Mohon tunggu...
Inspirasiana
Inspirasiana Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Kompasianer Peduli Edukasi.

Kami mendukung taman baca di Soa NTT dan Boyolali. KRewards sepenuhnya untuk dukung cita-cita literasi. Untuk donasi naskah, buku, dan dana silakan hubungi: donasibukuina@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kesombongan Menghilangkan Kesempatan Berbuat Baik

16 Juni 2021   15:03 Diperbarui: 16 Juni 2021   15:35 284
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Motor mogok perlu pertolongan||pixabay.com - Antriksh

Janganlah sombong dan banyak pertimbangan ketika hendak berbuat baik. Bila engkau tidak melakukan, pasti ada orang lain yang akan melakukan. [refleksihatimenerangidiri] 

Saat perjalanan pulang dari membeli obat di Jakarta untuk orangtua, saya melihat seorang wanita muda mendorong sepeda motornya. 

Saya melihat sekilas bannya dalam kondisi baik, mungkin mesinnya bermasalah pikir saya. Umum  seperti itu kendalanya. Kalau tidak ban kempes ya mesin tidak berfungsi. 

Ada niat berhenti untuk membantu, tetapi di otak saya seketika muncul pembelaan. "Kamu sedang buru-buru, nanti juga ada yang menolong." Ya, benar sekali. Sekadar kasihan. Saya berlalu. 

Baru melewati beberapa meter hati menyindir, "Hanya karena alasan buru-buru, lantas tidak ada keinginan menolong?" 

Kurang ajar ini saya. Akhirnya jadi berpikir, "Ada benarnya ya?" 

Apa boleh buat. Mau tidak mau harus berputar balik cukup jauh karena jalurnya satu arah. Takapa, daripada disindir lagi. Mati rasa nanti. 

Benar saja, sudah ada orang yang membantu. Jelas sudah masalahnya. Ternyata kehabisan bahan bakar. Saya mengamati dari dekat. Seseorang  membawakan sekantong bahan bakar dan langsung mengisi ke tangki motor. 

Karena sudah ada yang membantu, saya nikmati gorengan yang sudah dibeli sambil terus mengamati. Tak disangka saya melihat momen yang menarik. 

Motor milik wanita muda yang mogok kini sudah kembali berfungsi. Sebagai tanda terima kasih ia hendak memberikan sejumlah uang, tetapi langsung ditolak yang menolong. Seorang lelaki umur sekitar 30-an. Ia sampai memaksa agar diterima. Karena terhalang sesuatu saya tidak tahu lagi persis kejadiannya. 

Ketika hendak melaju saya lihat  si penolong mengembalikan uangnya dengan memasukkan   di bagian depan motor yang ada lubangnya untuk menaruh sesuatu. 

Berbuat Baik Jangan Banyak Pertimbangan 

Kita selalu memiliki pembenaran untuk tidak berbuat baik bila kebaikan itu belum menjadi kealamian. Ada sekian banyak alasan pastinya. Padahal kesempatan baik yang sudah berlalu takkan kita miliki lagi. 

Bila kesempatan di depan mata kita sia-siakan, akhirnya akan menjadi milik orang lain. Karena bila kita tidak melakukan akan ada orang baik yang mengambil kesempatan. 

Oleh sebab itu orang bijak selalu mengatakan bahwa hidup ini harus selalu mengikat jodoh baik di mana pun dan kepada siapa saja. 

Sesungguhnya kebaikan itu bukan buat orang lain. Secara nyata apa yang kita lakukan untuk kebaikan orang lain, tetapi sesungguhnya adalah buat diri sendiri. 

Alangkah rugi dan mengkhianati nurani bila ada kesempatan berbuat baik di depan mata kita sia-siakan. 

Kebaikan Sejati itu Tanpa Pamrih

Seperti adegan  yang saya saksikan di depan mata. Seseorang setelah menolong diberi imbalan, tetapi tidak mau menerima. Karena berpikir apa yang dilakukan adalah menolong bukan bekerja. 

Namanya menolong tentu saja tidak harus ada imbalannya. Menolong karena rasa kemanusiaan adalah hal yang semestinya. Ucapan terima kasih pun sudah menjadi hal yang menyejukkan. Imbalan justru akan mencederai nilai kebaikan itu sendiri. 

Dari kejadian ini sesungguhnya  saya mengalami dua kerugian besar. Gara-gara alasan buru-buru kesempatan berbuat baik  hilang dan hilang kesempatan berkenalan untuk dikenal sebagai orang baik. 

K71 05 Juni 2021 untuk Inspirasiana  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun