Mohon tunggu...
intan rahmadewi
intan rahmadewi Mohon Tunggu... Wiraswasta - bisnis woman

seorang yang sangat menyukai fashion

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Sekolah dan Radikalisme

10 September 2019   02:34 Diperbarui: 10 September 2019   02:59 126
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Beberapa waktu lalu kita dihebohkan oleh sebuah foto yang memperlihatkan sebuah karnaval murid Taman Kanak-Kanak (TK) yang berdandan sebagai pejuang Suriah. 

Lengkap dengan jilbab tertutup sampai mata dan asesoris senapan yang terbuat dari karton. Mereka menyerukan kata jihad. Foto yang sempat viral itu dikecam oleh banyak kalangan.

Sialnya, TK itu adalah TK milik sebuah Yayasan militer di sebuah kota di Jawa Timur. Hanya saja, guru dan kepala sekolahnya dianggap lalai dan kurang paham bahwa itu tidak dilakukan untuk sebuah karnaval. Apalagi melibatkan anak-anak belia yang hanya mengikuti perintah tanpa paham konteks radikal.

Banyak sekali personal atau pihak yang condong ke radikal karena ketidaktahuannya. Bisa juga dia diperalat dan digunakan oleh pihak lain yang lebih mengerti soal konteks radikal. Lebih bahaya lagi jika yang bersangkutan berhubungan dengan dunia pendidikan (sekolah)

Sekolah berhubungan dengan manusia yaitu murid dan guru. Dalam hubungan pengajaran itu nila-nilai moral ditransformasikan kepada murid. Murid kemudian menginternalisasikan ajaran yang diberikan guru. Internalisasi itu cenderung akan mengendap lama karena ajaran pada masa murid belia cenderung lebih accept dibanding jika dia dewasa.

Sehingga karnaval dengan memakai pakaian muslim dan tertutup juga membawa asesoris senapan itu bukan hal yang remeh. Memang bukan pengajaran yang dilakukan dalam kelas, tapi dandanan seperti itu adalah buah perintah dari wali kelas atau kepala sekolah.

Internalisasi karnaval seperti itu, bisa beraneka. Semisal sang anak merasa agama Islam yang dianutnya dalam keadaan bahaya dan dia harus membelanya. Atau dia merasa bahwa senapan yang menjadi asesoris adalah sesuatu yang wajar jika kita membela agama. 

Membela agama harus dengan kekerasan, jika perlu memanggul senjata. Itulah yang mungkin diinternalisasi oleh anak-anak itu dan yang paling mengkhawatirkan adalah hasil internalisasi itu dibawa sampai masa tuanya.

Inilah letak krusial pengetahuan kaum pendidik terhadap radikalisme.  Seharusnya yang berwenang memberi gambaran utuh terhadap ajaran agama dan nilai kebangsaan yang kuat kepada sang pendidik Jangans ampai sang pendidik adalah seorang yang goyah yang mudah dipengaruhi atau disusupi ajaran radikal. Atau bisa saja sebuah yayasan pendidikan terafiliasi dengan gerakan radikal sehingga sebagian besar sekolah tersebut terafiliasi radikal.

Karena itu, penting kiranya kita mulai mencermati sekolah tempat anak-anak kita bersekolah. Jangan sampai dia terindikasi hal yang berbau radikal. Jika radikalisme sudah tertanam kuat di benak anak-anak kita maka sulit untuk mencabutnya kembali.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun