Mohon tunggu...
intan rahmadewi
intan rahmadewi Mohon Tunggu... Wiraswasta - bisnis woman

seorang yang sangat menyukai fashion

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Nusantara dan Cita-cita Baik

28 Januari 2022   22:33 Diperbarui: 28 Januari 2022   22:41 55
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Beberapa waktu ini nama Ibukota negara (IKN) yang baru yaitu Nusantara, sering menjadi olok-olokan beberapa kalangan. IKN baru yang rencana akan menempati wilayah kabupaten Penajam Passer Utara ini dituding adalah keinginan beberapa pihak saja alias oligarkhi.

Tidak itu saja mereka juga mengolok-olok nama Nusantara yang dinilai tidak mencerminkan Indonesia karena Nusantara dinilai terlalu berbau Jawa. Ketiga, alasan olok-olokan itu karena memang ada pihak dan orang-orang yang selalu mencerca kebijakan dan rencana pemerintah. Ibarat oposisi, pihak dan orang-orang itu selalu tidak setuju meski rencana pemerintah itu baik.

Bahkan dalam satu tayangan di youtube memperlihatkan penolakan itu dengan ekstrem disertai dengan pengibaran bendera ormas yang sudah dilarang yaitu Hizbuth Tahrir Indonesia (HTI). Kritik negatif ini dibumbui dengan kritik bernuansa agamis sehingga apa yang dilakukan pemerintah adalah salah di mata agama.

Bila kita kaji lebih lanjut, terpilihnya nama Nusantara adalah pilihan tepat dari 80 nama yang diusulkan berbagai pihak. Nusnatara adalah akumulasi kebudaya kita yang berbeda-beda dan kaya. Dalam kata Nusantara juga terkandung prespektif geografis Indonesia yang membentang dari Sabang sampai Merauke dengan sekitar 17 ribu pulau yang didiami oleh berbagai karakter budaya dan warga serta bahasa yang berbeda. Ini juga termasuk agama yang sangat tipikal agama dengan nuansa indonesia.

Keberagaman ini pernah disinggung oleh Presiden pertama Indonesia yaitu Soekarno yang pernah berujar bahwa "Kalau jadi Hindu, jangan jadi orang India. Kalau jadi Islam, jangan jadi orang Arab. Kalau jadi Kristen, jangan jadi orang Yahudi. Tetaplah jadi orang Indonesia dengan adat budaya Nusantara yang (kaya raya) ini".

Ungkapan ini sangat dalam, karena menunjukkan karakter Indonesia dalam hubungannya dengan pengaruh dari luar termasuk agama, budaya dan lain sebagainya. Kita lihat saja bagaimana Wali Songo yang menyebarkan agama islam di jawa dengan tidak menafikan budaya setempat. Alhasil kini Islam menjadi agama terbesar di Indonesia karena tersampaikan dengan baik.

Karena itu antipati buta seperti yang ditunjukkan oleh beberapa orang yang tidak setuju tentang kepindahan ibukota negara dari jakarta ke kalimantan selayaknya tidak pada tempatnya. Tidak ada pemerintah yang punya keinginan untuk menyengsarakan rakyatnya; memiskinkan rakyatnya atau membodohi rakyatnya.

Kepindahan ibukota di Nusantara -- Kalimantan ini merupakan keputusan dengan mempertimbangkan banyak hal ; dan tentu saja untuk kepentingan bangsa dan masyarakat Indonesia.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun