Mohon tunggu...
Inspirasiana
Inspirasiana Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Kompasianer Peduli Edukasi.

Kami mendukung taman baca di Soa NTT dan Boyolali. KRewards sepenuhnya untuk dukung cita-cita literasi. Untuk donasi naskah, buku, dan dana silakan hubungi: donasibukuina@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Belajar dari Debu-debu di Kamar

10 Maret 2021   11:14 Diperbarui: 10 Maret 2021   11:42 375
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Photo by Gil Ribeiro on Unsplash

Apakah kita yakin rumah yang setiap hari dibersihkan benar-benar sudah berubah jadi bersih?

Baru-baru ini saya merasa  harus segera merapikan kamar di pabrik yang sudah sekitar dua tahun ditempati.

Selama ini yang saya membersihkan hanya dengan menyapu dan mengepel. Saya pikir sudah cukup. Lagi pula di kamar hanya sendiri.

Ternyata hanya untuk merapikan kamar 3x4 meter tidak cukup waktu setengah hari. Banyak debu di pojokan dan di bawah ranjang. Bahkan barang yang ditaruh dalam rak ada yang berdebu.

Komputer yang sudah tahunan tidak dipakai pun sudah terkena debu. Padahal kamar sangat jarang dibuka. Dari mana datangnya gerangan?

Itu baru urusan debu. Setelah bongkar lemari dan rak satu plastik demi satu plastik sampah atau barang yang sudah tak terpakai dibuang. Kertas-kertas juga lumayan banyak.

Saya sampai tidak habis pikir dari mana sampah bisa sebanyak itu. Dua tong sampah depan mes penuh. Bingung sendiri. Sayang sampah. Coba semua itu uang.

Karena urusan membersihkan kamar ini bergelas air dan kopi tandas. Melebihi dari jatah yang biasa saya minum.

Ketika membersihkan debu dan sampah yang ada di kamar ini, otak saya berpikir dan angan melayang membayangkan dengan kondisi kamar yang ada di dalam tubuh ini.

Pasti juga setiap kamar yang ada sudah menumpuk sampah dan racun. Baik kotoran yang kasatmata maupun tidak yang berpengaruh pada kondisi raga dan batin.

Mungkin kita berpikir sudah menjalankan pola hidup sehat demi menjaga kesehatan. Menjaga hati dan pikiran membersihkan  dengan ibadah, refleksi, dan pengendalian diri.

Namun seperti halnya debu-debu yang saya temukan di kamar maka debu-debu berupa racun yang ada dalam makanan dan minuman, hati dan pikiran pun bisa menyusup ke dalam tubuh. Tanpa kita sadari. Perlahan, seiring waktu semakin menumpuk.

Oleh sebab itu mengapa ada kegiatan rutin dalam agama-agama setiap tahun untuk pembersihan tubuh, pikiran, dan hati dari segala debu-debu kotoran. Misalnya dengan berpuasa. Melakukan pertobatan.

Sejatinya adalah demikian tujuan dari ritual keagamaan yang wajib dijalani.

Seperti kondisi kamar setelah saya bersihkan secara menyeluruh. Ada perasaan berbeda ketika melihat kondisi yang ada. Tentu ada rasa nyaman. Suasana hati pun terasa lega menatap ruangan yang tertata rapi dan bersih.

Jadi, adalah penting sekali melakukan pembersihan diri secara menyeluruh dengan cara apa pun yang ada dalam keyakinan kita. Apalagi itu merupakan kewajiban.

Jangan sampai semua kotoran yang ada menjadi kerak dan berkarat. Debu-debu sudah menjadi batu. Bayangkan bila kondisinya sudah seperti ini, bagaimana cara membersihkannya lagi?

Apakah harus menunggu sampai hal ini terjadi baru ada kesadaran diri?

Ditulis untuk Inspirasiana oleh K71

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun