Mohon tunggu...
I Nyoman  Tika
I Nyoman Tika Mohon Tunggu... Dosen - Dosen

menulis sebagai pelayanan. Jurusan Kimia Undiksha, www.biokimiaedu.com, email: nyomanntika@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama FEATURED

Hari Raya Galungan Menuju Transformasi Diri

15 September 2020   23:00 Diperbarui: 14 April 2021   13:54 301
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Oleh karena itu, pesan baiknya adalah tingkatkan rasa kasih sayang kepada sesama, sebab apapun yang dilakukan, lakukanlah dengan semangat kasih, sebab tanpa kasih semua kegiatan yang dilakukan tidak menjadi suci, hambar, dan menghasilkan pahala buruk.

Ujian-ujian yang dihadirkan-Nya saat ini, memungkinkan kita naik tingkat, ke arah karakter yang lebih kuat, sebab, seperti ungkapan para bijak untuk menghasilkan nelayan ulung, dihasilkan dari samudra yang penuh badai. Atau untuk mempertajam pisau digunakan gerinda keras, bukan dengan spon yang halus. 

Untuk menguatkan umat manusia yang berkarakter, maka cobaan dan ujian selalu dihadirkan untuk membuat manusia berbenah dan kuat. Kalau itu telah dilewati kita menjadi layak, untuk mengatakan diri sebagai pemenang. Menang atas ketidakbenaran, atas keburukan dan kegelapan yang ada dalam diri kita.

Maka dari itu, amanat Hari Raya Galungan itu adalah jika seseorang menolong orang atau mahluk lain, maka dia akan dapat memberi teladan kepada dunia. Ideal itu tidak pernah sirna, tidak akan pernah lenyap. Dari hari ke hari ia akan tumbuh.

Dibingkai itu, muncul pesan bahwa manakala kita memahami sepenuhnya makna Galungan itu akan dituntun untuk mengembankan sifat ideal semacam itu, lebih-lebih generasi muda, sebab usia muda adalah adalah usia keemasan, usia yang suci, usia semacam ini jangan sampai disalah gunakan. Harus digunakan dengan benar. Hanya dengan demikian lah semua pengetahuan akan bermanfaat dan bernilai.

Hari raya Galungan hadir dengan sebuah pertanda, bahwa kita berada dalam suasana pandemi, kesedihan akan adanya "musibah kematian", jeritan kesusahan ada di mana-mana, karena banyaknya mereka kehilanga sumber pendapatan, ekonomi tak berputar sempurna.

Tak pelak, banyak diantara mereka menerobos, hadir tanpa hirau akan ganasnya Covid-19. Perilaku tak elok, muncul dan sering dengan sebuah ungkapan keprihatinan, lebih baik mati karena Covid-19 dari mati kelaparan, sebuah ungkapan frustasi, semakin sering kita mendengarnya. 

Walaupun begitu, kita tak harus menyerah ataupun ragu, kita tak harus masuk karena bayang-bayang fatalisme, yang hanya proses nalar buntu, benak lebih dominan diformat oleh nasib. Pikiran semacam ini perlu mengalami transformasi untuk kehidupan yang lebih baik.

Oleh karena itu, merayakan hari raya Galungan, sesungguhnya ditandai oleh adanya transformasi diri, sehingga dapat mentransformasi kehidupan orang lain. Ibarat ulat yang bermetamorfosis menjadi kupu-kupu yang indah. 

Menjadi pribadi yang penuh kasih, suka melayani dan penuh rasa empati atas penderitaan orang lain, lebih-lebih saat pandemi Covid-19 saat ini. Artinya, timbulkanlah kebahagian karena bisa melayani orang lain yang mengalami kekurangan, sebab sejatinya manusia adalah pencipta kebahagiaannya sendiri.

Pada aspek pelayanan, bukan seberapa sering atau banyaknya seseorang telah melakukan pelayanan. Tidak juga diukur seberapa besar sumbangan itu. Tetapi seberapa murni hati kita saat melayani. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun