Mohon tunggu...
intan rahmadewi
intan rahmadewi Mohon Tunggu... Wiraswasta - bisnis woman

seorang yang sangat menyukai fashion

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Elemen Kampus Harus Bersatu Melawan Radikalisme

20 Oktober 2017   06:24 Diperbarui: 20 Oktober 2017   08:22 812
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Mahasiswa Tolak Radikalisme - http://www.antaranews.com

Ancaman radikalisme di Indonesia memang kian mengkhawatirkan. Pergerakan paham kekerasan ini, terus menyelinap di setiap sendiri kehidupan masyarakat, dengan memanfaatkan perkembangan jaman. Ketika teknologi informasi berkembang, kelompok radikal juga menggunakannya untuk melakukan propaganda. Ketika gaya hidup anak muda mulai bermunculan, mereka pun juga merubah lifestyle mereka untuk bisa masuk ke komunitas baru. Kelompok radikal juga bisa mengenakan baju ala anak-anak sekarang. Hal semacam ini harus menjadi perhatian bersama, termasuk ketika mereka mulai memanfaatkan lembaga pendidikan untuk menyebarluaskan paham radikalisme. Semua elemen kampus harus mulai jeli, dan saling mengingatkan rektor, dosen, mahasiswa dan semua pihak, agar tidak terpengaruh paham radikal.

Kampus memang merupakan tempat yang netral untuk saling berinteraksi dan belajar paham apapun. Karena semuanya itu hanyalah pada tataran teori dan ideologi. Karena itulah, radikalisme yang menyusup di dalam kampus ini, memang barus sebatas pemikiran, belum pada tindakan radikal. Namun, tidak akan ada tindakan jika tidak ada pemikiran. Karena semua perilaku berawal dari apa yang dipikirkan. Disinilah letak kerawanan penyebaran radikalisme di kampus. Bisa jadi didalam kampus masih sebatas bibit radikal, tapi ketika mereka keluar kampus, berpotensi direkrut kelompok intoleran bahkan kelompok teroris. Karena banyak fakta bahwa mahasiswa yang terpapar radikalisme di kampus, berpotensi melakukan jihad dengan cara-cara kekerasan, dan tidak sedikit yang memilih hijrah bergabung dengan kelompok teroris.

Badan nasional penanggulangan terorisme (BNPT) sendiri menegaskan, penyebaran paham radikal terorime sudah mulai sistemik dan sangat mengkhawatirkan. Penyebaran yang sistemik tersebut sudah terlihat masuk ke instansi pendidikan, termasuk perguruan tinggi. Hal tersebut tentu harus menjadi perhatian semua elemen kampus, untuk terus meningkatkan kewaspadaan. Ironisnya, pihak kemeterian riset teknologi dan perguruan tinggi, belum bisa menemukan adanya praktek penyebaran radikalisme. Kementerian baru sebatas melihat ada potensi yang tinggi, karena kampus merupakan tempat belajarnya banyak teori dan paham-paham tertentu. Karena itulah, pihak kemenristekdikti, baru sebatas melakukan himbauan dan seruan, bahwa kampus tidak tepat jika dijadikan penyebaran bibit radikalisme dan intoleransi.

Meski demikian, sudah ada rektor yang memberhentikan dosennya, karena dianggap radikal dan tidak mau memperbaiki diri. Di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta misalnya. Pernah terjadi pemecatan dosen yang berpandangan radikal. Karena peringatan rektor tidak pernah diindahkan, dosen tersebut akhirnya diberhentikan. Lalu, apakah ideologi radikal serta merta hilang? Belum tentu. Karena ideologi bergerak ditataran pemikiran, bibit itu akan terus bergerak sepanjang masih terus diyakini. Itulah kenapa terus saja bermunculan generasi muda yang terpapar radikalisme. Ketika HTI dibubarkan, ideologi khilafah yang mereka yakini akan tetap ada meski lembaganya sudah tidak ada.

Untuk itulah tidak bisa mengandalkan ketegasan rektor saja untuk memberantas radikalisme di kampus. Mahasiswa juga harus kritis. Gunakan pers kampus, atau organisasi di dalam kampus, untuk menyuarakan anti radikalisme. Bikinlah seminar-seminar di dalam kampus tentang bahaya radikalisme, agar terbangun benteng yang kuat di dalam kampus. Jika semua pihak bersatu melakukan perlawanan, maka kampus akan tetap menjadi tempat yang netral, dan orang tua tidak perlu khawatir anaknya akan terpapar paham radikalisme.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun