Fenomena Hustle Culture di Kalangan Pelajar
Hustle culture atau budaya kerja keras adalah ketika seseorang terdorong untuk bekerja lebih keras melebihi batas jam kerja biasa mereka demi mencapai tujuan tertentu, meskipun harus mengorbankan waktu pribadi mereka (Ulfah dan Nurdin, 2022). Gaya hidup yang sangat menekankan kerja keras tanpa henti ini kini telah diadopsi oleh para pelajar. Anak-anak seringkali mendapat tekanan dari berbagai pihak seperti orang tua, guru, dan lingkungan sekitar mereka untuk terus mencetak prestasi, baik di bidang akademik maupun non-akademik.
Pelajar memiliki jadwal kegiatan yang sangat padat, dimulai dari kegiatan sekolah, les tambahan hingga kegiatan ekstrakurikuler. Tak sedikit dari mereka yang merasa tertekan dalam memenuhi ekspektasi yang tinggi, sehingga mereka sering mengabaikan waktu untuk beristirahat dan bermain yanrg dimana hal tersebut sangat penting bagi kesehatan fisik dan mental. Selain itu, pengaruh media sosial yang sering menggambarkan gaya hidup produktif sebagai ukuran keberhasilan juga memperburuk keadaan ini. Anak-anak cenderung membandingkan diri dan prestasi teman-teman mereka yang ditunjukkan di media sosial, sehingga tekanan untuk mengejar hal serupa pun meningkat.
Dampak Hustle Culture pada Kesehatan Mental Pelajar
Tekanan ini tentunya berdampak negatif bagi kesehatan mental anak, antara lain sebagai berikut:
1. Stres dan Kecemasan Berlebih
Pelajar seringkali merasa cemas karena harus memenuhi ekspektasi tinggi yang diberikan oleh orang tua atau sekolah, sehingga keadaan ini dapat menyebabkan gangguan seperti kecemasan berlebihan, stress atau bahkan depresi.
2. Ketidakseimbangan Hidup
Akibat dari tekanan, anak-anak menjadi lebih semakin sulit untuk mengimbangi waktu belajar dan aktivitas pribadi mereka. Waktu-waktu untuk bersantai, bermain dan bersosialisasi menjadi sering tergeser yang pada akhirnya membuat mereka terisolasi dari kehidupan sosial.
3. Burnout
Anak-anak yang terjebak dalam hustle culture sering merasa tidak puas dan terus mengejar tujuan baru, meskipun telah mencapai berbagai tujuan awal mereka. Kondisi ini dapat menyebabkan burnout yang ditandai dengan kelelahan emosional, hilangnya motivasi dan ketidakmampuan untuk menikmati aktivitas yang mereka lakukan.