Mohon tunggu...
Inspirasiana
Inspirasiana Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Kompasianer Peduli Edukasi.

Kami mendukung taman baca di Soa NTT dan Boyolali. KRewards sepenuhnya untuk dukung cita-cita literasi. Untuk donasi naskah, buku, dan dana silakan hubungi: donasibukuina@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Gembel di Depan Rumah

5 Maret 2021   11:23 Diperbarui: 5 Maret 2021   11:24 1143
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi gembel depan rumah - Photo by Ibrahim Rifath on Unsplash

"Mana uang?" katanya waktu paman baru pulang dari luar kota.

"Tidak ada."

"Bagaimana bisa tidak ada? Kamu kan habis rapat. Pasti bawa uang. Saya kehabisan modal!" Bibi menatap tajam mata paman.

Paman kemudian melempar dompetnya.

"Kamu lihat saja sendiri."

Paman lekas masuk kamar.

Sejak prestasi paman dalam pekerjaan meningkat, sehingga ia menjabat direktur utama, bibi mulai ketakutan. Ia takut kalau uang paman habis tidak jelas ke mana juntrungannya. Ia takut kalau-kalau paman berselingkuh dengan sekretarisnya. Tanpa sepengetahuan paman, bibi mengutus seorang mata-mata untuk mengikuti paman ke mana pun ia pergi. Setiap dua jam sekali, bibi pasti menelepon paman, sekadar mengecek di mana keberadaannya.

Setiap pagi ketika paman hendak berangkat kerja, bibi tidak pernah menyiapkan sarapan. Dia masih tertidur pulas. Saya melihat sendiri paman menyeduh teh dan membakar roti, sehabis itu membuka pagar sendiri, kemudian pergi dengan mobilnya seusai melambai-lambaikan tangannya ke gembel itu. Beberapa kali paman memberi sarapannya pada gembel itu.

"Kau tidak main perempuan kan?" tanya bibi di ruang tamu ketika paman membuka pintu rumah. Saat itu, paman terlambat pulang dari luar kota.

"Ya ampun. Saya cuma bekerja. Tega sekali fitnahmu."

"Kau pergi sama sekretarismu?" Suara bibi semakin kencang. Saya curi-curi dengar dari dapur.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun