Mohon tunggu...
Intan Zulfiana
Intan Zulfiana Mohon Tunggu... Freelancer - Ibu rumah tangga

Seorang introvert yang di dalam kepalanya ramai akan ide, gagasan, dan kata-kata, sesekali menuangkannya dalam tulisan.

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

Relate Nggak Relate, Ngeri-Ngeri Sedap Sukses Bikin Mewek Berkali-kali

16 November 2022   07:49 Diperbarui: 16 November 2022   08:09 297
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cuplikan adegan dalam film Ngeri-Ngeri Sedap (Sumber : Youtube Channel Imajinari)

Such a heartwarming story yang mengalir lembut begitu saja, tapi damage nya luar biasa. Dengan cast utama yang hampir semuanya adalah pelakon di bidang komedi, kalau nggak nonton trailer atau review nya terlebih dulu, mungkin bakal ngira kalau ini film komedi lucu yang bikin ketawa ketiwi doang.

Nyatanya, sepanjang nonton film ini justru dibikin nangiiisss dan mikir. Bukan, bukan mikir ala film mumet njelimet penuh teka teki gitu. Tapi mikir tentang hidup. Betapa rumitnya hubungan anak dan orang tua, orang tua dan anak. Betapa tidak mudahnya jika kita menempatkan diri sebagai anak ketika menonton film ini, tapi juga mumet kalau kita sudah jadi orang tua. Saya yakin, kalaupun kita nggak mengalami apa yang ada di film ini, tapi kita bisa berempati betul pada para karakter di cerita ini.

Bapak Domu (Arswendy Bening Swara) dan Mamak Domu (Tika Panggabean) punya satu anak perempuan dan tiga anak laki-laki. Ketiga anak laki-lakinya yaitu Domu (Boris Bokir), Gabe (Lolox), dan Sahat (Indra Jegel), merantau dan tidak kembali ke kampung halamannya di Batak selama bertahun-tahun. Atas nama rindu mamak yang sudah menggunung, dan ego bapak yang mau 'menarik' anak-anaknya kembali ke kampung untuk memenuhi keinginannya, merekapun mulai merencanakan sesuatu. Rencana berjalan, anak-anak pulang, namun di sinilah drama keluarga yang menyesakkan jiwa dimulai.

Ngeri-Ngeri Sedap beneran bawain cerita yang sangat dekat dengan kehidupan kita di negara ini. Negara dimana orangnya masih menjunjung tinggi adat, kebiasaan turun temurun, semuanya kayak harus sesuai template. Tapi bagusnya, film ini adil dalam membedah satu demi satu sudut pandang. Baik dari sisi orang tua maupun anak.

Kita nggak akan tega lihat sorot mata mamak ketika membicarakan anak-anaknya yang bahkan sudah 6 tahun tidak ia jumpai. Tapi selalu tidak bisa melakukan apa-apa selain nurut sama kata bapak. Tapi kitapun nggak akan tega melihat bapak terpukul dan putus asa ketika anak-anaknya pergi meninggalkannya. Bahkan ada rasa pedih ketika si Sahat (Indra Jegel) lebih nyaman dengan Pak Pomo, bapak kosnya ketika KKN di Jogja.

Bapak Domu, sebagai seorang ayah yang berwatak keras dan dominan, cuma tau perannya hanyalah sebagai pencari nafkah lahir dalam keluarga. Sudah menyekolahkan anak-anak sampai sekolah tinggi, artinya sudah berhasil menjadi ayah. Bapak nggak tau kalau ada peran lain yang anak-anaknya dambakan selama ini darinya. Menjadi Bapak yang bisa menjalin komunikasi, ngobrol, diskusi, hingga memberi contoh bagaimana sikap menyayangi satu sama lain antar saudara. Di sisi lain, keputusan anak-anak pergi dari keluarga dan kampungnya juga bisa dipahami.

Ngeri-Ngeri Sedap bakal jadi film yang ruwet dan nyesek kalau nggak ada karakter penengah dalam situasi yang nggak mudah seperti itu. Untungnya, mereka kasih karakter opung yang begitu bijaksana. Opung ini bak embun penyejuk di tengah kekeringan. Karakternya amat tenang, bijak, dan open minded. Satu linenya Opung yang bikin mak jleb waktu bapak curhat sama dia pasca ditinggal anak-anak dan istrinya, "Kalau anak berkembang, orang tua pun harus berkembang. Jadi orang tua itu nggak ada tamatnya. Harus belajar terus."

Iya betul, dialog opung tadi beneran tepat sasaran. Intinya, jaman itu berubah., manusia berubah, maka parentingpun berubah. Apa yang diterapkan kakek kita ke orang tua kita, mungkin sudah tidak bisa lagi diterapkan orang tua kita ke kita. Begitupun seterusnya. Orang tua memang harus terus belajar menjadi orang tua. Dan itu memang tidak mudah. Tapi orangtua yang baik bukan yang mempertahankan egonya, tak mau belajar sama sekali atas nama 'orang tua kan selalu benar'. Jangan. Kalau nggak mau anaknya tertekan atau malah kabur.

Meskipun Ngeri-Ngeri Sedap mengambil latar belakang kehidupan orang Batak, tapi konflik yang terjadi sebenarnya bersifat general. Jadi hal yang terjadi di situ bisa banget dialami suku lain, apapun itu. Begitu juga dengan pesan yang ingin disampaikan. Berlaku untuk siapapun.

Saya bisa bilang Ngeri-Ngeri Sedap ini film yang bagusssss bangettttt. Bener-bener membuka pikiran dan banyak pelajaran berharga yang bisa kita petik dari sini. Soal teknis macam sinematografi, beberapa scene akan memukau mata penonton dengan pemandangan indah sekitar danau Toba. Pun dengan memasukkan adat atau tradisi dan ritual suku Batak. Soundtrack nya pun diisi dengan lagu-lagu dan musik batak. Komedinya justru tidak banyak. Cuma pas adegan nya Sahat sama ibu-ibu kondangan itu bikin ngakak banget.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun