Mohon tunggu...
Indrian Safka Fauzi
Indrian Safka Fauzi Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Pemuda asal Cimahi, Jawa Barat kelahiran 1 Mei 1994. Praktisi Kesadaran Berketuhanan, Kritikus Fenomena Publik dan Pelayanan Publik. Sang pembelajar dan pemerhati abadi. The Next Leader of Generation.

🌏 Akun Pertama 🌏 My Knowledge is Yours 🌏 The Power of Word can change The World, The Highest Power of Yours is changing Your Character to be The Magnificient. 🌏 Sekarang aktif menulis di Akun Kedua, Link: kompasiana.com/rian94168 🌏

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Parameter Revolusi Ketangguhan Mentalitas

2 Oktober 2022   10:15 Diperbarui: 2 Oktober 2022   11:06 204
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Parameter Ketangguhan Mentalitas - 1 (Dokpri olahan Penulis)

Senangnya hati ini Sahabat begitu setia hadir ditulisanku.

Pasti sahabat sering mendengar kata Revolusi mental, yang menunjukkan perubahan cara berpikir dalam waktu singkat untuk merespon, bertindak, berperilaku dan beraktivitas/berkegiatan.

Melalui bahasan ini, saya mencoba show up seperti apakah parameternya dalam pemikiran dan pandangan subjektif saya.

Berikut gambar dan penjelasan:

Parameter Ketangguhan Mentalitas - 1 (Dokpri olahan Penulis)
Parameter Ketangguhan Mentalitas - 1 (Dokpri olahan Penulis)

(Min) Destroyed Mentality. Sangat mudah terkena mental breakdown, hanya karena ucapan judgmental orang lain pada dirinya. Padahal ucapan judgmental itu sangat relevan dengan dirinya secara realitas, sebagai bentuk kritik. Salah tanggap yang menyebakan Kemarahan, kebencian, dendam menyelimuti diri akibat ucapan orang lain tersebut, sering berperilaku destruktif yang dampak kelanjutannya dengan kata-kata tidak pantas, hingga akhirnya hidup diri dipenuhi pelbagai masalah.

(-3) Weakling Mentality. Sangat mudah terpengaruh ucapan judgmental orang lain pada dirinya, Padahal ucapan judgmental itu sangat relevan dengan dirinya secara realitas, sebagai bentuk kritik. Salah tanggap yang menyebakan uring-uringan, akibatnya kemarahan menyelimuti diri. Perilaku toksik bisa saja terjadi sebagai dampak berkelanjutan.

(-2) Fragile Mentality. Mudah terpengaruh ucapan judgmental orang lain pada dirinya, Padahal ucapan judgmental itu sangat relevan dengan dirinya secara realitas, sebagai bentuk kritik. Salah tanggap yang menyebakan memendam kemarahan karena tidak terima, yang padahal menunjukkan sisi lemahnya. Jika dibiarkan terus dipendam kemarahan tersebut, sewaktu-waktu bisa meledak menjadi kemarahan brutal kepada siapapun yang ada di sekitarnya dengan gelap mata tak pandang bulu.

(-1) Mushy Mentality. Sedikit mudah terpengaruh ucapan Judgmental orang lain, Padahal ucapan judgmental itu sangat relevan dengan dirinya secara realitas, sebagai bentuk kritik.  Salah tanggap yang mempengaruhi kualitas emosinya. Bisa sedih, bisa marah, yang menunjukan akan diri yang lemah. Walau demikian masih ada upaya untuk mencoba memahami apa maksud ucapan judgmental tersebut.

(0) Common Mentality. Kualitas mental yang biasa-biasa saja. Kadang mudah terpengaruh, kadang juga tidak. Masih belajar beradaptasi dengan kata-kata judgmental orang lain, yang memang relevan dengan dirinya secara realitas. Tidak menunjukkan perilaku toksik hingga destruktif pada dirinya sendiri dan orang lain saat tersinggung ucapan judgmental seorang lain pada dirinya.

Parameter Ketangguhan Mentalitas -2 (Dokpri olahan Penulis)
Parameter Ketangguhan Mentalitas -2 (Dokpri olahan Penulis)

(+1) Good Mentality. Ucapan Judgmental yang relevan dengan dirinya, sewaktu-waktu dipikirkan, dan direnungkan dalam waktu yang lama. Hingga akhirnya menyadari itu adalah kritik yang membangun untuk dirinya. Sementara ucapan Judgmental yang tidak relevan dengan dirinya, juga sewaktu-waktu terpikirkan juga, walau belum ada keberanian pasti secara terbuka untuk menolak ucapan yang tidak relevan kepada seorang bersangkutan yang mengucapkannya pada waktu yang tepat dan kondisi yang tepat.

(+2) Great Mentality. Ucapan Judgmental yang relevan dengan dirinya, mulai dipikirkan, dan direnungkan dalam waktu yang cukup lama. Hingga akhirnya menyadari itu adalah kritik yang membangun untuk dirinya. Sementara ucapan Judgmental yang tidak relevan dengan dirinya, juga mulai terpikirkan juga, ada sedikit keberanian pasti secara terbuka untuk menolak ucapan yang tidak relevan kepada seorang bersangkutan yang mengucapkannya pada waktu yang tepat dan kondisi yang tepat.

(+3) Strong Mentality. Ucapan Judgmental yang relevan dengan dirinya, dipikirkan baik-baik dalam waktu yang cukup, dan direnungkan dalam waktu yang cukup pula. Hingga akhirnya menyadari itu adalah kritik yang membangun untuk dirinya. Sementara ucapan Judgmental yang tidak relevan dengan dirinya, juga terpikirkan juga dengan waktu yang cukup, ada cukup keberanian pasti secara terbuka untuk menolak ucapan yang tidak relevan kepada seorang bersangkutan yang mengucapkannya pada waktu yang tepat dan kondisi yang tepat.

(+4) Sturdy Mentality. Ucapan Judgmental yang relevan dengan dirinya, dipikirkan baik-baik dalam waktu yang cukup cepat, dan direnungkan dalam waktu yang cukup cepat pula. Hingga akhirnya menyadari itu adalah kritik yang membangun untuk dirinya. Sementara ucapan Judgmental yang tidak relevan dengan dirinya, juga terpikirkan juga dengan waktu yang cukup cepat, ada keberanian pasti secara terbuka untuk menolak ucapan yang tidak relevan kepada seorang bersangkutan yang mengucapkannya pada waktu yang tepat dan kondisi yang tepat. Berani ambil resiko atas ucapan penolakannya.

(Max) Mighty Mentality. Ucapan Judgmental yang relevan dengan dirinya, dipikirkan baik-baik dalam waktu yang cepat, dan direnungkan dalam waktu yang cepat pula. Hingga akhirnya menyadari itu adalah kritik yang membangun untuk dirinya. Sementara ucapan Judgmental yang tidak relevan dengan dirinya, juga terpikirkan juga dengan waktu yang cepat, ada keberanian hebat yang pasti secara terbuka untuk menolak ucapan yang tidak relevan kepada seorang bersangkutan yang mengucapkannya pada waktu yang tepat dan kondisi yang tepat. Sangat berani ambil resiko atas ucapan penolakannya.

Semakin tinggi Kualitas Mentalitas, maka semakin tinggi pula kecepatan respon dalam menerima kritik membangun, dan kecepatan membuang emosi negatif yang berbahaya jika dipendam dalam jiwa dengan cara yang cerdas, apabila mendapatkan ucapan judgmental yang tidak relevan dengan dirinya.

Berikut kiat-kiat meningkatkan kualitas ketangguhan mental.

  • Perbanyak mengingat Nama Suci Tuhan, karena Tuhan memiliki sifat Maha Benar. Sehingga kita dalam kondisi berkesadaran berketuhanan, dimana secara berangsur kebenaran akan menaungi setiap pikiran, tindakan dan perilaku kita.

  • Melatih diri untuk memaknai kata demi kata, melatih menganalisis dan merasakan makna kata demi kata yang didapati dari seorang lawan bicara kita (partner latihan) dalam kondisi latihan pengendalian emosi. Analisa apa dampak dari kata demi kata tersebut, dan rasakan apa manfaat dan kerugian dari kata demi kata kata tersebut. Kemudian nyatakan dalam respon yang relevan dengan isi dari kata yang didapatkan tersebut.

  • Terus melakukan komunikasi dua arah dengan orang-orang terdekat, agar berkepiawaian dalam berkata-kata sarat makna yang membangun.

  • Belajar mengakui kesalahan. Apabila ada kerugian yang ditimbulkan, segera ganti kerugiannya dengan adil (tidak membuat menggerutu pihak yang dirugikan).

  • Buang semua kerangka pikiran, atau bingkai pikiran, atau paradigma yang menghancurkan karakter diri kita seperti, dendam, iri dengki, kikir, kebencian, dan lainnya, kemudian anggap paradigma tersebut sebagai racun yang membahayakan diri kita.

  • Perbanyak literasi dan menyerap informasi yang terjamin aktualitasnya dan kebermanfaatannya, hindari bacaan tidak berguna untuk pengendalian emosi kita dan berita hoax karena bisa mempengaruhi kualitas pikiran hingga respon dan perilaku kita.

  • Perbanyak membaca kitab suci juga kisah-kisah inspiratif, dan cari hikmah kebijaksanaan yang terkandung didalamnya.

  • Menjaga lisan dari perkataan tiada berguna (seperti merendahkan sesama dan melemahkan diri sendiri). 

Demikian selamat mengaplikasikan!

Tertanda.
Rian.
Cimahi, 2 Oktober 2022.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun