Mohon tunggu...
I Nyoman  Tika
I Nyoman Tika Mohon Tunggu... Dosen - Dosen

menulis sebagai pelayanan. Jurusan Kimia Undiksha, www.biokimiaedu.com, email: nyomanntika@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Air Danau itu Menyejukkan

4 Januari 2019   09:09 Diperbarui: 4 Januari 2019   09:56 132
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Di saat pagi  itu, terlihat awan putih berarak menghiasi kaki bukit , sebagai tanda terjadi interaksi antara angkasa dan pertiwi.  Desau angin pegunungan  semilir sejuk, seakan mengabarkan  bahwa tempat yang indah dan memukau menjadi primadona sang adi kawi dalam mengabdikan dirinya  dalam narasi puisi,  kisah dalam untaian kata bijak. 
Sehingga  dalam riak sinar  matahari yang  tipis, karena lebabnya uap air  berkoloidisasi dalam fase dispersi itu,menunjukkan bahwa di awal tahun bisa selalu menghadirkan wajah-wajah alam yang mempesona  jiwa, ditambah dengan perpaduan hari raya, dengan aroma dupa  'yang wangi.
Asap pasepan mengangkasa menyambut hari raya emi hari raya  di pagi hari, yang bisa dimaknai sebagai hari munculnya jiwa yang bersandar sebagai ''surasadrsa', lahir dalam bentuk tekad kuat sebagai 'pejuang' yang diinisiasi oleh  imajinasi untuk dapat memiliki karakter  ura, Dira dan Deraka (berani, kokoh dan kuat), dalam menghadapi hidup di dunia yang penuh tantangan. 
Dalam etalase alam yang indah itu, manusia sedang rindu untuk menggapai sang khalik, disana berlaku dalil,  "usaha individu dan anugerah Tuhan saling bergantungan di ketiga sisi  waktu kehidupan, yakni  masa lalu,  masa kini dan masa depan. 
Artinya, tanpa usaha tidak ada pemberian anugerah. Tanpa anugerah, tidak ada pahala yang didapat dari usaha. Manusia berdiri dalam zone perakitan polimer kehidupan dengan sebuah premis "Duka dan kegagalan selalu ada di saat dan dimanapun manusia berada, namun hidup itu adil karena suka dan kesuksesan juga akan datang menghampirinya.
Lalu nilai nilai abadi nan universal selalu bisa dipegang dengan jiwa yang bersih, Ia yang senantiasa puas dengan apapun yang ada, yang telah mengatasi dualitas (dari rasa senang dan susah), yang terbebas dari rasa iri dan dengki serta tetap tenang dalam keberhasilan maupun kegagalan, walaupun ia bekerja namun tak akan terbelenggu oleh hasil kerjanya.  
Untuk mendapatkan anugerah itu, manusia  hanya membutuhkan keyakinan dan kebajikan. "Anda boleh saja mengejar sebuah profesi karena orang tua Anda mengatakan itu yang terbaik, atau  karena Anda mengira Anda bisa menghasilkan banyak uang. Atau yang lebih seram lagi,  karena Anda mengira Anda akan mendapat banyak perhatian. 
Semua itu takkan bermanfaat bagi Anda jika Anda tidak jujur kepada diri Anda sendiri." Konsepsinya adalah motivasi untuk bekerja lebih giat dan tanpa pamrih, Tuhan, jauhkan aku dari sikap sombong, karena aku tak akan bisa berbuat apapun kecuali atas kehendakMu. Kesombongan adalah musuh dari kebaikan dan kebenaran. 
Orang sombong tak dapat melihat kebenaran dan memahami kebaikan. Ada benarnya nasehat orang orang suci.   Memberi itu terangkan hati  seperti matahari menyinari bumi
Dalam memaknai kemenangan, dan tetap berpegang pada prinsip, pesan orang bijak perlu dicerna dengan hati yang mulia,  bahwa jangan pernah menyerah untuk hidup ini, tetapi tetaplah berusaha dan berdoa karena Tuhan akan memberikan lebih dari yang kita minta. 
Seperti diguratkan indah dalam Gita, "lakukan kerja,   Tanpa memiliki keinginan akan hasil, dengan hati dan sang diri yang sepenuhnya terkendalikan, dengan melepaskan segala miliknya, hanya melakukan kegiatan dengan badan jasmani, dan menyerahkan hasilnya pada Tuhan, segala konsekuensi akibat kerja  tak akan menimbulkan dosa. 
Se-ngotot apapun dan sesombong apapun, toh akhirnya materi dalam kehidupan tak pernah bisa kita bawa mati, Dialog Duryodana dengan kusir keretanya, di salah satu tepi danau Dvaipayana, menarik untuk direnungi
*****
Siang itu, di padang Kuruksetra yang luas, terlihat seekor kuda lari dengan cepat meninggalkan medan laga itu, kuda yang ditunggangi oleh seorang yang gagah, terus berlari sampai di batas padang rumput itu. Sang penunggang kuda tiada lain Duryodana, putra Drestarasta, Penguasa Astina, yang saat itu hanya hidup seorang diri, pasukannya sudah  cerai berai dan kalah total,  sudah menjadi bangkai membusuk di padang tandus kurusketra itu. 
Duryodana dengan wajah sedih memandang Kurusketra yang lapang, menjadi saksi bisu atas semua kekalahan yang diakibatkan karena kesombongannya
Di hujung padang tandus itu, dia menatap jauh, benaknya balik mengungkap beragam kenangan  18 hari yang lalu dia terlihat kompak gagah perkasa dengan para raja yang ada dipihaknya, namun kini itu sudah lenyap, semua raja yang membelanya telah  tewas di medan laga dikalahkan oleh pasukan Pandawa. 
Lalu tak diduga, kuda yang ditungganginya roboh, lemas, dan pingsan,matanya mendelik kemudian menghembuskan nafas yang terakhir  kalinya, Kuda yang setia menemaninya selama ini mati karena kepayahan dan banyak mengeluarkan darah kena panah-panah dan senjata  musuh. Duryodana sedih, tidak ada lagi  yang diajak bercengkerama. Dia akhirnya berjalan  sendiri menyusuri padang pasir yang kering dengan sinar matahari yang menyengat.
Hati Duryodana terluka dan pilu.  Ditambah dengan kenangan-kenangan di istana raja, yang selalu melimpah dan mewah. Paman Sekuni selalu memanjakannya, dan menyusupi dengan berbagai tipu muslihat untuk memperdaya Pandawa, sayangnya Duryodana ayut dan mengikuti berbagai saran yang diberikan oleh Paman sakuni itu.Penyesalan memang datangnya terlambat. Nasi sudah menjadi bubur.
Dalam kesedihan dan penyesalan itu, kembali dia teringat, kata-kata paman Widura," Duryodana, jika engkau tetap keras kepala, bersikukuh terhadap hak  yang seharusnya dimiliki Pandawa Lima, bangsa kita akan masuk ke dalam bencana,  engkau memang  serakah, dan ini akan menjadi penyebab  hancurnya kaum ksatria bangsa Kuru, engkau berdosa atas semua ini ini. 
Tabiatmu menunjukkan kesombongan yang tiada tara,  sadarlah bahwa orang sombong sebenarnya pengecut karena ia tak berani bergaul dan menerima  orang yang lebih hebat dengan dirinya,dan dia hanya memanfaatkan kebesaran orang lain untuk dirinya. Manusia sombong itu biasanya akan termakan sendiri oleh Kesombongannya. Waktunya akan ditentukan oleh Tuhan, demikian teriak Widura pada Duryodana.
Dalam luka yang dalam,  Duryodana kemudian mengingat kembali kebersamaannya dengan kakek Bisma, Guru Drona dan, Karna sahabat yang setia dan kini mereka semua  telah tewas juga.  Kemudian dia teringat pesan   Bisma, Duryodana, engkau memaknai salah,  kasih sayang Ayahmu Drestarasta, perlu engkau ketahui sebab dipuji jauh lebih bahaya dibanding dicaci, karena pujian akan menimbulkan kemunafikan, dan sombong. 
Oleh karena itu, jangan sombong, menganggap diri sendiri sudah matang. Karena jika seseorang sudah matang, berarti sebentar lagi dia membusuk. Pesan-pesan itu kini ternyata terbukti benar bahwa jiwanya, merasa tersakiti, penyesalan selalu datang terlambat.
Dalam rasa duka diterik mentari itu, hati dan seluruh tubuhnya terasa panas membara dia pun berjalan menyusuri jalan setapak menjauh dari padang Kuruksetra, Duryodana kini hanya ditemani gada, yang selalu dia bawa dalam pelarian itu.  Akhirnya dia pun sampai  sebuah danau, Dvaipayana," Dia berdiri memandang danau yang airnya jernih membiru, di dikelilingi pepohonan yang hijau mempesona, dihujung danau tampak awan titpis merarak sekan mau melepaskan diri dari permukaan danau yang sejuk itu. 
Dengan memandang alam danau yang indah itu, diapun mulai merasakan ketenangan, kesombongannya seakan sirna, dalam hatinya berbisik, aku tidak membutuhkan apapun saat ini, aku ingin mati, ingin segera bertemu dengan  sahabatku Karna, betapa Karna  begitu sangat  menderita, bahwa dia tahu bahwa musuh yang paling ditakuti adalah saudara kandungnya sendiri. 
Guru Drona dan kakek Bisma telah  berkorban untuk dirinya, sampai mengorbankan dirinya untuk kejayaan Astinapura.
Tak berapa lama datanglah kusir kreta,  lari tergopoh-gopoh menemui Duryona , lalu dia berkata, Ampun paduka, akhirnya hamba bertemu dengan paduka disini, "Oh... Sanjaya, kusir keretaku, ternyata engkau masih hidup,  bagaimana engkau bisa hidup atau dibiarkan hidup, oleh pasukan Pandawa? Tanya Duryodana. 
Sanjaya telah setia menemani sebagai sais keretanya, ketika perang berlangsung. "Ampun paduka, pasukan pandawa datang mengobrak-ambrik tenda paduka, mencari paduka, ternyata mereka tidak menemukan paduka, dan mereka hanya menemukan hamba, Kata Sanjaya. Satyaki menghampiri  amba  dengan pedang terhunus, lalu  hendak membunuhku, Drestajumena tertawa.
Berkata, " Engkau ksatria bangsa yadawa, mengapa harus membunuh seorang kusir, tidak sebanding dengan jiwa ksatria mu" maka aku dilepaskan, dan Sri Krishna berkata, biarkanlah dia mencari Tuan rajanya, Duryodana dan Drestarasta, bahwa perang sudah hampir selesai tinggal anaknya Duryodana yang akan segera diburu , untuk dikalahkan agar  perang besar ini dapat mencapai finis. ' Begitulah Sanjaya bercerita kepada Duryodana,
Duryodana pun berkata, Sanjaya, sekarang berangkatlah ke Istana raja sampaikan kepada ayahku, salam hormat ku, karena dia sangat mengharapkan diriku menjadi seorang raja sebagai penggantinya, namun kini aku tidak membutuhkan itu semua, dengan kematian Karna sahabatku, maka aku tidak membutuhkan kerajaaan, aku hanya membutuhkan kematian, segera bertemu dengan Karna, di alam lain, kepada ayahku sampaikan salam hormatku padanya. 
Dia adalah seorang ayah yang baik padaku, sebagai anak.  Seorang ayah wajar,  ingin anaknya untuk mandiri karena bila ia sudah tiada ia ingin anaknya dapat menghadapi semua masalahnya sendiri, bukan karena dia tak mau tapi karena dia menginginkan yang terbaik untuk yang terbaik dalam hidupmu.
Sanjaya, engkau telah lama mengabdi padaku,  sampaikan juga Ibuku Dewi Gandari, bahwa orang mulai itu sangat aku hormati, betapa doanya tulus, biarlah  nanti dia menjadi ibuku dalam setiap kelahiranku, ya paduka kata Sanjaya mengangguk, tanda menyetujui
Sampaikan juga, bahwa aku sadar  bahwa sebelum diriku  dikandung, ibu menginginkan aku ada. Sebelum aku dilahirkan, ibu telah mengasihiku. Sebelum diriku keluar dari kandungan, ibu pun rela mati untukku. Inilah keajaiban kasih sayang ibu-ku, Kasih sayang seorang ibu adalah bahan bakar yang memampukan ibu untuk melakukan hal-hal mustahil dilakukan. 
"Bunda adalah bagaikan sebuah lagu yang tak pernah berakhir di hatiku, lagu itu memberikan ketenangan, kebahagiaan, dan seluruh dirinya. Kadang-kadang aku lupa akan syair dari lagu itu, namun aku tak akan pernah dapat melupakan melodinya. Pergilah sekarang, Sanjaya, aku aka masuk kedalam Danau Dvaipayana, ini untuk medinginkan tubuhku, sebelum seorangpun melihat diriku, Kata Duryodana
Sanjaya berkata, Aku sangat sedih melihat junjunganku seperti ini, dalam hatinya berbisik, mengapa doa seperti yang dilantunkan Arjuna kepada  Krishna tak pernah muncul dalam diri paduka Duryodana padahal doa ini mujarab, "Tvameva mt cha pit tvameva. Tvameva bhandushcha sakh tvameva. Tvameva vidy dravinam tvameva. Tvameva sarvam mamadeva deva." 
Artinya, 'Oh Tuhan, Engkau ibuku, Engkau ayahku, Engkau kerabatku, Engkau sahabatku, Engkau kecerdasan-Ku, Engkau hartaku, Engkau segala-galanya bagiku' mengingat itu Sanjaya langsung pergi, sekaligus mengingat pesan lain yang juga indah, ketika pesan itu disampaikan di awal perang besar Mahabharata, "kegiatan kerja tidak berakibat pada-Ku; dan juga Aku tak mengharapkan hasil dari padanya. 
Mereka yang mengetahui Aku demikian itu, tak terikat lagi oleh kegiatan kerja, akulah yang datang memeluknya, Sanjaya sang kusir kereta tersenyum, sambil berdoa "semoga air danau Dvaipayana itu dapat menyejukkan hati, paduka  Duryodana.Lalu Sanjaya mempercepat langkahnya. Selamat Hari Raya Kuningan(5 Januari 2019)  bagi yang merayakannya (SINGARAJA, 4 JANUARI 2019) ****

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun