Mohon tunggu...
I Nyoman  Tika
I Nyoman Tika Mohon Tunggu... Dosen - Dosen

menulis sebagai pelayanan. Jurusan Kimia Undiksha, www.biokimiaedu.com, email: nyomanntika@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Politik

Presiden Jokowi dan Kesetimbangan sesuai Azas Le Chatelier

18 Juni 2022   22:07 Diperbarui: 20 Juni 2022   06:49 202
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Saya mencoba melihat bahwa masyarakat dari dekat mereka  berangkat ke kota pagi hari misalnya, mereka bisa berjualan sayur mayur hasil kebun, lalu balik membawa kebutuhan pokok yang cukup untuk beberapa hari, siklus demikian terus terjadi tak hirau tempat transaksi berjualan pagi itu di jalan besar,  walaupun Pemda buleleng telah membuat 'pasar yang asri' tetap saja para pedagang tumpah rumah di jalan.  Pedang yang ada di dalam pasar ber AC, kerap berteriak taka da pembeli, dan rugi dengan ongkos operasional kiosnya , karena para pedagang lain kerap bebas  berjualan di jalan-jalan. Tindakan penertiban yang berbudaya sangat dibutuhkan.

Kondisi demikian mendesak diwujudkan  agar masyarakat tertib. Para warga masyarakat juga disodorkan  banyak poster besar  untuk memikat hati sang warga, seperti  poster Puhan Maharani, Prabowo, dan Airlangga Hartanto yang besar namun para pedagang itu pun tak tahu, siapa itu, karena dia mungkin tidak mengalami hubungan langsung, tidak bekerja yan tidak makan. Setiap hari hanya bergantung pada BLT itu tak mungkin,  saya harus bekerja, pupuk murah, kebutuhan pokok murah, listrik murah, dan  rumah sakit gratis itulah, harapan sederhananya.

Khabar Presiden Joko Widodo (Jokowi) melakukan reshuffle kabinet pada Rabu (15/6), pun tak mengganggu aktivitas, berita itu tidak menarik, kalau harga-harga kebutuhan pokok tidak stabil, sama saja, Ia, kalau membawa barang saat berjualan ada  tibun, paling diusir, ya... nasib rakyat kecil memang begitu.

Oleh karena itu, banyak orang berbicara atas nama rakyat, itu bukan sesungguhnya mereka sedang berjualan, agar perut mereka terisi penuh, untuk meninggikan harga mereka. Orang yang meramaikan itu memunculkan Pertanyaan menarik yang tidak hanya  di media, banyak komentar para pakar dan analisis politik berseliweran. 

Diskusi -diskusi kecil kerpa menyindir peran anggota  anggota DPR, tempat tidur paling enak itu bukan kasur tapi kursi gedung DPR saat rapat. Saat ini budaya bukan cuma tarian atau lagu daerah saja, tapi juga ada budaya korupsi.Begitulah kerap rakyat berteriak sinis, namun semakin ke atas suara itu nyaris tak terdengar.

Makna lain juga terlontar oleh masyarakat kecil yang saya temui,  Kalau semua orang jadi politikus, lalu siapa yang jadi rakyatnya. Politik itu santai, yang repot yang para politikusnya.Sekarang teman, besok musuh, besoknya berkoalisi lagi. Begitulah politik.

Lalu, Made Bayur di tempat parkir itu , juga berkomentar " Politisi tidak pernah percaya atas ucapannya sendiri. Mereka justru terkejut bila rakyat mempercayainya. Ketika politik mengajarkan bahwa tugas politikus sesungguhnya melaksanakan kehendak rakyat, namun, yang terjadi mereka hanya mementingkan dirinya sendiri."

Saya sendiri menyaksikan diskusi itu, kebetulan ikut ke pasar, sama seperti bapak-bapak yang lain , mengantar istri untuk memenuhi kebutuhan  di dapur.

Dari diskusi ringan-ringan itu, saya melihat dalam perspektif keseimbangan. Dalam keseimbangan ada system dan lingkungan. Sistem dalam hal ini adalah pemerintahan Republik Indonesia, dalam hal ini pengatur nya adalah Presiden joko widodo.

Kita rakyat dan yang lain bisa juga dalam system namun saya lebih suka menyebutnya dalam lingkungan. Sistem  ini ada berbagai sistem terbuka, sistem tertutup dan semi terbuka, nampaknya Presiden Joko Widodo, saya melihat sebagai sistem terbuka, ingin mendapatkan masukan dari semua pihak tentu masukan itu, yang konstruktif, berada dalam koridor NKRI, dan Bhinneka Tunggal Ika.

Ketika kita petakan apa yang dihadapi Presiden Joko Widodo saat ini Indonesia  yang menganut sistem multipartai tentu tekanan, akan selalu ada,  yang melahirkan suhu politik meningkat, serta jumlah demonstrasi n meningkat , maka perlu dilakukan penyiembangan itu. Akhirnya presiden selalu dihadapkan pada dua masalah pelik, yaitu stabilitas politik dan kinerja yang baik. Disini presiden Jokowi selain wajib menjadi manajer yang baik, juga harus menjadi leader yang mumpuni.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun