Mohon tunggu...
I Nyoman  Tika
I Nyoman Tika Mohon Tunggu... Dosen - Dosen

menulis sebagai pelayanan. Jurusan Kimia Undiksha, www.biokimiaedu.com, email: nyomanntika@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Senandung Sunyi Dewi Durga

5 Oktober 2019   23:50 Diperbarui: 6 Oktober 2019   00:03 29
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Di pura dalem itu, terlihat simbolisasi Dewi Durga, dan dalam banyak benak dikatakan seram, dan menakutkan, lalu itulah simpton bagi jiwa perajut badan yang hadir untuk mengatakan bahwa kematian adalah menakutkan.

Walaupun banyak narasi bahwa Dewi Durga adalah bagian dari Siwa Sakti, lalu dia dilukiskan berjalan dalam kecantikannya yang juga disimbolisasi sebagai  Dewi Uma, namun tetap saja sosok simbol Dewi Durga itu menakutkan bagai malam tak berawan walaupun penuh bintang, sepi dengan lolongan anjing bersautan menegakkan bulu kuduk, ngeri dan kerap merinding, sebab manusia tidak pernah tahu kapan kematian akan menjemputnya, namun yang pasti harus diketahui adalah berapa banyak bekal yang ia miliki untuk menghadapNya.

Sesungguhnya, untuk menghadapNya, segala aktivitas memiliki dua sisi , kebaikan dan kegelapan, lalu dari sisi gelap menuju terang, sama dengan sorotan tajam Mata Dewi Durga terpancar indah pada sosok dan sinar matanya: menyeruakkan kasih sayang penuh kedamaian dalam kecerahan hari yang sungguh tak mampu terbantahkan, itulah pesan sang Maha suci, yang hadir dengan wajah indah, dalam memperbaiki karakter manusia, sabdanya yang sangat indah selalu dikenang dalam pusaran hati, "Jauhilah dengki, karena dengki memakan amal kebaikan sebagaimana api memakan kayu bakar"

Filsuf Socrates pun berkata dengan jujur perihal manusia, "Kebaikan satu-satunya adalah pengetahuan dan kejahatan satu-satunya adalah kebodohan.

Seperti harta karun yang belum ditemukan, kebaikan muncul dari benih yang baik dan kebijaksanaan datang dari pikiran yang suci dan damai.Untuk berjalan melewati lika-liku kehidupan manusia, seseorang memerlukan cahaya kebijaksanaan dan panduan kebaikan. Apapun yang manusia lakukan dalam kehidupan ini adalah perlombaan dalam kebaikan. Bukan perlombaan keunggulan satu sama lain.

Ruang sunyi itu, seakan berbalik dalam keindahan yang datar, lalu bergelombang menjadi deru yang sahdu, itulah dunia yang membuat kita berteduh dalam kilatan maya, maka, kebenaran itu , Lagi pula meski di semak-semak, di hutan, di jurang di tempat-tempat yang berbahaya, di segala tempat yang dapat menimbulkan kesusahan, baik di dalam peperangan, sekalipun tidak akan timbul bahaya menimpa orang yang senantiasa melaksanakan dharma, karena perbuatan baiknya itulah yang melindungi.

Seperti itulah yang terjadi pada anak-anak kita, Anak-anak yang diizinkan mengekspresikan dirinya secara sehat, cenderung tumbuh lebih sehat tatkala bertumbuh dewasa. Undangannya, kurangi membonsai anak-anak melalui ketakutan berlebihan. Izinkan mereka tumbuh alami sesuai panggilan mereka."

Oleh karena itu, berbuat kebajikan, ibaratnya tebu yang terendam air, air adalah bentuk kebaikkan, tentu tidak hanya pohon tebu yang dapat air, juga rumpudan tumbuhan yang lainnya.

Maka pada hakikatnya, seperti air yang menggenangi tebu, bukan hanya tebu itu saja yang mendapat air melainkan turut sampai kepada rumput, tanaman menjalar dan lain-lain sejenisnya, serta segala tanaman-tanaman di dekat tanaman tebu itupun mendapat air pula; demikianlah orang yang melaksanakan dharma; diperolehnya pula serta artha, kama dan yasa (kemegahan). Lalu janganlah berhenti berbuat kebajikan itu.

Menjadi sangat penting itu adalah, sal cara memandang Anda indah, maka kehidupan pun akan membuka wajahnya yang juga indah. Untuk itu, kehidupan boleh dikunjungi kesulitan. Namun jangan izinkan kesulitan mencuri spirit keindahan di dalam."

Dan keutamaan dharma itu sesungguhnya merupakan sumber datangnya kebahagiaan bagi yang melaksanakannya; lagi pula dharma itu merupakan perlindungan orang yang berilmu; tegasnya hanya dharma yang dapat melebur dosa triloka atau jagadhita itu. Disinilah sinar yang selalu mengabarkan bahwa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun