Mohon tunggu...
Indra Sumantri
Indra Sumantri Mohon Tunggu... Lainnya - Memulai menulis untuk meneruskan informasi kepada masa depan bangsa

Semangat menulis, membaca, dan menganalisis.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Efektivitas Olahraga Panahan dalam Mengontrol Emosi dan Perilaku pada Klien Hiperaktif dalam Konseling

9 Juli 2020   09:40 Diperbarui: 9 Juli 2020   10:31 378
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

A. Hiperaktif atau Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD)

Penggunaan istilah Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD) merupakan istilah yang memperbarui istilah ADD (attention deficit disorder) yang sebelumnya digunakan oleh American Psychiatric Association (APA) selama beberapa tahun. Sekarang, DSM (Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder) menggunakan "ADHD" sebagai istilah umum bagi orang-orang dengan kondisi tersebut. ADHD sendiri merupakan gangguan perkembangan dan neurologis yang ditandai dengan sekumpulan masalahn berupa gangguan pengendalian diri, masalah rentang atensi, hiperaktivitas, dan impulsivitas, yang menyebabkan kesulitas berperilaku, berpikir, dan mengendalikan emosi yang menggangu kehidupan sehari-hari (Frieda Mangunsong, 2016).

Tidak dapat dipastikan faktor apa yang menjadi faktor dominan penyebab ADHD pada diri seseorang. Para ahli menyimpulkan bahwa Attention Deficit Hyperactivity Disorder disebabkan adanya masalah genetikal, bahan-bahan kimia, virus, problem kehamilan, dan persalinan serta kondisi yang dapat mengintervensi penyebab rusaknya jaringan otak manusia. Tidak hanyan faktor hereditas saja, dalam penelitian yang lain memperlihatkan bahwa lingkungan sosial ternyata juga memiliki peran dan andil yang cukup besar.

Beberapa penelitian menyebutkan ADHD dapat disebabkan oleh berbagai faktor sebagai berikut (Frieda Mangunsong, 2016):

1. Kesalahan Fungsi Salah Satu Daerah Otak

Pada penelitian Nigg (2006) dan Voeller (2004) dalam Hallahan, Kauffman & Pullen, 2009, dikutip dalam Moeljono & Latipun, 2016) mengemukakan ketidaknormalan yang konsisten pada tiga area otak orang-orang yang mengalami ADHD, diantaranya lobus prefrontal[1], lobus frontal[2], dan basal ganglia[3] (khususnya caudate[4] dan globus pallidus[5]). Peneliti mengungkapkan bahwa ukuran ketiga area otak itu lebih kecil daripada orang yang normal. Selain itu terdapat penurunan metabolisme pada area tersebut. Ketiga bagian tersebut berfungsi sebagai pengatur, tempat koordinasi tingkah laku seseorang (motorik) dan juga berbagai fungsi kognitif.

2. Neurotransmitter Yang Terlibat

Ketidaknormalan neurotransmitter dapat mengakibatkan ADHD. Neurotransmitter merupakan zak kimia yang membantu dalam pengiriman pesan antar neuron dalam otak. Jumlah dan fungsi yang tidak normal ditemukan dalam orang yang mengalami ADHD.

3. Faktor Hereditas

Faktor herditas menjadi faktor yang sangat penting atas terjadinya ADHD pada seseorang. Apabila seorang anak mengalami ADHD maka peluang saudara kandungnya terkena ADHD sebesar 32%. Anak yang terlahir dari seorang ADHD memiliki resiko sebesar 57% mengalami ADHD. Dari penelitian diatas dapat disimpulkan bahwa faktor hereditas atau keturunan menjadi salah satu faktor seseorang terkena ADHD.

4. Toksin dan Medis

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun