Mohon tunggu...
intan rahmadewi
intan rahmadewi Mohon Tunggu... Wiraswasta - bisnis woman

seorang yang sangat menyukai fashion

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Jauhkan Dunia Pendidikan dari Intoleransi

20 November 2020   02:08 Diperbarui: 20 November 2020   02:19 74
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Anda masih ingat seorang dosen yang ditangkap dan ditahan karena terbukti memiliki puluhan bom molotv yang siap diledakkan? Dosen sebuah perguruan tinggi terkemuka di Jawa Barat itu ditengarai dibantu beberapa orang perakit bom yang rencananya akan diledakkan pada sebuah demo. 

Fenomena itu mengagetkan banyak orang karena merupakan kejadian yang membuka mata kita bersama bahwa radikalisme (termasuk intoleransi) itu telah memapar banyak orang, banyak komunitas bahkan komunitas intelektual seperti dosen tadi. 

Kita juga tidak bisa mengelak dari kenyataan bahwa dosen-dosen radikal atau guru-guru yang berpandangan intoleran kebanyakan merupakan sosok yang diidolakan atau difavoritkan. Ini adalah sebuah ironi sekaligus tantangan bagi dunia pendidikan terlebih bagi berbangsa dan bernegara.

Kita juga sering mendapati kenyataan serupa, semisal kita mendapati bahwa sebuah fakultas ekonomi dari sebuah universitas tersohor di negeri ini ditemukan telah terpapar radikalisme. Fakultas ini memiliki kegiatan ekstra kulikuler yang ditengarai menjadi pintu dari banyak ajaran radikal dan intoleran dan sudah terjadi puluhan tahun silam. 

Di sekolah dan di kampus, intoleran dan radikalisme menyemai dari berbagai penjuru. Bisa kita temukan di soal-soal ujian, kita temukan di ajaran guru-guru favorit di sekolah bahkan di beberapa ekstra kulikuler keagamaan, unsure pembeda ini merupakan sesuatu yang penting

Dan jika kita lihat kejadian bom Surabaya yang menggedor nurani kita karena tiga gereja meledak pada saat yang hampir bersamaan dan dilakukan oleh satu keluarga; ini adalah buah dari sikap itoleransi yang dikenalkan di kampus berpuluh rahun lalu.

Belum lagi kenyataan bahwa berdasar puluhan bahkan ratusan penelitian menemukan bahwa sikap intoleran dan radikal justru dikenalkan di kampus dan sekolah-sekolah, melalui ekstra kulikuler dan kerohanian. 

Memang ada mata kuliah Pancasila atau Filsafat Pancasila namun pada beberapa orang mata kuliah itu hanya dianggap formalitas dan tidak dianggap penting. Tidak ada kesadaran menginternalisasi nilai-nilai, kesadaran ber-Indonesia yang plural dan toleran.

Inilah pekerjaan rumah yang lumayan berat bagi kita sekarang. Sekolah bahkan kampus merupakan miniatur kewarganegaraan yang Indonesia yang Pancasilais. Miniatur ini seharusnya menjadi teladan bagi masing-masing komunitas asal untuk membangun Indonesia yang plural dan berkemajuan, dan bukan sebaliknya; mempersoalkan perbedaan keyakinan yang tidak seharusnya dipersoalkan.

Karena itu, ranah pendidikan seharusnya kita tegakkan untuk menjadi unsur penting bagi keragaman dan kemajemukan di Indonesia. Guru dan tenaga pendidik adalah pendukung penting bagi keberlangsungan masyarakat yang kuat Indonesia. Jangan sampai tercemar dengan sikap-sikap intoleran dan radikal yang membahayakan masa depan bangsa.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun