Mohon tunggu...
I Nyoman  Tika
I Nyoman Tika Mohon Tunggu... Dosen - Dosen

menulis sebagai pelayanan. Jurusan Kimia Undiksha, www.biokimiaedu.com, email: nyomanntika@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Trip

Kenangan Indah di Kereta Api Badrasurya

29 September 2022   23:50 Diperbarui: 30 September 2022   00:04 492
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Travel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Jcomp

Saya suka naik kereta api kelas ekonomi ketika kuliah di Bandung, karena bisa  melihat pemandangan alam persawahan,murah,  bebas macet, dan bisa  bertemu banyak orang dari lapisan masyarakat kebanyakan. Kereta apai kelas ekonomi ketika itu, bisa dipakai wahana menumbuhkan empati, sebuah sikap  rendah hati bisa muncul di sana, untuk itu saya teringat pesan guru saya, "Orang yang empatik adalah pendengar yang baik, sabar, pengertian, dan baik hati." Sabar tentu menjadi sangat dibutuhkan dalam ruang yang berdesak-desakan, panas dan kerap berdebu. 

 Kereata api  juga menjadi etalasi ruang berdialektika, dan mereflesikan ruang kritis , apa lagi  kuliah di ITB, kampus yang dikenal dengan sebutan Perguran tinggi Cap Gajah.  Bandung -Banyuwangi, bolak balik selalu saya jalani dengan   kereta api. Perjalanannya memang menantang sekaligus memiliki beragam kisah, yang selalu bisa diungkapkan dari berbagai perspektif.

Pada dimensi ini, saya  teringan pesan Corrie ten Boom, penulis Belanda, yakni,   ketika kereta melewati terowongan dan hari menjadi gelap, Anda tidak membuang tiketnya dan melompat. Anda duduk diam dan percaya pada teknisi.Belajar untuk berdiri di posisi orang lain, untuk melihat melalui mata mereka, itulah bagaimana perdamaian dimulai. Dan terserah Anda untuk mewujudkannya. Empati adalah kualitas karakter yang dapat mengubah dunia. Dan, di kereta api siang semua nasihat ini seakan menemukan jawabannya.

Kereta api merupakan moda angkutan massal yang memiliki banyak kelebihan dari moda angkutan lain terutama sebagai solusi dari masalah kemacetan yang terjadi di tanah air. Kenyamanan dalam perjalanan yang bebas macet membuat banyak masyarakat menggunakan moda transportasi ini sebagai alat transportasi mereka. Kereta api akan tetap menjadi pilihan dalam aktivitas banyak orang, selain itu filosofinya seakan menguatkan bahwa, Hidup kita adalah perjalanan yang konstan, dari lahir sampai mati. Pemandangan berubah, orang-orang berubah, kebutuhan kita berubah, tetapi kereta terus bergerak. Hidup adalah kereta, bukan stasiun. 

Mungkin kalau tidak kuliah ke ITB, mungkin saya  tak kenal kereta api  siang kelas ekonomi ini. Ketika itu tahun 1990 an, saya mengambil Pra S2 di Jurusan Kimia ITB, dengan beasiswa TMPD, semacam persiapan untuk mengambil S2 di ITB, mengapa demikian? Saya berasal dari bidang ilmu Pendidikan, kalau ingin kuliah di S2 Kimia murni ITB harus lewat pra-s2, semacam matrikulasi, yakni mengambil beberapa mata kuliah di S1 Kimia ITB. 

Banyak kenangan di masa kuliah saya itu , saya ingat waktu itu kuliah Kimia Fisika dengan Prof Surdia, mahasiswa ITB , Fadjroel Rachman (Kini, Duta Besar RI untuk Kazakhstan merangkap Republik Tajikistan ) sedang duduk di depan saya dicokok di ruang kuliah, karena dia memimpin demo, Pak Rudini ke ITB ketika itu. Tentu kondisinya mencekam Ketika itu. Selain kuliah yang unik dengan beragam aksi demo-demonya itu, saya kerap berdiskusi dengan teman di kereta api ketika saya pulang ke Bali, sampai disitu kereta api siang Badrasurya, menjadi ruang yang tak pernah Lelah untuk menatap sang rakyat , mengkritisi pemerintah orde baru

Badrasurya, nama yang mengesankan. Pada tahun 1990-an KA Badrasurya (Bandung Raya Surabaya) adalah kereta api kelas ekonomi legendaris dengan trayek dari Stasiun Bandung Kebon Kawung (Stasiun Hall) menuju Stasiun Surabaya Gubeng. Kereta yang telah setia melayani sejak 1970-an ini berhenti beroperasi tahun 1997, dan terakhir saya menaikinya.

Suatu pagi dari gang sempit di Kawasan pelesiran Bandung, tempat saya, kost , pagi-pagi buta, saya menuju stasiun kereta Api, di dalem kaum, tujuannya untuk naik kereta siang, Jurusan Bandung Surabaya. Dan terus pulang ke Bali, dengan biaya murah, cocok dengan isi kantong mahasiswa.

Kereta api badrasurya , pernah menjadi raja jalur selatan waktu siang hari. Pelayanannya untuk dekat dengan rakyat kelas bawah, dan pelancong mahasiswa yang ingin berpetualang jauh, Disana kita melihat kemiskinan, berdesakan, tempat duduk tidak memenuhi jumlah penumpang , namun dia selalu menjadi pelipur lara bagi mereka yang ingin berpetualang, namun kini Kereta BadraSurya tinggal kenangan, karena telah diganti dengan KA Pasundan, untuk mengisi jurusan yang sama

Pagi itu, sesampai di Stasiun utama Bandung disebut juga Stasiun Hall. Berada di Jalan Stasiun Timur 1 ( Jalan Kebon Kawung No.43) Kota Bandung. Stasiun yang terletak di ketinggian +709 mdpl ini terbagi menjadi 2 bagian yang tetap disatukan, yakni stasiun hall dan terminal angkutan kota.

Saya Membeli tiket ngantri, tidak dapat tempat duduk, lalu berdiri, mencari kalau-kalau ada yang kosong. Tempat duduk di kereta itu, yang diberi nama " Kereta api ekspres siang" Badra Surya itu. Sampai di Surabaya Wonokromo saya , melanjutkan perjalanan Ke Denpasar, biasanya naik Bus, atau dilanjutkan dengan kereta Mutiara timur, dilanjutkan dengan tujuan Denpasar pakai Bus tujuan Denpasar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun