak jauh lebih buruk pada Muslim Rohingya karena kemarahan para pendukung partai NLD. Terpikirkan gak hal ini oleh anda dkk?  

Ms. Aung San Suu Kyi menerima bunga dari para pendukung partai NLD sesaat setelah kembali dari perkunjungannya ke RRC 14 Juni 2015. https://www.washingtonpost.com/opinions/aung-san-suu-kyi-on-the-state-of-democracy-in-burma/2015/06/16/b3bfa124-141c-11e5-89f3-61410da94eb1_story.html

Supaya anda dkk dapat betul memahami posisi Ms. Suu Kyi, saya kutipkan bagian-bagian terpenting wawancara terhadap Ms. Suu Kyi pada tahun 2015. Harap anda tahu, bahwa wawancara si wartawati itu dengan Ms. Suu Kyi yang dikutip dalam biografi yang sudah saya sebut, telah berlangsung 2 tahun sebelumnya (di tahun 2013).

Berikut ini sebuah pembuka dari saya, lalu dilanjutkan dengan petikan wawancara tahun 2015 dengan Ms. Suu Kyi (terjemahan saya).

Sehabis perkunjungannya ke China beberapa waktu lalu, Ibu Aung San Suu Kyi pada 16 Juni 2015 diwawancara lewat telpon oleh jurnalis The Washington Post, Mr. Fred Hiatt. Ada sejumlah hal yang dibicarakan, misalnya hubungan partai Liga Nasional untuk Demokrasi (National League for Democracy, NLD) yang dipimpinnya dengan RRC, Pemilu Burma yang dijadwalkan November 2015 ini, ekstrimisme keagamaan, hak-hak kaum minoritas, dan hal-hal lain.

Tanya (Fred Hiatt): Mengapa nasionalisme Buddhis kini sedang bangkit?

Jawab (Ms. Suu Kyi): Aku pikir, kita harus membedakan nasionalisme dan ekstrimisme. Hal yang kami khawatirkan adalah ekstrimisme. Nasionalisme, ketika terkendali dan digunakan dengan cara yang benar, bukanlah suatu hal yang buruk. Yang menjadi masalah adalah ekstrimisme.

Tanya: Apakah sekarang ekstrimisme menjadi sebuah masalah di Burma?

Jawab: Menurutku, semua ekstrimisme di seluruh dunia, bukan hanya di Burma, di dalam masyarakat manapun, dapat menjadi sebuah masalah.

Tanya: Apa sumber esktrimisme di negeri anda? Kenapa kita sekarang sedang menyaksikannya?

Jawab: Ya, akupun bertanya-tanya. Tetapi tentu saja, jika anda sedang membicarakan negara bagian barat Rakhine, masalah-masalah ini telah berlangsung selama berdekade-dekade. Masalah-masalah ini memang terus membara, dan pemerintah belum bertindak cukup untuk mengurangi ketegangan dan menyingkirkan sumber-sumber konflik.

Tanya: Menurut anda, apakah orang Rohingya harus mendapatkan kewarganegaraan?

Jawab: Pemerintah Burma kini sedang melakukan verifikasi status kewarganegaraan di bawah UU Kewarganegaraan 1982. Aku pikir, mereka harus melakukannya dengan sangat cepat dan sangat transparan, lalu memutuskan apa langkah-langkah selanjutnya yang harus diambil dalam prosesnya.

Tanya: Apa yang anda akan katakan kepada rekan-rekan anda di luar Burma yang menyatakan bahwa anda harus terus-menerus berbicara tentang kondisi sangat buruk yang sedang dialami orang Rohingya dan minoritas-minoritas lain?

Jawab: Dalam negara Burma, ada banyak minoritas. Aku selalu mendukung hak-hak kalangan minoritas, perdamaian dan harmoni, dan juga kesetaraan, dan banyak hal lain, yang semuanya termasuk dalam nilai-nilai demokratis yang NLD dan kalangan lain sedang perjuangkan sejak tiga dekade lalu hingga kini. Kami sendiri selama bertahun-tahun ini telah mengalami tindakan-tindakan keras pelanggaran HAM, begitu juga kalangan-kalangan lainnya. Banyak sekali dari kalangan minoritas kami yang melawan berhubung hak-hak mereka tidak dilindungi. Perlindungan hak-hak kaum minoritas adalah suatu isu yang harus ditangani dengan sangat, sangat hati-hati, dan juga dengan secepat dan seefektif mungkin. Aku tidak yakin pemerintah sudah mengambil langkah-langkah yang cukup terhadap isu ini. Sebetulnya, menurutku, mereka belum melakukan hal-hal yang cukup mengenai isu ini.

Tanya: Apa yang anda maksudkan dengan “sangat, sangat hati-hati”?

Jawab: Maksudku hanyalah bahwa itu adalah suatu isu yang sangat sensitif, dan ada sangat banyak kelompok rasial dan keagamaan, sehingga apapun yang kami lakukan terhadap suatu kelompok, akan selalu ada dampaknya pada kelompok-kelompok lain juga. Jadi, situasinya memang sangat rumit, sehingga tidak bisa diselesaikan dalam satu malam saja.

Tanya: Apakah partai-partai ekstrimis merupakan sebuah risiko politis bagi NLD, dan apakah bisa ada satu alasan untuk sentimen semacam itu ditimbulkan dan ditunggangi?

Jawab: Itu mungkin saja, sebab NLD tidak pernah mendukung ekstrimisme dalam bentuk apapun. Jadi, kelompok-kelompok ekstrimis tidak akan memandang diri mereka sebagai sahabat-sahabat NLD. Jadi, sangatlah mungkin ada suatu motif politis di balik apa yang dinamakan kebangkitan gerakan-gerakan keagamaan.

Nah, saya berharap, kita semua jadi makin bisa lebih empatetis dalam memahami posisi Aung San Suu Kyi, dan tetap yakin bahwa dia berkomitmen untuk membela dan melindungi hak-hak kaum minoritas Burma yang memang sedang banyak dilanggar. Semoga NLD akan menang telak dalam Pemilu November mendatang ini, dan hasilnya tidak akan dianulir oleh militer Burma yang masih belum bisa melepaskan diri dari kekuasaan politik, sementara pemerintah yang sedang berkuasa sekarang menjalankan politik demokrasi semu.

Semoga Daw Suu dilindungi oleh kekuatan Langit, sehingga seusai Pemilu yang akan datang ini, dia tidak akan dikenakan tahanan rumah lagi, dan demokrasi menang telak di negerinya. Hanya di dalam demokrasi, hak-hak kelompok-kelompok minoritas apapun akan dihargai, dan kewajiban-kewajiban mereka akan juga dapat dijalankan dengan baik.

Itu semua kutipan dari tulisan panjang saya tentang sikon di Burma dalam kaitan dengan Muslim Rohingya di sana. Selengkapnya tulisan saya ini, yang saya tulis bertahun-tahun lewat update terus-menerus, dapat dibaca di sini. Setelah anda dkk membacanya, saya berharap anda dapat lebih luas dan jernih memahami duduk perkaranya yang memang tidak simpel. 

Terima kasih atas perhatian anda dkk.

Oh ya, saya minta maaf, saya tidak bersedia ikut menandatangani petisi tersebut di atas. Petisi itu isinya rasis.

Salam,

Ioanes Rakhmat

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun