Mohon tunggu...
Inung Kurnia
Inung Kurnia Mohon Tunggu... Penulis - Gemar berbagi kebaikan melalui tulisan

Ibu dari Key dan Rindang

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Puisi WS Rendra dan Perenungan Diri

28 Januari 2023   15:01 Diperbarui: 28 Januari 2023   15:03 788
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
WS Rendra (ist/dokkompas)

Berita kematian teman eks satu kantor yang berpisah 6 tahun lalu menghampiri ponsel saya pagi itu. Innalillahi'wainnailaihi rojiuun...Beberapa pekan sebelumnya, seorang kawan juga dikhabarkan berpulang, akhir 2022 pun demikian. 

Satu per satu kawan saya yang dulu mejanya berdekatan dengan meja kerja saya, sering terlibat obrolan di ruang tamu kantor, atau ngobrol santai di kantin kantor sambil santap siang, kini satu persatu berpulang kepada Sang Pemilik Jiwa dan Kehidupan.

Saya? Menunggu giliran, entah kapan itu. Yang pasti waktu itu akan tiba. Karena sejatinya kematian itu tidak bisa dihindari. Semua mahluk bernyawa antre untuk menunggu gilirannya tiba.

Allah Subnahu watal dalam surat Ali Imran ayat 185 berfirman  (Kullu nafsin `iqatul mat, Artinya "Setiap yang bernyawa akan merasakan mati.

Meski kematian merupakan sesuatu yang pasti, namun tidak banyak orang yang siap untuk menghadapinya. Ibadah, sadaqoh dan kegiatan kebaikan lainnya pun mencoba ditunda, esok, dan esok lagi. Padahal waktu berjalan dengan cepat. Hari ini sebantar saja sudah berubah menjadi kemarin. Dan esok, tahu-tahu sudah berubah menjadi hari ini. Itulah waktu.

Kematian demi kematian itu jujur telah membuat saya berupaya mencari tahu bagaimana diri bisa bersiap untuk menghadapi kematian dengan jiwa yang ikhlas.Mencoba terus memperbaiki kualitas dan kuantitas ibadah, berbaik sangka antar sesama, berbaik sangka kepada Allah dan lainnya terus saya coba lakukan. Pun silaturahmi, memohon maaf dengan sesame coba saya intensifkan.

Perenungan itu tidak selamanya mulus. Ada kalanya nafsu duniawi datang mengganggu, yang pada akhirnya penyakit esok dan esok datang menghampiri, menunda kebaikan yang rencana mau dilakukan.

Hingga pada suatu hari, saya mendapatkan kiriman puisi WS Rendra dari seorang teman. WS Rendra adalah seorang seniman yang lahir di Surakarta tahun 1935 yang memutuskan menjadi mualaf pada tahun 1970 disaksikan oleh Taufiq Ismail dan Ayip Rosidi. Sejak memeluk Islam, WS Rendra berganti nama menjadi Wahyu Sulaiman Rendra.

Puisi terakhir WS Rendra yang dibuat sesaat sebelum meninggal dunia, benar-benar luar biasa. Membacanya saja, saya langsung menitikkan air mata, sesenggukan dan jatuh dalam sujud.

Inilah puisi WS Rendra untuk bahan renungan kita semua :

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun