Mohon tunggu...
I Nyoman  Tika
I Nyoman Tika Mohon Tunggu... Dosen - Dosen

menulis sebagai pelayanan. Jurusan Kimia Undiksha, www.biokimiaedu.com, email: nyomanntika@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Kemandirian Energi bagi Pulau Bali, Mungkinkah?

14 Februari 2019   10:21 Diperbarui: 14 Februari 2019   10:58 334
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Nature. Sumber ilustrasi: Unsplash

Kebutuhan energi  selama ini,   masih didominasi  bersumber dari  bahan bakar fosil. Penggunaan energi fosil dapat  meningkatkan  polusi udara, sehingga mengganggu keasrian lingkungan, lebih-lebih bagi Bali, yang dicanangkan sebagai 'green and  Clean  provinsi  Bali bisa jadi hanya slogan yang bersifat response generalization principle yang kurang efektif dalam membangun mental masyarakat, bila tidak diantisipasi dengan baik.  

Akibatnya, komitmen Gubernur Bali, I Wayan Koster  untuk mewujudkan kemandirian energi dan menjadikan Bali sebagai pulau yang bersih, indah dan hijau  (Bali Post 28 Oktober 2018), menjadi semacam penghias bibir pejabat. Oleh karena itu titik kritis dalam mengevaluasi pengembangan berbagai renewable energy, yang pernah  dan akan di bangun di Bali, merupakan keharusan.

Lalu, sebelum lanjut, perlu dipahami bersama, tentang apa yang dimaksud dengan kemandirian energi tersebut? Kemandirian energi adalah kemampuan negara dan bangsa untuk memanfaatkan keanekaragaman energi dengan memanfaatkan potensi sumber daya alam, manusia, sosial, ekonomi, dan kearifan lokal secara bermartabat (Sampe L Purba, 2016). Oleh sebab itu,  untuk kasus Bali, perlu dicermati pemetaan potensi-potensi yang ada di Bali, dengan dukungan nilai-nilai kearifan lokal Bali tentunya.  

Dari sana kita bisa melihat potensi apa yang ada di Bali, yang bisa mensubstitusikan energi fosil, yang sejauh ini baru baru penggunaan gas yang baru bisa dilaksanakan. Walaupun  begitu, konversi ke gas, merupakan langkah maju untuk Bali, namun penggunaan renewable energy di Bali perlu digalakkan.

Potensi --potensi renewable energy di Bali perlu dikembangkan, karena diyakini dapat membawa  Bali menjadi wilayah yang bebas dari tekanan polusi udara, sehingga paralel dengan marwah Bali sebagai destinasi wisata dunia  yang wajib  tetap terjaga dan lestari. Potensi-potensi itu  antara lain,  (1) Biogas, (2) Tenaga Air, (3) sel surya, (4) energi angin, dan  (5) panas bumi.  Potensi itu sejati belum tergarap sempurna di Bali, sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat luas.

Biogas dan Simantri

Biogas  sebenarnya merupakan produk utama diharapkan dari program sistem pertanian terintegrasi (Simantri).  Oleh gubernur Made Mangku pastika. Simantri yang telah menelan banyak  uang rakyat dan dinyatakan hidup sebanyak 701 lokasi  (Kepala Dinas Tanaman Pangan Hortikultura dan Perkebunan Provinsi, 2017). dilaporkan belum sepenuhnya bisa  menghasilkan hasil dari sisi penghasil energi biogas. 

Di Provinsi Bali sendiri saat ini sudah terbangun 1.196 reaktor biogas (Balipost, Senin, 19 November 2018), namun perlu diwaspadai bahwa , kendala ketidak sabaran masyarakat menunggu proses terbentuknya gas metana, menjadi titik kritis program biogas rumah (Biru) ini. Kondisi ini kerap menyebabkan frustasi bagi petani, sehingga beralih ke gas elpiji, akibatnya   keberadaan  biogas lewat program  simantri  senyap dan  akhirnya lenyap.

Salah satu kendalanya adalah, pemahaman biogas masih sangat minim, pada masyarakat, dan  bagi penggiat energi terbarukan, belum optimal mengedukasi masyarakat, walaupun dalam bentuk pendampingan secara kontinyu, namun belum mampu mendongkrak produksi biogas.  

Mengapa demikian? Biogas merupakan gas yang dihasilkan oleh aktivitas anaerobik atau fermentasi dari bahan-bahan organik termasuk di antaranya; kotoran manusia dan hewan, limbah domestik (rumah tangga), sampah biodegradable atau setiap limbah organik yang biodegradable dalam kondisi anaerobik. 

Kondisi anaerobik inilah yang kerap tidak diketahui, sehingga kebocoran instalasi  dalam ukuran sekecil apapun, memungkinkan, oksigen masuk sehingga 'proses sintropi' mikroorganisme metanogen' untuk menghasilkan gas metana jadi tereduksi, akibatnya bisa fatal, sehingga tidak menghasilkan gas.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun