Mohon tunggu...
I Nyoman  Tika
I Nyoman Tika Mohon Tunggu... Dosen - Dosen

menulis sebagai pelayanan. Jurusan Kimia Undiksha, www.biokimiaedu.com, email: nyomanntika@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Enzim untuk Detergen dan Tantangan Indonesia

8 Juni 2018   16:52 Diperbarui: 8 Juni 2018   16:59 3298
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(sumber: amazine.co)

Lalu dalam bentuk apa enzim ditambahkan dalam detergen. Enzim ditambahkan dalam bentuk padat untuk detergen padat.  Enzim padat bisa dikeringkan dingin (freez dary) sehingga mudah digunakan. Namun untuk detergen cair menggunakan enzim yang mudah larut dalam pelarut air. Enzim apakah yang kerap digunakan dalam detergen? 

Tercatat bahwa ada beberapa enzim yang populer ditambahkan sebagai bahan aditif, yaitu .lipase, amilase dan protease, serta jumlah enzim tersebut  diperjual belikan  di pasar dunia  adalah sebesar  3, 18, dan 60% dari total  pasar enzim industri. 

Permasalahan utama  dalam pemilihan enzim adalah,  pertama, dalam detergen campuran enzim  harus bekerja sinergis, tidak saling menghambat (menginhibisi), sebab dalam dtergen keberadaan enzim protease, sering menimbulkan masalah karena dapat  memecah ikatan peptida dari protein enzim lain, sehingga enzim yang lain  menjadi tidak aktif. 

Kedua, enzim yang digunakan tahan dengan bahan  surfaktan, dan oksidator yang merupakan komponen lain yang ada dalam detergen. Ketidaktahanan enzim dengan kedua bahan itu menyebabkan kerja enzim tidak optimal. Ketiga enzim yang digunakan aktif pada kondisi pencucian (dingin) dan tahan lama, sehingga dapat menghemat energi.

Untuk mengatasi persoalan itu perlu terobosan baru.Solusinya ada dua hal yang penting, yaitu  pertama produksi dari mikroba tunggal, dan diidentifikasi enzim bersifat basa  sehingga kemampuan mendegradasi struktur enzim lain bisa ditekan (Niyonzima and More, 2015). Contohnya enzim selulase alkali ( memiliki aktivitas pada  kondisi alkali/basa) merupakan kandidat yang paling mungkin dieksplorasi lebih jauh, untuk jenis enzim selulase. Mengapa demikian?

Sebab selulase alkali juga merupakan kandidat yang baik untuk deterjen  bekerja pada tahap awal pencucian (inisiasi reaksi).  Selulase alkali merupakan enzim yang dapat memecah substrat selulosa pada suasana lingkungan  alkali (basa), artinya  pH larutannya di atas 7. Enzim ini  dengan mudah dapat  menghilangkan kotoran yang melekat pada  pakaian dengan bahan baku kapas, dapat pertahankan warna putih, mencerahkan warna dan kualitas kain tetap terjaga.

Selain itu, selulase alkali, dapat bekerja optimal, dengan adanya enzim  hidrolase lainnya.  Selulase alkali dari bakteri Bacillus megaterium B69,  memiliki  kemampuan mengatasi persoalan itu, selulase alkali yang dihasilkan 100% tahan terhadap protease yang bersifat tahan basa.

Berkaca dari beberapa informasi penting bahwa industri detergen membutuhkan jumlah yang lebih tinggi sebagai bahan aditif  enzim, dan mencapai sekitar 60% dari total produksi enzim di seluruh dunia. Oleh karena itu, industri yang memproduksi enzim, baik enzim ekstrak kasar maupun murni merupakan  peluang yang sangat besar bagi Indonesia. Mengapa demikian?  Negara Indonesia memiliki sumber enzim yang luar biasa  dalam bentuk  bioderversity namun belum dimanfaat sebagai sumber enzim secara maksimal.

Pada tahap penelitian,  topik  enzim sudah  banyak dilakukan di perguruan tinggi dalam skala laboratorium dan lebih banyak berhenti dalam bentuk skripsi, tesis dan disertasi, serta penelitian dan jurnal, sehingga praktis hanya untuk lulus mendapat gelar  akademik atau untuk kenaikan pangkat, secara ekonomi belum mampu menghasilkan devisa negara.

Kondisi ini perlu mendapat perhatian pemerintah, yakni mencarikan penghubung antara dunia akademik dengan industri yang belum banyak dilakukan di negeri ini. Selain itu  mengajak industri untuk membuka akses seluas-luas bagi ilmuwan perguruan tinggi dalam negeri untuk menfaatkan hasil risetnya, karena selama ini industri memang kerap menutup memandang sebelah mata kemampuan  peneliti perguruan tinggi dalam negeri. 

 Sampai saat ini, produksi enzim pertama di Indonesia, untuk produksi protease dan xilanase, baru dilakukan di Unit Biokatalis PT Petrokimia Gersik,  sebagai  penunjang industri kertas, pulp  dan penyamakan kulit. Perlu diketahui bahwa Indonesia masih mengimpor enzim sebanyak 99 % dari India dan Cina, dengan nilai sebanyak  Rp 200 miliar  untuk tahun 2017. (AntaraNews.com, Jumat, 28 April 2017).  Kondisi ini merupakan tantangan bagi ilmuwan Indonesia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun