Mohon tunggu...
Inspirasiana
Inspirasiana Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Kompasianer Peduli Edukasi.

Kami mendukung taman baca di Soa NTT dan Boyolali. KRewards sepenuhnya untuk dukung cita-cita literasi. Untuk donasi naskah, buku, dan dana silakan hubungi: donasibukuina@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kepahitan dan Memaafkan

25 Desember 2020   21:18 Diperbarui: 25 Desember 2020   21:57 236
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar: Pixabay.com

Setiap orang memiliki masa lalu. Baik kenangan yang menyenangkan  maupun kenangan buruk. Penuh dengan rasa manis atau kepahitan. 

Mengenang masa lalu yang menyenangkan pasti membuat hati berbunga-bunga. Terasa melayang serasa di nirwana. Indah tak terkira. Serasa ingin kembali ke masa lalu. Bila bisa. Alangkah inginnya. 

Demikianlah kita sering terbuai oleh masa dan lupa bahwa kita sedang menjalani hidup hari ini. Masa lalu bagaimanapun sudah berlalu dan kini jadi ilusi. Tak mungkin dapat kita jangkau lagi. 

Bagaimana bila yang terkenang dari masa lalu adalah kepahitan? Sangat, sangat menyakitkan. Mengenangnya pasti membuat hati ini bagai teriris pisau tajam. Bagai tertusuk duri. 

Tak jarang akan menjadi kenangan buruk sepanjang kehidupan. Bagai hantu  yang selalu mendampingi. Bagai kegelapan yang selalu memayungi. Itulah yang sering dirasakan oleh mereka yang mengalami kepahitan dalam hidupnya. 

Seorang kawan baik menceritakan hal ini. Ia merasakan seakan kehadirannya tidak dikehendaki oleh ibunya. Ia hanya bisa diam dan menangis oleh rasa sakit. Kepahitan itu masih ia merasakan sampai saat ini. Karena sudah tertanam di bawah alam sadarnya. Tidak mudah membuang semua memori yang ada. 

Sesungguhnya sama halnya dengan kenangan yang indah, kenangan buruk pun adalah ilusi. Tinggalkanlah dan jangan melekat pada masa lalu. Hiduplah hanya pada hari ini. 

Saya hanya bisa mengatakan padanya, maafkan dan kasihi. Apalagi ia adalah ibu kita sendiri. Bagaimanapun sikapnya di masa lalu. 

Kunci untuk membuang segala kepahitan masa lalu adalah dengan melupakan, memaafkan, dan mengasihi. Tentu saja bukan hanya dengan mengatakan lalu masalah akan selesai. Tidak semudah itu, bukan. 

Memerlukan usaha dan kemauan yang kuat. Bukan hanya memaafkan orang yang menjadi penyebab kepahitan yang kita rasakan, tetapi juga memaafkan diri sendiri. 

Dalam doa, katakan atas berkat kasih dan cahaya Ilahi, saya memaafkan mereka yang telah melukai dan berganti mengasihi mereka sebagaimana Engkau mengasihiku. Sering-sering mengulangi. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun