Mohon tunggu...
Inspirasiana
Inspirasiana Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Kompasianer Peduli Edukasi.

Kami mendukung taman baca di Soa NTT dan Boyolali. KRewards sepenuhnya untuk dukung cita-cita literasi. Untuk donasi naskah, buku, dan dana silakan hubungi: donasibukuina@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Bahasa Artikel Utama

Apa Usulan Padanan Kata "Brace" dan "Hattrick" dalam Bahasa Indonesia?

1 Juli 2021   15:24 Diperbarui: 2 Juli 2021   18:56 8778
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi gol. Sumber absfreepic.com | garyrabbit

 Saat ini kita bergembira karena sedang berlangsung aneka kejuaraan sepak bola bergengsi: Piala Eropa 2020 dan Copa America. Sebentar lagi kita juga akan menyambut Olimpiade Tokyo dan Pekan Olahraga Nasional (PON). 

Kita gembira saat gol tercipta. "Gol!" teriak suporter Indonesia. "Golazo!" seru penggemar futbol di Spanyol untuk memuji sebuah gol istimewa. Suporter di Jerman berteriak "Tor!" kala jala terkoyak lesakan gol.

Dalam bahasa Inggris (gaul), ada istilah khusus untuk jumlah gol yang dicetak seorang pemain dalam satu pertandingan. Dua gol yang diceploskan pemain yang sama disebut brace. Tiga gol hat-trick. Enam gol double hat-trick.

Menurut kamus daring Cambridge, hattrick adalah istilah yang digunakan kala seseorang atlet (khususnya dalam permainan sepakbola) mencetak tiga gol dalam satu pertandingan. Istilah ini juga dipakai untuk pencapaian tiga kali berturut-turut di bidang lain. Umpama, "After two election victories the government clearly has hopes of a hat trick."

Sebagian besar media massa kita masih memakai brace dan hattrick. Lucunya lagi, beberapa wartawan Indonesia (entah siapa) menciptakan dan menggunakan istilah quattrick (empat gol) dan quintrick (lima gol) yang sebenarnya tidak dikenal dalam bahasa Inggris.

Tribunnews menurunkan berita bertajuk "Usai Cetak Brace, Romelu Lukaku Samai Rekor Ronaldo". Kompas.com mengetengahkan berita berjudul "5 Pemain Asing Ini Sudah Catatkan Hattrick pada Liga 1 2019" dan "Cetak Quattrick, Marko Simic Kian Tak Terkejar". Sebuah laman CNN menulis "Ronaldo Ciptakan Quintrick Bersejarah".

Kemungkinan besar, istilah quattrick dan quintrick diciptakan wartawan kita berdasarkan hattrick. Masalahnya, tak satu pun kamus bahasa Inggris mencantumkan quattrick dan quintrick.

Rekayasa istilah yang nginggris bukan hal baru. Entah dari mana, kata deparpolisasi masuk Kamus Besar Bahasa Indonesia. KBBI V mendefinisikan deparpolisasi sebagai "pengurangan jumlah partai politik".

Menurut Qaris Tajudin dalam majalah Tempo (25/4/2016), pembuat kata "deparpolisasi" rupanya menganggap parpol sebagai sebuah kata kerja sehingga perlu diberi akhiran -tion agar bisa menjadi kata benda.

Masalahnya, parpol bukan kata kerja dalam bahasa Indonesia. "Deparpolisasi" adalah bentukan yang ngawur karena tidak ada kata deparpolitation dalam bahasa Inggris.

Apa padanan brace dan hattrick dalam bahasa Indonesia?
Kembali ke jumlah gol yang menjadi pokok bahasan kita. Pada hemat saya, bahasa Indonesia dapat menyerap istilah brace dan hat-trick dengan bantuan imbuhan awalan dari bahasa Sanskerta, seperti eka-, dwi-, tri-, catur-, panca-, dan sapta-. Imbuhan awalan ini berfungsi untuk membuat kata benda dan menunjukkan kata bilangan.

Kita telah terbiasa mengatakan ekawarna, dwibahasa, tritunggal, caturtunggal, pancaindra, dan saptamarga. Istilah brace bisa diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia menjadi dwigol.

Hat-trick (hattrick) bisa kita sebut trigol. Empat gol caturgol. Lima gol pancagol. Enam gol satgol. Tujuh gol saptagol. Delapan gol astagol. Sembilan gol navagol. Sepuluh gol dasagol.

Alternatif penerjemahan istilah-istilah untuk jumlah gol ini kiranya lebih bercita rasa Indonesia. Mungkin pada awalnya kita perlu waktu untuk membiasakan diri mengucapkan dan mendengarkan padanan semacam caturgol, pancagol, dan satgol.

Menerjemahkan istilah asing tidaklah mudah
Masalahnya, mungkin sejumlah munsyi tidak akan sepakat dengan usulan ini karena nyatanya dalam bahasa Indonesia, mekanisme seperti ini tidak selalu terjadi.

Mengutip Zuchridin Suryawinata dan Sugeng Hariyanto (2003:95), penyesuaian dalam penerjemahan istilah asing dapat ditempuh dengan mengganti imbuhan dengan kata lain atau bahkan mengganti keseluruhan kata dengan kata yang sama sekali baru.

Kata bicycle kita terjemahkan sepeda, bukan roda dua atau dwiroda. Tricycle kita sebut becak atau sepeda roda tiga, bukan roda tiga atau triroda. Triangle kita sebut segitiga, bukan sudut tiga atau trisudut.

Wah, ternyata menerjemahkan istilah asing tak sederhana, Ferguso! Semoga semakin jamak kita gunakan dwigol, trigol, dan sebagainya. Siapa tahu, kata-kata ini kelak dimasukkan dalam pembaruan Kamus Besar Bahasa Indonesia. Semoga coretan bersahaja ini menjadi pembuka diskusi di kalangan penutur dan pencinta bahasa Indonesia. 

Salam olahraga!

Erbe untuk Inspirasiana. Tulisan berhak cipta. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun