Mohon tunggu...
Insan nz
Insan nz Mohon Tunggu... profesional -

GP, liverpudlian, married, terverifikasi. \r\n\r\nfollow me @insannz

Selanjutnya

Tutup

Money

Kemacetan (bukan) Indikator Kemakmuran Negara

7 Maret 2011   16:48 Diperbarui: 26 Juni 2015   07:59 506
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1299516793460683525

[caption id="attachment_93768" align="alignleft" width="455" caption="antarafoto.com"][/caption] Suatu negara dapat dikatakan makmur atau sejahtera berdasarkan beberapa faktor. Yang paling umum adalah pendapatan perkapita penduduknya, atau dapat juga dari minimnya  jumlah penduduk yang berada di bawah garis kemiskinan. Dari kedua faktor tsb agaknya kita semua sepakat indonesia bukan termasuk negara kaya atau setidaknya digolongkan negara berkembang (miskin?). Seingat saya dari dulu memang indonesia selalu termasuk negara berkembang. Terlalu kompleks jika membahas kemakmuran suatu negara dari faktor di atas. Saya coba menyoroti masalah ini dari segi kepemilikan kendaraan penduduk yang akibatnya menyebabkan kemacetan yang akhir2 ini semakin merajalela. Saya ingat beberapa waktu lalu presiden SBY memberi sambutan di daerah Cikampek-Jabar ketika memantau arus mudik lebaran kmr. Pak Presiden mengungkapkan masyarakat kita semakin makmur terbukti semakin banyak masyarakat yang memiliki kendaraan bemotor, ini bisa dilihat dari tersendatnya (macet) arus lalu lintas dihampir seluruh daerah di Indonesia akibat banyaknya kendaraan di jalanan. pertanyaan saya, apa benar kemacetan merupakan indikator kemakmuran? Apakah bila jalanan semakin macet negara tsb semakin maju? Justru sebaliknya, yang saya lihat di negara maju lalu lintas nya sangat lancar, jarang saya lihat adanya kemacetan seperti yang saya temui di kota besar di Indonesia, khususnya Jakarta. Meskipun saya temasuk orang yang hanya sekali-sekali ke Ibu Kota, tapi cukuplah merasakan bagaimana semrawutnya lalu lintas dan macetnya jalan yang membuat orang semakin cepat naik tekanan darahnya. Data Dinas Perhubungan DKI Jakarta 2008 menunjukkan, pertambahan jumlah sepeda motor sekitar 1.500 unit per hari dan jumlah mobil bertambah 250 unit per hari. Total jumlah kendaraan yang melaju di jalanan mencapai sekitar lima juta unit per hari. Total panjang jalan di DKI Jakarta hanya bertambah 0,01 persen per tahun. Dengan ketidakseimbangan jumlah pertambahan kendaraan dan panjang jalan ini. Beberapa pengamat transportasi memperkirakan, semua kendaraan di Jakarta akan terjebak kemacetan pada tahun 2014 (kompas). Mudahnya mendapatkan kendaraan di negeri ini salah satu faktor penyebabnya. Kredit kendaraan dengan uang muka yang sangat terjangkau dan dengan masa cicilan yang lama sangat menggiurkan orang untuk segera memiliki kendaraan. Hal ini kurang di antisipasi oleh pemerintah dengan kurangnya pertambahan jalan, atau setidaknya membuat kebijakan untuk mengerem laju pertumbuhan kendaraan  ini. Anjuran dari pemerintah untuk menggunakan angkutan umum pun hanya sebatas anjuran tanpa disertai fasilitas kenyamanan dan kepantasan untuk dijadikan transportasi sehari-hari. Agaknya tidak salah bagi masyarakat untuk lebih memilih kendaraan pribadi, apabila angkutan umum yang tersedia sekarang keadaannya masih kurang memadai. Dengan  kata lain masyarakat kita tidak diberikan opsi untuk naik angkutan umum oleh pemerintah. Hal ini yang menurut saya sangat berbeda dengan negara maju, pemerintah tidak dengan tegas melarang kepemilikan kendaraan. Tapi dengan pajak kendaraan, bahan bakar dan tarif parkir yang dikenakan tinggi, disertai fasilitas angkutan massal yang nyaman aman dan tepat waktu, seakan-akan pemerintah secara tidak langsung menggiring masyarakatnya  untuk menggunakan fasilitas umum tsb. Jadi sungguh naif bila mengaitkan kemakmuran suatu negara dengan kemacetan. Benahi manajemen dan tata kelola transportasinya. Janganlah asal klaim semua keberhasilan pemerintah. Malu sama negara yang benar-benar maju. Salam..

Mohon tunggu...

Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun