Mohon tunggu...
Intan Rahmawati
Intan Rahmawati Mohon Tunggu... Guru - Guru

Saya merupakan pribadi yang humble, gemar berkomunikasi dengan orang lain karena saya sangat menyukai berbicara terlebih di depan umum, singkatnya saya adalah seorang yang ekstrovert. Di samping dari itu semua, saya hobi menuangkan perasaan saya lewat tulisan, seperti puisi atau cerpen. Hampir semua tulisan saya adalah wujud dari kehidupan saya dan orang-orang di sekitar saya. Bagi saya, lewat menulis saya dapat mengekspresikan apa yang tidak dapat saya utarakan melalui suara dan gesture tubuh. Serta bagi saya tulisan adalah ungkapan perasaan yang paling jujur.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Ruang Hampa

1 Desember 2022   10:03 Diperbarui: 1 Desember 2022   10:05 73
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Pagi tadi ku tengok perasaanmu yang terluka, lalu kudapati kau bersenda gurau dengan gerimis, menciptakan tawa dan tangis yang bersahutan. Lalu ku raih tanganmu yang pernah lara, kupeluk dirimu yang basah, hingga kau hilang rasa.


Siang ini tergores kembali hatimu, dan kau berteriak menyeru, dunia bukan tempat yang berpihak kepadamu. Lalu kubersihkan lukamu, kuhapus tangismu, kudekap jiwamu yang runtuh. Mati sudah hatimu, hingga kau hilang rasa.


Sore ini kau tampak bahagia, bersiul menyapa burung gereja yang mendatangimu. Oh ternyata matahari kembali menyeruak, gerimis telah henti, dan lukamu mulai tak nampak, tetapi nampaknya yang kau tunggu tak juga tiba. Hingga kau hilang rasa.


Malam pun tiba. Kau memerintahkan ku memperhatikan langit, "jika ada bintang jatuh, atau gerhana bulan, segeralah menyeruku !" Itu katamu. Aku yang naif, lantas ku ikuti perintahmu, yang seolah sebuah hipnotis tukang sulap. Bintang tak satu pun jatuh, gerhana, jangankan muncul, bulan pun malu-malu malam itu. Hanya dia yang kudapati sedang bersamamu, bermain kembang api sambil berlari mengejar kunang-kunang, dan kulihat kau tersenyum. Saat itulah aku sadar, malam itu sedang hujan, dan membuatku hilang rasa.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun