Mohon tunggu...
Inung Kurnia
Inung Kurnia Mohon Tunggu... Penulis - Gemar berbagi kebaikan melalui tulisan

Ibu dari Key dan Rindang

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

Anak Titipan Setan, Kisah Nyata Pesugihan Jaran Penoleh

16 Januari 2023   17:57 Diperbarui: 16 Januari 2023   18:08 2359
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sebagian pemain film Anak Titipan Setan (dokpribadi)

Judul filmnya Anak Titipan Setan. Sekilas memang mengesankan ini film yang menakutkan yang lekat dengan adegan-adegan hantu pocong, darah, dan kematian. Namun ketika menonton film ini, atmosfer menyeramkan perlahan sirna. Adegan horor berhasil dibungkus sedemikian rupa sehingga tampil lebih 'soft' dan 'bersahabat' bagi si penakut.

Film yang diangkat dari kisah nyata yang pernah diliput oleh sang sutradara Erwin Arnada yang notabene pernah berprofesi sebagai wartawan tersebut boleh dikata berhasil mengantarkan pesan moral yang dibawanya yakni tentang betapa besarnya risiko yang diambil oleh seseorang yang bersekutu dengan setan ketika menginginkan kekayaan. Pesan moral lainnya bahwa mencari kekayaan dengan cara pesugihan 'bermain dengan penguasa gelap' itu tidak langgeng dan membawa konsekuensi yang besar baik bagi diri sendiri maupun keluarga. Taruhannya nyawa, juga kematian yang tragis bagi pelakunya.

Meski model-model mencari kekayaan dengan cara pesugihan sudah tak lazim di zaman serba digital seperti sekarang ini, namun bukan berarti tradisi tersebut sudah sirna 100 persen dari muka bumi. Ada banyak desa yang belum tersentuh peradaban yang masih mempraktikkannya. Bukan tidak mungkin, praktik tersebut masih ditemukan di wilayah Indonesia.

Film ini dibuka dengan potongan adegan yang menakutkan di sebuah sudut ruang kamar tidur. Dialog antara seorang perempuan (ibu) yang diperankan oleh Annisa Hertami, anak (Dhika) yang diperankan oleh Rayyan Al Mathor dan pria bernama Mono (ayah) yang diperankan oleh Ibnu Gundul mampu membawa penonton memasuki ruang horor yang coba disuguhkan film ini pada sepanjang kisahnya.

Poster Film Anak Titipan Setan (ist)
Poster Film Anak Titipan Setan (ist)

Suasana horor diperkuat dengan potret alam pedesaan yang kental dengan bau mistis, sunyi dan terisolir. Juga rumah yang digunakan, joglo dengan bangunan yang tua termasuk perabotannya.

Rayyan Al Mathor memang hanya tampil pada bagian awal film. Namun kehadiran bocah 10 tahun tersebut justeru menjadi penting sebagai alat komunikasi antara sutradara dengan para penonton. Bahwa Dhika, tokoh yang diperankan, sudah diganggu dengan bayang-bayang jaran penoleh (kuda) sebelum kematiannya menjemput. Kematian Dhika ini kemudian disusul oleh kematian sang ayah dengan cara gantung diri.

Dari kematian Dhika yang mendadak dan terkesan aneh inilah, kemudian sang ibu (Sari) mampu membaca berbagai kejanggalan yang dilakukan oleh sang ibu mertua (Eyang Susana) yang diperankan oleh Ingrid Widjanarko. Berbagai upaya pencarian informasi pun dilakukan oleh Sari, hingga kemudian dibantu oleh sang pakdhe, berhasil membuka 'kamar rahasia' sang mertua.

Ya, dari kamar rahasia inilah, Sari tahu bahwa kematian demi kematian memang berhubungan dengan kekayaan sang mertua yang tiba-tiba menjadi berlimpah. Tak hanya usaha batiknya yang maju, tetapi sang mertua juga semakin disegani dan ditakuti oleh warga sekitar. Kekayaan, kekuasaan dan kewibawaan.

Namun menjelang tahun ke-10 dimana tumbal nyawa seorang anak yang memiliki pertalian darah harus kembali dipersembahkan, bisnis batik mertuanya mulai meredup. Sadar bahwa waktu untuk memberikan tumbal sudah dekat, Eyang Susana pun meminta anak perempuannya bernama Putri (diperankan oleh Gissel Anastasia) yang mukim di Australia untuk pulang. Melalui surat yang dituliskan, Susana meminta agar Putri pulang ke tanah air sambil membawa anaknya, Azka. Sayang, surat itu tak pernah diterima oleh Putri hingga waktu persembahan tumbal pun berlalu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun