Mohon tunggu...
Intan Siti Noer Rita Daswan
Intan Siti Noer Rita Daswan Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Writer and Life Style Blogger

Mom of two boys who loves writing, blogging, and story telling

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Dua Hadiah Berharga dari Ibuku

3 Januari 2018   20:47 Diperbarui: 3 Januari 2018   20:50 360
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Jika ditanya apa hadiah yang paling berkesan dan berharga dari ibuku?

Hmmm... Ada dua hadiah berharga dan terindah yang diberikan oleh ibuku. Pertama, waktu penuh yang diberikan ibu untukku. Aku bersyukur dibesarkan oleh seorang ibu yang rela menginvestasikan waktunya untuk anak-anaknya. Beliau bahkan sampai tidak memiliki waktu me time sedetik pun. 

Ya, ibuku memang bukan seorang wanita karier. Meskipun sebelum menikah ibu adalah wanita pekerja, tapi setelah menikah, ia memutuskan untuk memberikan seluruh waktunya untuk mengurusi suami dan anak-anaknya. 

Meskipun ibuku juga memiliki usaha di rumah, tapi hal itu tidak dijadikannya prioritas. Karena baginya menemani tumbuh kembang anak-anaknya jauh lebih penting. Apalagi, ketika memiliki anak bungsu yang sering sakit-sakitan. Ia begitu telaten mengurusi dan merawatnya dengan penuh cinta. 

Akulah si anak bungsu itu. Aku yang sejak kecil hingga remaja sering sakit-sakitan, memang lebih sering berada di rumah. Tapi, aku beruntung karena ibuku selalu berada di sampingku dan akan dengan sigap melakukan apapun untukku. Ibu sangat telaten merawatku.

Aku sering berpikir, andaikan saat itu aku harus melalui hari ditemani ibu, tentu saja proses penyembuhannya tidak akan secepat yang aku rasakan. Aku juga merasa keberadaan ibu yang selama 24 jam di rumah dan juga selalu fokus ketika merawatku, membuatku merasa nyaman. Ibu tak pernah lelah mengantarkanku untuk kontrol dan selalu mengingatkanku agar tidak lupa minum obat.

Tidak hanya waktu yang menurutku merupakan hadiah terindah dari ibuku. Tapi, perhatian dan motivasi yang bisa membuatku bisa bangkit. Ya, penyakit yang tak kunjung sembuh membuatku tumbuh menjadi pribadi yang takut untuk bermimpi. Aku juga menjadi anak yang penakut dan pemalu. Aku takut mencoba hal baru dan malu ketika melakukan apapun.

Hampir setiap saat ibuku selalu mengatakan kalau tidak ada yang tidak mungkin di dunia ini. Ibuku bahkan terus meyakinkanku kalau aku mampu untuk menjadi lebih baik dari yang lain. Penyakitku ini bukanlah penghalang untuk maju dan menjemput cita-cita. Ibuku tidak pernah lelah memberikan motivasi agar aku tidak mengalah dengan kondisiku.

Apa yang dikatakan ibu sangat memberikan dampak yang luar biasa bagiku. Meskipun aku jarang masuk sekolah sejak duduk di bangku SD karena penyakitku ini, tapi aku  selalu bisa mengejar ketertinggalan dan juga meraih peringkat yang baik. Sejak kelas 4 SD pun, aku selalu mewakili sekolah untuk mengikuti lomba mengarang dan juga membaca cepat. Aku juga sering menjadi wakil untuk lomba cerdas cermat dan membaca puisi.

Tidak hanya itu, sejak duduk di bangku SMA, aku sudah bisa mendapat uang saku sendiri dari hasil mengajar les Bahasa Inggris. Aku juga bisa membiayai kuliah dari hasil mengajar les dan juga mengaji. Bahkan, aku diberikan keperacayaan untuk mengajarkan Bahasa Indonesia kepada mahasiswa, dosen dan juga pengusaha dari Belanda.

Selain itu, aku juga bisa menjemput impian menjadi seorang penulis dan pembicara. Aku bisa berbagi inspirasi lewat tulisan dan kata. Memberikan motivasi kepada para remaja menjadi bagian aktivitasku sehari-hari.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun