Mohon tunggu...
intan rahmadewi
intan rahmadewi Mohon Tunggu... Wiraswasta - bisnis woman

seorang yang sangat menyukai fashion

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Hargai Sejarah dengan Memutus Rantai Radikalisme

8 Maret 2022   21:25 Diperbarui: 8 Maret 2022   21:31 505
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Di beberapa negara di dunia, amat menghargai agama sebagai bagian yang tak terpisahkan dari masyarakat berbudaya dan berakhlak. Bahkan agama seakan menjadi kompas bagi sebuah keputusan arah bersikap dari suatu masyarakat.

Meski Indonesia bukan merupakan negara agama karena negara kita nasionalis dan pluralis --terdiri dari berbagai agama dan keyakinan, etnis bahwa perbedaan lainnya- namun Islam sebagai agama mayoritas menjadi tuntunan masyarakat untuk bertindak dan bersikap. 

Kita bisa menemukan masjid dengan mudah di banyak wilayah (kecuali Papua, NTT dan beberapa lainnya) karena jumlah masjid di negara kita ini mencapai hampir satu juta masjid. 

Belum lagi mushala dan pondok pesantren yang teramat banyak jumlahnya. Sehingga bisa dikatakan bahwa kehidupan agama di negara kita amat kuat.

Menjadi istimewa karena kehidupan masyarakat kita amat harmoni. Islam dengan Kristen dan Katolik atau dengan Budha dan Hindu berjalan seiringan, bahkan kadang berdiri berdampingan dan terpisahkan dengan tembok. Kita juga tahu bahwa masjid terbesar di Asia Tenggara yaitu masjid Istiqlal dirancang oleh seorang Kristiani dan berdekatan dengan gereja Katedral.

Kehidupan harmoni karena dalam sejarah Islam masuk dengan damai, hidup bersama dengan keyakinan lain. Kegiatan syiar di masa lalu tidak mengandalkan kekerasan fisik untuk membuat masyarakat beralih ke agama Islam, namun melalui budaya dan berbagai adat setempat. Para pedagang Gujarat tidak pernah memaksa agama lokal untuk memeluk agama mereka. 

Begitu juga dengan wali songo yang menyebarkan agama Islam di  pulau Jawa, malah menggunakan budaya lokal untuk menyebarkan agama itu. 

Dengan cara seperti itulah Islam bisa berkembang dengan sangat baik dan diterima oleh sebagian besar masyarakat dan kini dipeluk oleh sekitar 85% penduduk Indonesia.

Sayangnya, kondisi itu seakan dirusak oleh beberapa pihak yang seolah menafikan sejarah di atas. Mereka merasa bahwa keyakinan diluar keyakinannya itu salah dan melakukan tindakan dan sikap yang unfaedah, seperti membully, menyegel rumah ibadah umat lain, menutup jalan masuk dan lain sebagainya.

Selain itu ruang dan mimbar agama pada salat Jumat  dan beberapa kesempatan digunakan oleh tokoh kelompok ini termasuk para penceramah untuk memprovokasi masyarakat dengan sangat massif. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun