Tanggal 22 Mei 2019 nanti, hasil rekapitulasi suara Pemilu Presiden (Pilpres) 2019 akan diumumkan oleh KPU secara resmi. Itu artinya, peristiwa yang ditunggu tersebut akan berlangsung dalam momen Ramadan. Bila suasana bulan puasa ini ikut mempengaruhi seluruh pelaksanaan pilpres, maka harapan masyarakat Indonesia bahwa pilpres bisa berlangsung damai akan terwujud.
Meski tak terkait secara langsung, Ramadan sebenarnya juga mengandung makna bahwa situasi politik Indonesia terkait pilpres harus dilangsungkan dengan situasi yang damai. Harapan ini utamanya ditujukan kepada pendukung dua kubu capres yang selama ini berseteru. Maka ketika hasil pilpres diumumkan, seyogianya mereka harus menempuh rekonsiliasi.
Sebenarnya, untuk pengamanan pilpres sudah ditangani oleh ribuan personel TNI AD. Mereka dilibatkan sejak masa tahapan kampanye, masa tenang, pada hari pencoblosan. Namun sebenarnya tugas untuk melakukan pengamanan pilpres juga berada di tangan seluruh masyarakat, utamanya para pendukung dua capres. Momen ini sebenarnya disambut para ulama untuk mengingatkan seluruh masyarakat, khususnya umat Islam untuk menjaga stabilitas pascapencoblosan Pemilu 2019 sebelum Ramadan tiba 6 Mei lalu.
Sekadar mengingatkan, pada 3 Mei 2019 lalu sebelum masuk Ramadan, digelar "Multaqo Ulama, Habaib, dan Cendekiawan Muslim serta Doa Bersama untuk Kemaslahatan Bangsa" di Hotel Kartika Chandra, Jakarta. Menurut panitia, Manarul Hidayah, multaqo itu mengajak para ulama, habib, dan cendekiawan muslim di dalam memberikan teladan menjaga situasi damai terutama selama Ramadan.
Dari acara itu membuktikan stabilitas keamanan sangat erat hubungannya dengan keimanan. Keduanya saling mendukung karena ketika keimanan lenyap, keamanan akan tergoncang, demikian pendapat Manarul. Jadi, tak ada salahnya bila dalam momen Ramadan ini, umat Islam yang baru saja bergelut dengan pilpres mengupayakan kedamaian untuk kebaikan Indonesia yang lebih baik dengan presiden yang baru di tahun ini. (*)