Mohon tunggu...
I Nyoman  Tika
I Nyoman Tika Mohon Tunggu... Dosen - Dosen

menulis sebagai pelayanan. Jurusan Kimia Undiksha, www.biokimiaedu.com, email: nyomanntika@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Dewi Kunti dan Kematian yang Agung

8 Juni 2020   08:46 Diperbarui: 8 Juni 2020   08:38 1208
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Sore itu, ruang kaputren semakin terasa sumpek, kelelahan terlihat di wajah seorang ibu yang semakin tua kian tampak. Beberapa hari ini, dia telah terjaga hanya untuk menunggu putranya kembali dari bepergian yang sangat jauh, Itu hanya sekedar ingin mendengar kabar dari Dwarawati, tentang junjungannya, Sri Krishna.

Dewi Kunti, seorang ibu, tua dan uzur, yang melahirkan pahlawan-pahlawan besar itu. Telah menjanda sekian lama, menjadi ayah sekaligus ibu dari lima putra-putranya. Dia tegar mengarungi hidup dalam keadaan suka maupun duka hanya dengan mengingat Sri Krishna. Hatinya tak pernah mengiraukan apapun tetapi hanya sebuah bentuk keterikatan abadi yang sangat sempurna pada Sri Krishna, Sang Awatara Dua para Yuga itu. Dewi Kunti termenung dengan kebaktiaannya sendiri. Dewi Kunti memang seorang bakta yang memang memahami filosophi bhakti sebenarnya.


Kesadaran jiwanya telah melepaskan keterikatan pada tubuhnya. Suatu ketika. Krishna berkata untuk memberikan berkat" Ibu, apa permohonanmu padaku, aku akan anugerahkan. Jawaban Kunti mengagetkan, betapa tidak. Dia memohon pada Sri Krishna, " Oh Kesava, berikanlah aku keadaan duka cita, karena dengan keadaan itu kami akan selalu mengingatmu, dengan mengingatmu aku selalu bahagia dekat denganMU"

Sebuah permohonan yang memang unik, dalam keadaan suka cita, kerap orang sering lupa pada Tuhan, namun sebaliknya, keadaan duka cita membuat seseorang sering mengingat Tuhan. Tetapi kesulitan itulah yang nyatanya diminta oleh Dewi Kunti. Tuhan hanya menjadi tujuan bila keadaan susah. Tetapi tak seorangpun mau meminta kondisi seperti itu jika mereka masih terikat pada tubuh yang dianggap barang kekal ini.Padaal tubuh bersifat sementara.

Bhakti dihati Dewi Kunti yang telah senja, tubuhnya telah keriput tetapi jiwannya mekar penuh cahaya gilang-gemilang untuk menunggal dengan sang maha pencipta. Bhakti, tergurat sebagai keterikatan pada Tuhan (Bha, yang bermakna Bhagavan), kti" yang berarti terikat kemudian dari padanya melahir bukti dan mukti (pembebasan). Pada detik-detik terakhir kehidupan Dewi Kunti justru kerinduan akan Sri Krishna yang membawanya pada kedamaian abadi.

****

"Arjuna si pemanah ulung, belum juga datang membawa khabar tentang Sri Krishna, ada apa ya......?" desah Dewi Kunti lirih di ruang Ibu Suri. Sebentar-sebentar dia melongok pintu yang sengaja dia buka untuk menunggu khabar dari anaknnya. Angin malam sekali-sekali menyapu rambutnya yang memutih, dinginnya suasana tidak menggoyahkan niatnya untuk menghapus sebuah kerinduan, kerinduan seorang bhakta.

Duduknya kian gelisah, ketika tengah malam hampir menelusuri kehidupan, sangka kala memang tak pernah berhenti, dia selalu berputar, mengalir dan tak pernah kembali. Dewi Kunti, sambil memperbaiki selimut tebalnya dia terus berpikir, pikirannya hanya ingin tahu keadaan Sri Krishna dan kondisi Dwarawati, tempat dimana Sri Krishna, keponakannya menjadi raja dan pembimbing spiritual manusia.

Lamunannya kadang menggodanya, yang mengguratkan kehidupannya masa lalu, kembali hadir membawa ingatan bahagia " Betapa Aku dan anak-anaku beruntung bisa lahir sezaman dengan Awatara,Krishna, Apalagi bisa hidup bersamanya serta menjadi sepupunya. Mukzisat itu adalah karma dari kehidupan sebelumnya, yang selalu terikat dengan Tuhan.

Walaupun begitu, tidak sedikit orang yang hidup sezaman dengan awatara, membiarkan berlalu begitu saja. Duryodana dan saudaranya justru memusuhinya. Mersakan kebahagian ekat dengan awatara itu memang sulit dirasakan oleh sembarang orang. Justru malah banyak diantara manusia yang melalaikan hidupnnya walaupun dekat dengan kasih Tuhan. Ya aku beruntung sekali, aku memang sangat berhasil mendidik anak, sehingga seluruh anak-anakku begitu yakin dan percaya pada Sri Krishna" Bisiknya sendirian, tak terasa air matanya meleleh membasahi pipinya yang keriput.

Seorang pelayan istana datang tergopoh-gopoh, memasuki ruang Ibu Suri Kunti, langkahnya mengagetkan Dewi Kunti yang selalu awas dengan semua yang bakal terjadi, Hei siapa engkau? Tanya Dewi Kunti. Ampun ratu... hamba datang membawa khabar gembira, Hamba telah mendengar bahwa Putra Ratu, Pangeran Arjuna telah datang dari Dwarawati", Apa...? anakku telah datang, Bagaimana kabarnya? Mengapa dia tidak mendatangi aku? .... Oh ... Arjuna, teganya engkau .... ! Desah Dewi Kunti.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun