Mohon tunggu...
Inspirasiana
Inspirasiana Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Kompasianer Peduli Edukasi.

Kami mendukung taman baca di Soa NTT dan Boyolali. KRewards sepenuhnya untuk dukung cita-cita literasi. Untuk donasi naskah, buku, dan dana silakan hubungi: donasibukuina@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

[Cerpen Tiga Paragraf] Senja dan Angin Malam

30 April 2021   11:59 Diperbarui: 30 April 2021   12:01 1226
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Senja dan Angin Malam - Photo by Johannes Plenio on Unsplash

# Senja

Seekor kerbau berkubang dalam lumpur. Di sore itu, Johan mengikat tali di leher kerbau dengan terburu-buru. Sebelum mentari berselimut awan gelap dan cahaya hilang berganti pekat. Johan harus menaruhnya di dalam kandang. Petang, waktunya untuk pulang.

Seekor harimau kurus, mengintai dari semak-semak. Ia menatap tajam pada seekor kerbau dalam genangan air. Ia Menanti aba-aba untuk menerkam. Tak peduli manusia berada di ujung tali, lapar dan dahaga harus terobati. Sedikit lagi, perjalanan jauh dari hutan rimba yang berganti warna akan terbayar pasti.

"Tolong, ada harimau!" terbirit-birit Johan menghindar, melepas tali pengikat kerbau dalam genggaman. Bercak-bercak darah membuatnya tak kuasa berbuat apa-apa. Kini, kerbau menjadi mangsa harimau. Dan Johan berlari menyelamatkan diri. "Biarlah harimau merasa kenyang, setelah habis mangsanya di dalam hutan."

# Angin Malam

Pesta di gelar menjelang malam. Penduduk kampung berbondong-bondong datang membawa seluruh keluarga. Ibu-ibu dan anak-anak menari dan bernyanyi. Hidangan tapai lemang sudah tersedia di kanan dan kiri. Bapak-bapak menuang tuak di balai bambu. Memainkan musik dan tertawa tanpa henti. Lampu pijar berwarna-warni setiap sudut menghiasi dekorasi.

"Tolong, ada harimau!" terengah-engah Johan kelelahan. Riuh warga menyambut gelisah. Seorang tua membawa Johan ke muka untuk berbicara. Tak lama, ibu-ibu membawa anak-anak pulang ke rumah. Bapak-bapak mengambil parang, pedang, tombak dan panah. Berlarian ke ujung kampung. Memburu pemangsa yang tanpa sadar, telah mereka rusak habitatnya.

Seekor harimau, tak habis memakan kerbau. Ia minum dalam kubangan. Tuntas sudah lapar dan dahaga. Namun, tak ada tempat untuk kembali. Pohon-pohon telah ditebang, dan mangsa di hutan sudah menghilang. Kini ia termenung dalam kubangan. "Kena!" sebuah tombak tertancap di perutnya yang baru saja terisi makanan. Harimau tak lagi dapat mengaum. Tatapannya lirih pada kerumunan manusia di hadapan.

**
Cerita ini hanya fiktif belaka, kesamaan nama, tokoh dan tempat hanyalah kebetulan semata.

Penulis: Dian Albatami untuk Inspirasiana.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun