Mohon tunggu...
Inspirasiana
Inspirasiana Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Kompasianer Peduli Edukasi.

Kami mendukung taman baca di Soa NTT dan Boyolali. KRewards sepenuhnya untuk dukung cita-cita literasi. Untuk donasi naskah, buku, dan dana silakan hubungi: donasibukuina@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Rendah Hati Menuai Bahagia

20 Juni 2021   21:06 Diperbarui: 20 Juni 2021   21:29 411
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di pematang sawah aku membiarkan netra berkelana
Meninjau tanaman padi yang tumbuh subur memberi tanya
Mengapa tak jua tegak menatap angkasa
Makin merunduk ketika penuh bulirnya

Hari demi hari dijalani dalam diam
Proses pertumbuhan tak luput dari derai hujan pun panas menghunjam
Semua disambut dengan ikhlas demi bulir yang bernas
Hingga harinya kelak setiap orang menuainya dalam puas

Sebuah makna lalu kurenungkan
Apakah demikian halnya dengan kehidupan
Saat semua mimpi ada di genggaman
Bolehkah sekadar menjadikannya kebanggaan

Ataukah kerendahan hati tetap teguh diagungkan
Menyadari semua hanyalah anugerah pemberian
Kapanpun dapat diambil kembali seiring merapuhnya badan
Terhempas hingga karam oleh badai hilang ingatan

Kepada hati yang berkecamuk daku membujuk
Bahwa kecongkakan mendahului kehancuran
Rendah hati menuai kebahagiaan
Seumpama padi kian berisi kian merunduk

....

Puisi kolaborasi oleh Diari untuk Inspirasiana

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun