Mohon tunggu...
Indrian Safka Fauzi
Indrian Safka Fauzi Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Pemuda asal Cimahi, Jawa Barat kelahiran 1 Mei 1994. Praktisi Kesadaran Berketuhanan, Kritikus Fenomena Publik dan Pelayanan Publik. Sang pembelajar dan pemerhati abadi. The Next Leader of Generation.

🌏 Akun Pertama 🌏 My Knowledge is Yours 🌏 The Power of Word can change The World, The Highest Power of Yours is changing Your Character to be The Magnificient. 🌏 Sekarang aktif menulis di Akun Kedua, Link: kompasiana.com/rian94168 🌏

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop

Demokrasi Liberal atau Demokrasi Berkesadaran?

7 Agustus 2022   12:00 Diperbarui: 7 Agustus 2022   16:35 341
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Demokrasi Berkesadaran (Gambar dari Freepik diolah pribadi)

Saya mengamati akhir-akhir ini Masyarakat ramai dengan fenomena pemaksaan hijab. Menjadi kontroversi disatu pihak membela nilai-nilai demokrasi dan yang satu menilai dikit-dikit demokrasi. Lantas kegalauan ini apa yah obatnya sahabat?

Bagi saya sebagai seorang praktisi Kesadaran Berketuhanan yang universal selama bertahun-tahun. Saya merekomendasikan sebuah obat penawar akan segala kekisruhan dan kegalauan masyarakat yang terjadi. 

Apakah itu? 

Yaitu Demokrasi Berkesadaran

Saya pernah menulisnya di link berikut: 

Demokasi Berkesadaran dan Ideologi Spiritualisme

Demokrasi Berkesadaran memiliki dua pilar universal yang saya ambil dari Mutiara Hikmah Al-Quran (Islam) yakni:

  • A’maalunaa walakum a’maalukum, artinya Bagi kami amalan kami, bagimu amalan mu. Terdapat pada Quran Surah Al-Baqarah ayat 139.
  • Lakum dinukum waliyadin, artinya bagi kamu agama mu, bagi aku agama ku. Terdapat pada Quran Surah Al-Kafirun ayat 6.

Dua ayat Quran yang suci ini menunjukkan:

  • Tidak ada paksaan untuk melaksanakan amalan apapun, semua bertanggungjawab atas amal perbuatannya sendiri di kemudian hari dihadapan Tuhan. Namun saudara seiman memiliki kewajibkan untuk saling mengingatkan dalam kebenaran seperti yang tercantum pada terjemah Al-Quran surat Al-Ashr.
  • Tidak ada paksaan untuk memeluk agama apapun, semua bertanggungjawab atas keyakinannya. Selama ia patuh dan taat menjalankan apa yang diperintahkan Tuhan dan Junjungannya dan menjauhi segala yang dilarang oleh Tuhan dan Junjungannya.

Dengan demikian dua pilar ini kokoh menopang kesadaran kemanusiaan, keagamaan, dan berketuhanan untuk menjalankan demokrasi yang semestinya. Tanpa ada paksaan juga tanpa ada kebebasan yang kebablasan mendobrak norma dan ketentuan beragama.

Semua disadari oleh rakyat seluruh, bahwa ada maksud mengapa Tuhan mengadakan dunia ini dipenuhi oleh segala amalan kebaikan yang termaktub dalam kitab suci, dan mengapa Tuhan mengadakan dunia ini dipenuhi oleh keragaman Agama dan Keyakinan. Itu semua karena kesadaran manusia dalam berkemanusiaan, berketaatan dan berketuhanan yang beragam. 

Maka yang ditonjolkan dalam demokrasi berkesadaran adalah nilai-nilai kesadaran, dan demokrasi hanyalah sebagai fasilitas mewujudkan itu semua. Apabila demokrasi tidak mengarahkan masyarakat semakin berkesadaran, maka gagal-lah sebuah demokrasi.

Kita lihat sendiri. Demokrasi Liberal ala Paman Sam telah membuat Negerinya membusuk dari dalam. Degradasi moralitas merajalela, semua selalu diukur oleh materi, rasisme, intoleransi, maraknya perjudian dan investasi tak jelas asal usul serta transparansi untuk negeri lain yang mana rakyatnya menjadi korban, dan perilaku hedonis makin meraja dengan makin ugal-ugalannya pornoaksi dan pornografi yang bertebaran di setiap konten yang dibuat untuk disebarkan ke khalayak baik secara japri maupun website. Survey Gallup menunjukkannya bisa di akses rujukan dibawah.

Kebebasan yang kebablasan, tidak ada kesadaran akan nilai-nilai religiusitas, karena memang agama dipisahkan perannya dalam berdemokrasi liberal yang kita kenal sekuler (memisahkan peran agama dan bernegara). 

Akibatnya Negara kewalahan dengan perilaku rakyatnya. Keserakahan dan kerakusan merajalela, dan sikap korupsi pejabat yang ditutup-tutupi seringkali menghantui negeri dengan menganut konsep Demokrasi ini. Mau ga mau harus makan negeri orang. Apakah mau kita menjadi korban selanjutnya jika menggunakan konsep Demokrasi seperti ini?

Padahal Agama sangat berperan penting menjaga moralitas suatu bangsa dan negara. Namun bukan dengan cara memaksa apalagi otoriter untuk melakukan penjagaan moralitas masyarakat. Karena pemaksaan akan amalan dan keagamaan yang terjadi adalah pengutukan atas nama Hak Asasi Manusia. Yaaah... masalah baru muncul lagi dech sahabat!

Oleh karena itu Agama dalam berdemokrasi berperan sebagai pedoman berkesadaran. Baik itu kesadaran Hukum, kesadaran kemanusiaan, dan Kesadaran berketuhanan. Three in One, semua menjelma menjadi karakter yang kuat, yakni karakter yang Pancasilais.

Demokrasi Berkesadaran adalah solusi penengah semua permasalahan yang ada, maka dari itu mari kita bersama-sama menggali nilai-nilai universal dari kitab suci umat beragama yang ada di seluruh bumi Nusantara, untuk mewujudkan Demokrasi yang menjunjung nilai-nilai luhur religiusitas, tanpa paksaan, tanpa sekat, tanpa kasta, dengan satu kesatuan yang utuh yakni Bangsa dan Negeri Indonesia Tercinta yang penuh dengan Kesadaran dan Moralitas.

Biarkan secara alami, masyarakat memaknai arti Amalan dan Keagamaan. Dengan berkesadaran dan saling mengingatkan dalam kebaikan dan kebenaran melalui berdemokrasi.

Rujukan: 1, 2

Tertanda.
Rian.
Cimahi, 7 Agustus 2022.

Indrian Safka Fauzi untuk Kompasiana.
For our spirit... never die!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun