Mohon tunggu...
Husnul Khotimah
Husnul Khotimah Mohon Tunggu... Freelancer - Blogger

Mulai ngeblog sejak 2009 di www.jombloku.com dan sekarang saya menjadi full time blogger. Beraktifitas sebagai ibu rumah tangga dengan 2 orang anak laki-laki sambil menyalurkan hobi menulis dengan jualan artikel lewat jualbeliartikel.com dan membuat konten di blog, media sosial dan Youtube. Aktif juga menulis tentang parenting di mrsjo.com

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Ketika Media Sosial Gagal Menjadi Tempat Pelarian

14 Mei 2022   19:15 Diperbarui: 14 Mei 2022   19:19 317
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
shutterstock.com diolah pribadi.

 Sebagai influencer menggunakan sosial media adalah salah satu pekerjaan yang mau tidak mau harus saya lakukan. Entah itu sebagai media saya dalam mendukung aktivitas blogging ataupun sebagai curhatan tempat pelarian paling aman.

Dari sekian banyak sosial media yang saya miliki, mereka saya buat bukan tanpa alasan. Awalnya, saya membuat Instagram karena banyak klien yang menuntut postingan blog di share di instagram, kemudian akhirnya saya membuat instagram. Bukan hanya satu, tapi saya memiliki banyak instagram.

Begitupun dengan TikTok, awalnya saa tidak tertarik membuat akun di tiktok, namun salah satu pekerjaan saya mewajibkan saya untuk membuat akun TikTok.

Semuanya, saya buat dengan niat mendukung pekerjaan saya di dunia digital.

Pantangan dalam bermedia Sosial

Dulu saya senang sekali menambah teman di media sosial saya, di Facebook, semua teman dan tetangga termasuk saudara ada semua disana. Terakhir, saya mulai enggan menambah orang-orang yang saya kenal di dunia nyata saya di akun facebook tersebut. Seperti dimata-matai rasanya.

Saya yang ingin menjadikan media sosial sebagai tempat curhat dan pelarian, akhirnya harus menjaga sikap dan perkataan saya disana, merepotkan sekali.

Kemudian saya berpindah ke Instagram yang belum banyak yang tau akun saya, namun nasibnya sama juga dengan facebook yang didalamnya saya juga harus menjaga sikap dan perkataan.

Yang paling parah adalah WA, akhirnya saya memutuskan untuk tidak menambah kontak tetangga saya karena saya merasa risih saat membuat status dan kemudian mereka melihatnya.

Saya kurang suka jika gerak-gerik saya di dunia digital ikut diawasi oleh orang yang saya kenal, terlebih lagi jika saya curhat di blog dan mereka baca postingan saya, rasanya kurang nyaman.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun