Mohon tunggu...
Inspirasiana
Inspirasiana Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Kompasianer Peduli Edukasi.

Kami mendukung taman baca di Soa NTT dan Boyolali. KRewards sepenuhnya untuk dukung cita-cita literasi. Untuk donasi naskah, buku, dan dana silakan hubungi: donasibukuina@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Ketika Dunia Ingin Lebih Dimengerti

2 Juli 2021   09:33 Diperbarui: 2 Juli 2021   11:40 792
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Maafkanlah mereka  tidak tahu yang sebenarnya terjadi. Entah ini kata-kata penghiburan atau bijaksana. Yang jelas kadang tidak harus menjelaskan apa sesungguhnya yang   terjadi agar orang lain mengerti.

Pagi ini, setelah beberapa hari menemani Papa di rumah sakit mata rasanya sulit terbuka. Sarapan dan kopi tak mempan membuat mata ini segar. Terpaksa harus menahan kantuk yang luar biasa. Apa daya taksadar mata harus terpejam dengan sendirinya. 

Kondisi ini sebenarnya tak begitu mengganggu pekerjaan, tetapi memang  tak sedap dipandang mata. Pasti ada tanya, tetapi rasanya tak perlu menjelaskan. 

Karena dalam tulisan ini saya tidak akan membahas soal benar atau salah apa yang terjadi. Dalam hal ini pasti akan ada perdebatan saling menyalahkan dan pembenaran. Yang ada tak bertemu ujung. Melelahkan. Buat apa? 

Kondisi mengantuk ini, saya pikir di mana-mana sama saja efeknya. Mereka yang melihat biasanya akan  bercanda, meledek, mengejek, mengolok, dan teman-temannya. Biasa lah. Pasti paham. 

Dalam kondisi ini sering kita mudah terpancing amarah. Mudah tersinggung.

Bagaimana tidak? 

Di saat kita dalam keadaan sedih dan lelah ditambah ngantuk yang bukan disengaja  malah menjadi bahan ledekan. Di mana saat kita sebenarnya butuh penguatan,  justru menjadi bahan candaan. Mengesalkan, bukan?

Betapa sakitnya hati ini. Sepertinya ada lirik lagu seperti ini ya? Tolong nyanyikan bila ada sebagai penghiburan. 

Acap kali kita memang ingin dimengerti. Manusia memang egois. Padahal tidak dari sananya. Aslinya setiap manusia memiliki sifat legawa.  Sayang hilang entah ke mana dalam perjalanannya.

Kehidupan membuat kita hanya memilih ingin dimengerti sehingga lupa untuk mengerti lebih dahulu. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun