Mohon tunggu...
Indrian Safka Fauzi
Indrian Safka Fauzi Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Pemuda asal Cimahi, Jawa Barat kelahiran 1 Mei 1994. Praktisi Kesadaran Berketuhanan, Kritikus Fenomena Publik dan Pelayanan Publik. Sang pembelajar dan pemerhati abadi. The Next Leader of Generation.

🌏 Akun Pertama 🌏 My Knowledge is Yours 🌏 The Power of Word can change The World, The Highest Power of Yours is changing Your Character to be The Magnificient. 🌏 Sekarang aktif menulis di Akun Kedua, Link: kompasiana.com/rian94168 🌏

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Pemikiran Sempit Membuat Hidup Terhimpit

20 April 2022   10:00 Diperbarui: 29 April 2022   15:29 1408
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Pemikiran sempit, membuat hidupmu terhimpit, maka jangan salahkan siapa-siapa jika selama ini hidup selalu terhimpit", sebuah kalimat yang pernah Rian ucapkan kepada keluarga terkasih.

Memanglah benar, pemikiran sempit membuat seorang menjadi sempit wawasannya, yang disebabkan tidak mau belajar sepenuh hati juga belajar tidak mengenal waktu dan usia akan ilmu pengetahuan dan pengalaman umat manusia yang begitu luas melebihi luasnya samudra.

Akibat dari wawasan yang sempit, kecenderungan menjadi seorang radikal dan gelap mata akan keyakinannya bisa saja terjadi. Dan dari detik ini, orang-orang demikan dapat ditemukan di lingkungan masyarakat bumi Nusantara. Mereka yang memerangi perbedaan keyakinan, walau saat ini Hukum Negara sama sekali tidak memberikan ruang gerak bagi mereka untuk berbuat sewenang-wenang. 

Hidup mereka sejatinya dipenuhi oleh rasa kebingungan, inilah dampak dari wawasan yang sempit. Ogah untuk belajar hal yang baru, hanya berkutat pada pembenarannya yang ia anggap sebagai jalan menuju keselamatan versi mereka. 

Mereka memiliki potensi menjadi 'martir' untuk membela pembenarannya, tidak jarang tindak kekerasan mereka lakukan, dan mereka anggap kematian mereka setelah mereka berbuat demikian merupakan jalan bertemu "Para Bidadari" versi mereka.

Sesungguhnya mereka terjebak dengan halusinasi. Mereka mencipta musuh-musuh imajiner yang berasal dari pemikiran sempit mereka sendiri.

Sungguh beruntung bagi manusia yang mau belajar banyak hal dan pengetahuan yang beragam. Wawasan mereka menjadi luas. Dan semakin luas lingkar pergaulan mereka. Lebih hebat dari ungkapan toleransi, yakni kebersamaan hidup dalam perbedaaan penuh aneka warna.

Mereka menganggap keanekaragaman hidup yang penuh kerukunan ibarat lukisan berharga yang dihiasi oleh pernak-pernik warna yang indah nan beragam. Membuat lukisan layak untuk ditatap penuh kekaguman. Inilah Bhinneka Tunggal Ika warisan leluhur kita semua.

Seperti kisah Buya Hamka yang mengakui setelah beliau membaca ribuan kitab, membuatnya semakin rendah hati akan dirinya, dan semakin berisi ilmu pengetahuannya, semakin bijak memaknai perbedaan. Ini menandakan semakin luas wawasan seorang, maka semakin indah dan mulia karakter yang ia miliki.

"Pemikiran luas, membuat hidupmu bebas leluasa, inilah buah dari perjuanganmu untuk mau meluaskan wawasanmu."

Tertanda.
Rian.
20 April 2022.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun