Mohon tunggu...
Inspirasiana
Inspirasiana Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Kompasianer Peduli Edukasi.

Kami mendukung taman baca di Soa NTT dan Boyolali. KRewards sepenuhnya untuk dukung cita-cita literasi. Untuk donasi naskah, buku, dan dana silakan hubungi: donasibukuina@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Mengapa Kita Perlu Memandang Anak sebagai Titipan, Bukan Pemberian?

5 September 2021   10:14 Diperbarui: 5 September 2021   16:29 721
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Anak sebagai titipan - Freepix/pressfoto

Orang tua tidak memiliki hak penuh untuk menguasai sesuai dengan kehendak hati. Amanat tersebut mencakup menjaga, merawat dan memelihara dengan sangat hati-hati karena suatu saat titipan dapat diambil oleh Sang Empunya untuk dimintai pertanggung jawaban.

Sementara itu, pemberian adalah sesuatu yang diberikan menjadi kepunyaan. Ada kecenderungan bahwa sesuatu yang telah diberikan menjadi milik dan hak kepemilikan tersebut dapat disalahgunakan. Tidak memiliki rasa tanggung jawab bahkan pemberian tersebut dapat menjadi sia-sia.

Anak Layaknya Sebuah Lahan

Menggambarkan kehadiran buah hati ibarat sebuah lahan kosong. Agar menghasilkan sesuatu yang berguna atau bermanfaat tentunya lahan tersebut tidak dibiarkan tidur, namun harus digarap. “Apa yang ditabur itulah yang akan dituai” merupakan ungkapan yang tidak asing di telinga kita.

Demikianlah didikan orang tua terhadap anak. Seperti halnya lahan kosong. Petani atau penabur ialah orang tua yang semestinya menaburkan benih-benih ajaran yang baik, memupuk dan menyiram dengan petuah kitab suci, dan menyianginya terhadap hama dan gulma yaitu individu-individu yang menyesatkan. 

Harapannya, anak dapat tumbuh sehat baik jasmani maupun rohani. Dengan harapan suatu hari kelak orang tua akan menuai hasil yang baik yaitu seorang anak yang berprestasi, berguna dan menjadi berkat.

Mengasuh dan mengasah anak pun menjadi sebuah lahan pelayanan. 

Mengapa? Sebab dengan melayani berarti  merendahkan hati dan melepaskan kepentingan diri untuk mengurus, merawat, memperhatikan, mempedulikan dan membantu menyiapkan segala kebutuhan anak mulai dari bayi hingga dewasa dengan segala permasalahannya.

Melayani tentunya tidaklah mudah. Di sana ada kesabaran, ketekunan, pengorbanan, ketulusan bahkan cucuran air mata. Namun dengan berusaha dan berdoa tidak ada sesuatu yang sia-sia. 

Sang Empunya Kehidupan tidak pernah salah dalam menitipkan anugerah-Nya. Ia mengenal setiap ciptaan-Nya. Ia tak pernah merancangkan kemalangan tetapi masa depan gemilang yang penuh harapan.

Radian Kristiani untuk Inspirasiana

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun