Mohon tunggu...
Indrian Safka Fauzi
Indrian Safka Fauzi Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Pemuda asal Cimahi, Jawa Barat kelahiran 1 Mei 1994. Praktisi Kesadaran Berketuhanan, Kritikus Fenomena Publik dan Pelayanan Publik. Sang pembelajar dan pemerhati abadi. The Next Leader of Generation.

🌏 Akun Pertama 🌏 My Knowledge is Yours 🌏 The Power of Word can change The World, The Highest Power of Yours is changing Your Character to be The Magnificient. 🌏 Sekarang aktif menulis di Akun Kedua, Link: kompasiana.com/rian94168 🌏

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Mengapa Sapi Dilarang Dibunuh dan Dikonsumsi Dagingnya Menurut Pengetahuan Veda?

22 Mei 2022   04:00 Diperbarui: 22 Mei 2022   06:14 1406
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sapi adalah hewan yang disucikan dan dimuliakan dalam Tradisi Ajaran Veda Kuno hingga Modern saat ini. Jika kita menggunakan pendekatan karakteristik Makhluk berdasarkan 3 Sifat Alam (Sattvam/Kebaikan, Rajas/Nafsu, dan Tamas/Abai), maka Sapi tergolong hewan yang bersifat Sattvam/Kebaikan karena karakteristiknya yang penuh kelembutan dan kebaikan yang paripurna.

Makhluk apapun yang tergolong dalam sifat Sattvam, sejatinya tidak boleh dibunuh, apalagi hanya karena alasan rendah demi kepuasan nikmat lidah dan perut. Sangat tidak dibenarkan oleh ajaran Veda dari zaman ke zaman untuk dibunuh/disembelih karena alasan demikian. 

Al-Quran sendiri mengabadikan Sapi Betina sebagai Judul Surah Al-Quran, yakni Al-Baqarah. Nama Makhluk apapun yang menjadi judul Al-Quran sejatinya berada dalam perlindungan Allah, karena Allah memuliakannya dengan diabadikan sebagai judul Surah Al-Quran, termasuk An-Nahl (Lebah), An-Nahl (Semut), dan hewan lainnya yang dijadikan judul surah Al-Quran, sebagaimana para Ulama melarang membunuhnya tanpa alasan yang dibenarkan. 

Namun saya sendiri masih mempertanyakan, mengapa tidak untuk Sapi? Yang sampai detik ini menjadi sumber konflik di kalangan Muslim dan Hindu di Negeri India.

Mengapa demikian? Karena Makhluk-Makhluk hidup tersebut (yang tersurat di Judul Surah Al-Quran) banyak memberikan hikmah pelajaran berharga kepada umat manusia tentang sifat kebaikan di alam dunia ini.

Sapi sejatinya dalam perlindungan para Dewa jika dalam Ajaran Sanatana Dharma, atau dalam Ajaran Abrahamik maka Sapi berada dalam perlindungan Para Malaikat. Karena Sapi sangat berjasa dan berkontribusi terhadap kemajuan spiritual/keruhanian umat manusia dari perahan susunya dan olahan susunya.

Sapi memiliki karakteristik unik, karena ia tidak menjadi kompetitor dalam hal makanan dengan manusia. Sapi rela memakan sisa-sisa makanan yang tidak dimakan manusia yang berasal dari tumbuh-tumbuhan. Ini menunjukkan sifat welas asih sapi kepada umat manusia.

Bahkan di Bali, terdapat tradisi dilarang memakan daging sapi bagi kalangan Brahmana, barangsiapa ada Brahmana memakan daging sapi. Maka Level Ke-Brahmana-annya turun drastis ke level Brahmana Patita, atau Brahmana yang level kebijaksanaannya paling rendah.

Dalam segi kehidupan Balita-pun, balita sangat membutuhkan nutrisi dari Susu Sapi. Susu sapi dapat mencerdaskan spiritual manusia (kecerdasan karakter) jika dikonsumsi secara rutin, bahkan untuk kalangan umur berapapun sampai lansia. Maka barangsiapa makhluk menyusu dari susu makhluk tersebut, secara tidak langsung Sapi berperan sebagai salah satu Ibu Umat Manusia melalui susunya. Ini tidak bisa dipungkiri. 

Mengkonsumsi air susu sapi secara rutin setiap hari, sangat berdampak pada level kebijaksanaan seseorang dalam memaknai hidup. Banyak umat sanatana dharma dari kalangan Brahmana yang rajin mengkonsumsi air susu sapi, ketajaman pandangan bathin/ruhani beliau sangat akurat memandang spiritualisme lawan bicaranya, dan beliau semua sangat bijaksana dalam memaknai hidup. Fenomena ini saya saksikan sendiri ketika berkunjung di salah satu Ashram Vaisnava (Penyembah Sri Visnu) di Citeko, Bogor, Jawa Barat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun