Mohon tunggu...
I Nyoman  Tika
I Nyoman Tika Mohon Tunggu... Dosen - Dosen

menulis sebagai pelayanan. Jurusan Kimia Undiksha, www.biokimiaedu.com, email: nyomanntika@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cerpen │Senyuman Indah Ni Dyah Tantri

14 Oktober 2018   17:33 Diperbarui: 14 Oktober 2018   17:35 612
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Memandang cahaya dari timur pagi hari, terbersit, pesan bahwa  tak ada kelelahan untuk bangkit dan berhenti menerangi bumi,  diminta atau tidak, dia akan hadir dengan  beribu ragam pesona, dalam sketsa itu yang ada adalah terus terbit, terus berjalan dan tak pernah berhenti dalam kebosanan walaupun dalam  pandangan manusia kadang itu bersifat monoton. 

Disana makna 'ilmu ' dikabarkan dengan apik, Cahaya indah itu menerangi air jernih yang mengalir di pagi hari itu, selalu  mengalir ari temat tinggi  terus jauh ke daerah rendah, tak pernah berhenti. Itulah ilmu pengetahuan, selalu mengalir  dari guru, kepada sosok yang mencarinya dengan kerendahan hati. Artinya  tinggi hati,  bukanlah cara untuk mendapatkan sang ilmu.

Layaknya pagi yang indah, keindahan ilmu pengetahuan disimbulkan sebagai wujud Sang Dewi, (di Bali Dewi Saraswati) yang  memberikan senyuman yang menawan, dengan  tatapan  mata jernih berbalut  bulu mata yang lentik, dan selalu menggoda sehingga membangkitkan hati untuk mencari pengetahuan . Dan pendidikan adalah salah satunya, jalan menuju itu. 

Akhir dari pendidikan adalah karakter. Oleh sebab itu, karakter seperti harta karun yang belum ditemukan, kebaikan muncul dari benih yang baik dan kebijaksanaan datang dari pikiran yang suci dan damai. Untuk berjalan melewati lika-liku kehidupan manusia, seseorang memerlukan cahaya kebijaksanaan dan panduan kebaikan. Dibingkai itulah setiap kali ada  narasi pencarian pengetahuan selalu berisi nasehat kepada para murid,   agar tekun belajar, sebab  lewat belajar,  pintu  ilmu pengetahuan terbuka.

Di jeda itulah, dialog  antara  Ni Dyah Tantri, dengan ayahnya, Ki Patih Bandeswarya, maha patih kerajaan Patalinagantun di Bharatawarsa (India) menarik untuk disimak.

Pagi yang cerah, sinar mentari memancarakan kwanta energi,  yang berbicara dalam dua aspek , yakni deminsi gelombang dan dimensi materi, keduanya silih berganti dimaknai, kaena bendanya satu,disinilah manusia dihadapkan pada dualisme dunia, yang selalu hadir tak bisa dipisahkan, ada baik dan ada buruk. Dalam terangnya pagi itu, Ni Dyah Tantri menangkap sesuau yang ganjil dalam diri sang Ayah. 

Terlihat benar bahwa wajah Ki patih Bandeswarya tanpa muram, kondisi inilah yang ditangkap oleh anaknya, Ni Dyah Tantri. Ayahnya  bingung, sebab perintah raja untuk mencarikan gadis nyaris gagal untuk dipersembahkan esok hari, karena stok gadis di negeri itu, sudah habis. Patih Bandeswarya sudah malang melintang mencarinya, namun tak ketemu jua.

Saat itulah Ni Dyah Tantri mengampirinya. Selamat pagi ayah?  Pagi anakku sapa Ki Patih  Bandeswarya. Kenapa ayah tampak bingung pagi hari ini, padahal hari ini sangat cerah, dan hari ini harus disambut dengan khusus dan merupakan haris yang sungguh spesial sebab  hari ini akan dilakukan pemujaan kepada  sang maha dewi. Dewi Saraswati  sebagai sumber keindahan ilmu pengetahuan, ayah, sapa Ni Dyah Tantri.

Ya anakku, ayah hari menemui jalan buntu, dan gagal  mempersembahkan seorang gadis pada paduka raja. Ayah sudah berkali-kali katakan kepada baginda agar kegiatan untuk mengawani gadis setiap hari  dihentikan, sebab kegiatan ini sangat merendah wanita, namun sang raja tak bergeming dan sang raja  selalu memiliki argumentasi yang memukau, sehingga ayah  kesulitan berdiskusi dengan  paduka Raja Iswaryadala, sambil menahan nafas Ki Patih Bandeswarya melanjutkan, 

Anakku, Ni Dyah Tantri,  Sang raja kita adalah sosok yang memiliki argumentasi yang luar biasa untuk  mendukung programnya. "Ayah, beliau adalah orang terpelajar dan memiliki kemampuan analisis pengetahuan dari sastra sehingga beliau disebut  satstravadin. Satravadin adalah seseorang  yang memiliki kemampuan karena menggunakan dan menggali isi sastra dalam setiap wacananya, beliau bukan orang sembarangan, dan menguasai ilmu secara menyeluruh.  Ke dalaman sastra yang beliau kuasai akan sulit dikalahkan dalam berdebat.  

Namun ayah, penguasaan sastravada dapat di patahkan dengan budivada (dialektika hati)  dan prema vada (kasih sayang) Ayah. Melihat kemmpuan argumen  Ni Dyah Tantri itu. Ki Patih Bandeswarya, anaknya mampu  mematahkan kehendak raja.  Lalu Ki Patih Bandeswarya, berkata, "Anakku, setelah Ayah lihat engkaulah pilihan ayah, besok engkaulah yang harus  aku persembahkan pada Beliau, sebagi bunga persembahan,kan,  Namun aku kasihan padamu,  nak, kamu masih belia, dan mungkin akan mudah dipatahkan oleh sang raja, saut Bandeswarya sedih.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun