Mohon tunggu...
intan rahmadewi
intan rahmadewi Mohon Tunggu... Wiraswasta - bisnis woman

seorang yang sangat menyukai fashion

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Jangan Dangkal dalam Berdakwah

22 Januari 2022   10:10 Diperbarui: 22 Januari 2022   10:14 172
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Keragamanan suku, budaya dan keyakinan yang ada di Indonesia kadang dilupakan oleh beberapa komponen di masyarakat. Kita berada di negara besar dengan hampir 17 ribu pulau ang tersebar dari Sabang sampai Merauke. 

Pulau di Indonesia tidak hanya pulau Jawa, Sumatera, Kalimantan , Bali, Sulawesi dan Papua saja , namun banyak sekali pulau-pulau kecil di sekitar Ternate, Nusa Tenggara Timur sampai Papua.

Letak geografis itu membawa perbedaan budaya juga selain pengaruh asing seperti Tionghoa dan Arab di beberapa pulau di Indonesia. Kita bisa melihat keturunan Tionghoa di Medan punya tipikal berbeda dengan keturunan Tionghoa yang berada di Jawa atau di Kalimantan Barat (Pontianak). 

Tengok saja pengaruh lokal dalam bahasa keseharian mereka menjadian Tionghoa di Jawa terlihat dan terdengar sangat berbeda dengan Tionghoa yang berada di Pontianak apalagi di Medan.

Proses asimilasi satu keyakinan dengan budaya lokal memang tidak terhindarkan . Ini juga disadari dengan baik oleh Wali Songo dalam menyebarkan agama Islam di Nusantara alias berdakwah. 

Mereka berbesar hati dengan menyebarkan Islam bersanding dengan kepercayaan lokal. Mereka  berfikir secara dalam dengan menerima sebagian dari kebiasan lokal dalam dakwah mereka.

Dakwah yang toleran dan tidak langsung membuang adat setempat itu diterima dengan baik oleh masyarakat Nusantara waktu itu. Sehingga Islam bisa berkembang baik di Nusantara. Pendek kata dakwah santun, toleran dan lemah lembut membuat Islam diterima oleh banyak pihak.

Sebaliknya dakwah dan penyebaran ajaran Islam yang kasar, arogan dan tidak beretika cenderung tidak membuat orang menerima. Bahkan umat Islam sendiri cenderung tidak akan bersimpati dengan cara berdakwah dangkal dan kasar. Hal ini seperti yang ditunjukkan oleh HF dalam dakwahnya selama 30 an detik yang menunjukkan dia membuang sesaji yang ditaruh oleh penganut kepercayaan lokal untuk gunung Semeru yang sedang meletus.

Sikap HF menunjukkan visinya yang dangkal soal bagaimana berdakwah.  Padahal Islam secara tegas mengajarkan pemeluknya untuk menjunjung tinggi akhlak manusia. 

Sebagaimana disebutkan dalam hadits Nabi: "innama bu'istu liutammima makarimal akhlak" (Saya diutus untuk menyempurnakan akhlak mulia). Bahkan dalam Al-Qur'an secara jelas disebutkan bahwa berdakwah harus dilakukan dengan cara yang penuh hikmah dan mengedepankan dialog yang berakhlak (QS. An-Nahl; 125). Teks-teks tentang akhlak ini sangat jelas dan terkenal di kalangan umat Islam.

Karena itu, berdakwahlah dengan santun dan lemah lembut. Jangan kasar dan bervisi dangkal.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun