Mohon tunggu...
Nurul IntanBerlian
Nurul IntanBerlian Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Seorang Mahasiswi yang suka akan hal-hal gila!

Mari budayakan membaca~

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Tari Seudati Tak Kalah Asyik dari Joget TikTok!

19 April 2021   19:52 Diperbarui: 19 April 2021   20:14 435
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Demi mengisi waktu luang selama pandemi, tak sedikit orang yang menggunakan aplikasi TikTok pada ponsel mereka. Dikarenakan hal tersebut, hampir tidak ada yang tidak mengetahui apa itu TikTok. TikTok adalah sebuah jaringan sosial media berplatform video musik. 

Banyak konten yang dapat ditemukan dari berbagai video yang diunggah para kreator pada aplikasi tersebut. Mulai dari konten bermanfaat seperti berita terbaru, edukasi pendidikan, berbagai tips lifehack, seputar religi, hingga konten-konten yang kurang senonoh seperti goyangan-goyangan yang mengumbar aurat dan bertentangan dengan syariat islam. Namun sangat disayangkan justru konten-konten goyangan tersebutlah yang lebih cepat diterima oleh kaum milenial. Sehingga terdapat banyak gerakan tubuh yang sudah menjadi ciri khas goyangan Tiktok.

Apapun yang diunggah pada aplikasi tersebut, bisa menyebar ke seluruh penjuru dunia dengan cepat. Bahkan siapapun bisa mendadak jadi artis jika konten yang diunggah cukup menarik penonton. Tak hanya remaja, goyang TikTok tersebut sudah merambat luas ke anak usia di bawah tahun hingga balita. Memang sedikit menggemaskan jika kita melihat anak usia balita dengan lincah bergoyang TikTok. Terlebih belakangan ini sedang hangat-hangatnya goyangan pinggul berjudul “Saya Masih Ting Ting” yang bilamana kita menyebut sepenggal saja lirik dari lagu Ayu Tingting tersebut anak-anak langsung dengan sendirinya menggoyangkan pinggul bak video-video yang viral pada aplikasi yang tengah trend tersebut. 

Namun bila syair-syair tarian daerah yang dilantunkan seperti “Mile mile laha, walaha uhella, Mile mile lahe, walahe uhelle”  sangat sedikit dari mereka yang mengetahui tarian dari syair tersebut bahkan ada juga yang mengaku belum pernah mendengarnya sama sekali sehingga tidak tahu persis bagaimana gerakan tari dari syair tersebut. Hal ini mengartikan  minimnya pengetahuan anak masa kini dengan budaya lokal yang tak kalah mendunia. Terbukti seperti Aceh yang terkenal dengan Tari Saman-nya. Padahal budaya daerahlah yang seharusnya lebih dahulu dikenal dan dikembangkan oleh Kaum Milenial demi menjaga kelestarian budaya daerah.

Selama kegiatan KPM (Kuliah Pengabdian Masyarakat) berlangsung, penulis mengusung Tema “Milenial Membangun” sebagai acuan dalam program kerjanya. Momen ini dimanfaatkan dalam upaya melestarikan budaya daerah aceh di Desa Sungai Pauh Induk, yakni dengan mengenalkan gerak dasar dalam Tari Seudati kepada anak-anak daerah setempat. Tak hanya mengajarkan gerakannya, anak-anak juga perlu diberi tahu sedikit banyaknya sejarah mengenai Tari Seudati sehingga tak hanya tahu, tapi juga mengenalnya.

Tari Seudati adalah salah satu tarian tradisional yang berasal dari daerah Aceh. Tarian ini biasanya ditarikan oleh sekelompok penari pria dengan gerakannya yang khas dan enerjik serta diiringi oleh lantunan syair dan suara hentakan para penari. Gerakannya didominasi oleh gerakan tangan dan kaki dengan dukungan pola lantai yang bervariasi. Gerakan yang paling menonjol adalah gerakan tepuk paha, petikan jari, gerak ttangan dan hentakan kaki yang dilakukan dengan lincah, cepat serta harmonis. 

Tak hanya laki-laki, perempuan juga bisa membawakan tarian ini yang disebut dengan Seudati Inong. Perbedaannya terletak pada penepukan. Jika laki-laki banyak menepuk pada bagian perut, sedangkan perempuan menepuk pada bagian paha. Tari Seudati ini awalnya sering difungsikan sebagai media dakwah dikarenakan syair yang dilantunkan dalam tarian ini berisi tentang kehidupan dan ajaran agama. Namun seiring berjalannya waktu, tarian ini juga ditampilkan sebagai tarian pertunjukan.

Selama berlangsungnya program kerja dalam kegiatan pengabdian tersebut, banyak anak-anak di desa Sungai Pauh Induk berantusias tinggi untuk mengikuti pelatihan tari yang dilaksanakan selama dua pekan. Terlebih pada usia anak-anak mereka lebih gemar menerima materi sembari bermain atau melakukan gerakan-gerakan badan sembari menari. Mereka juga mengaku bahwa Tari Seudati tak kalah serunya dibandingkan dengan goyangan TikTok. 

Berbeda dengan TikTok yang sudah pasti berplatform musik, justru dalam tarian ini tidak mengenakan musik sama sekali, melainkan hanya syairlah yang dilantunkan oleh seseorang yang disebut “Syeikh”.  Tetapi dikarenakan gerakannya yang enerjik dan keindahan pola lantainya inilah yang membuat tarian ini semakin indah dan sudah tentu sangat seru bila ditarikan berkelompok.

Pelatihan yang dilakukan selama dua pekan tersebut berhasil menanamkan rasa kecintaan anak-anak daerah setempat pada budaya tradisional yang kita miliki. Hal ini membuktikan bahwa kebudayaan yang kita miliki semestinya tak kalah menarik dengan dunia modern. Hanya saja kurangnya edukasi yang mereka terima sehingga menyebabkan kurangnya kepedulian mereka terhadap budaya daerah. Sudah waktunyalah bagi kita kaum milenial untuk meneruskan adat istiadat nenek moyang kita agar tak lenyap ditelan waktu.

“Kegiatan ini benar sangat bermanfaat mengingat hampir meredupnya budaya lokal. Semoga kegiatan ini tak hanya berhenti sampai disini saja melainkan terus berjalan agar selalu berkembang”, ujar Geuchik Sungai Pauh Induk Aguslim Tanjung.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun