Mohon tunggu...
I Nyoman  Tika
I Nyoman Tika Mohon Tunggu... Dosen - Dosen

menulis sebagai pelayanan. Jurusan Kimia Undiksha, www.biokimiaedu.com, email: nyomanntika@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Kisah Jayaprana dan Layonsari, Sebuah Alegori Cinta Sejati

28 September 2018   07:31 Diperbarui: 24 April 2022   21:23 410
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Puncak perbukitan yang sedikit menghijau itu, seperti senyuman yang sedikit gersang, menandakan sebuah kerinduan yang tak pernah terjawab. Di arah hujung utara terlihat laut biru yang indah berpasir putih, dengan  ketenangan yang dalam, taman laut memukau dunia di sekitar pulau Menjangan, menjadi  obyek  yang membuat para pencari keanekaragaman panorama laut dan  memberikan sensasi yang tak pernah pudar.

Butir-butir pasir dan koral tembus dalam kedalam air yang bening bak kaca jernih. Laut diantara hamparan belukar hutan Bali Utara  bagian barat  itu, seakan menjadi saksi bisu bahwa di tempat itu sebuah kerinduan terus menganga tak pernah terobati. Sebuah hikayat Jayaprana dan Layonsari yang terus melegenda, seakan bercerita banyak, bahwa sebuah tragedi  menimpanya adalah bagian dari tirani kemanusiaan atas cinta dan kekuasaan. 

Cinta  dan kebahagian mereka teriris dengan kebengisan kekuasaan, itupun bisa mengenai siapa saja dalam kehidupan ini. Namun keterharuan dan belas kasihan  para pendengar hikayat ini, membuatkan  agar cinta mereka  bersatu, dibuatkan sebuah tanda cinta mereka dimonumenkan  dalam bentuk  ' Payogan " tempat maha semadi 'di sebuah tempat berjuluk " Teluk Terima, itu kini ramai dikunjungi mereka yang merindukan  kebahagian sejati.

Tempat itu, kini seakan bertutur bahwa hidup dan kehidupan selalu menampilkan alegori bipolar. Sisi kutub positif dan negatif itu, sangat ditentukan oleh  cara memandangnya, disudut itu manusia dituntut mampu memiliki  'multi sudut pandang" yang menarik untuk ditelaah dengan kisi-kisi hati yang jernih, sehingga  tampilan wajah  yang indah menjadi suluh dalam mengarungi kehidupan ini yang menawan.

 Rasa kemenawanan itu dapat dinikmati dengan segala hati yang lapang. Kisah cinta tragis Jayaprana dan Layonsari memiliki banyak dimensi kemanusiaan, namun titik kritisnya adalah ketika mereka berdialog saat menerima  keputusan raja, untuk ditugaskannya ke teluk Trima.

Dilema , antara menolak dan mengikuti perintah raja, antara kecintaan kepada Layonsari dan  kewajiban sebagai abdi kerajaan menjadi menarik disimak.Jeda itulah menjadi  sisi kemanusiaan yang didalamnya mengandung beragam resiko yang tak diduga  mengancam jiwanya.

Jayaprana adalah sosok abdi kerajaan , berasal dari  warga biasa yang dipungut sang raja Kalianget, Buleleng Bali Utara, konon seluruh keluarga meninggal karena wabah penyakit yang menyerang desa itu. Baginda raja kasihan padanya, Jayaprana diangkatnya  menjadi bagian  anggota kerajaan dan sekaligus bagian dari keluarga  di Puri itu.

 Oleh sebab itu,  karakter yang tumbuh dalam diri Jayaprana sedemikian rupa, maka dia  menjadi abdi yang sekaligus sebagai mutiara kerajaan Kalianget, alasannya sederhana, anaknya rajin, penuh dedikasi, rendah hati, disiplin, patuh dan cekatan. Semua orang senang bergaul dengannya. 

Menginjak usia dewasa, sang raja memberikan kebebasan untuk  mencari pendamping hidupnya, Raja membebaskan Jayaprana untuk memilihnya, dayang-dayang  dilingkungan istana, atau siapapun,  namun lacur tidak ada yang cocok dengan selera  I Nyoman Jayaprana, sang raja, memerintahkan  melihat para gadis yang datang ke pasar.

Di sanalah Jayaprana  fall in love dengan sosok Ni Layonsari, cintanya berlabuh dihati seorang anak  dari bendesa Banjar Sekar. Oleh karena,   cinta Jayaprana tidak bertepuk sebelah tangan, Layonsari juga terpikat  hatinya dengan penampilan dan karakter I Nyoman Jayaprana, yang memang benar-benar tampan dan aduhai mempesonanya.

Raja berkenan dan menikahkan Nyoman Jayaprana, prosesi pernikahan berlangsung, Jayaprana dan Layonsari benar-benar perwujuda ti Dewa Semarajaya dan Dewi Semararatih dari kahyangan ke bumi.  Kemolekan Layonsari membuat sang raja, gila, "koq ada orang yang cantik seperti bidadari dari banjar sekar, pikir sang raja.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun