Syahdan di sebuah pulau bernama pulau Ubatuba hiduplah seorang kakek bernama Maskudin. Maskudin ini kurus perawakannya, hitam kulitnya, dan gimbal putih rambutnya. Hobinya adalah melihat awan dan langit di jam 10 pagi. Kebetulan gubuk tempat tinggal Maskudin ada di sekitar pantai yang berpasir putih berlebat pohon kelapa.
Maskudin melaut setiap dua hari sekali. Maskudin adalah seorang yang cukup mengerti tentang lautan. Setiap kali selesai melaut, selalu saja ada ikan yang dia bawa.
Dan sekedar informasi, kalau Kamu bermain ke gubuk Maskudin, kamu pasti terkejut,, karena gubuk Maskudin merupakan gubuk penghasil tenaga listrik. Dia memasang panel surya di beberapa pohon kelapa dekat rumahnya, untuk menghasilkan listrik sekaligus menyuling air bersih. Dia punya septi tank sendiri. Cukup bagus, tidak berbau. Bahkan gas hasil fermentasi bakteri itu dia alirkan ke pipa untuk masak sesekali kalau sedang iseng.
Lalu dia makan dimana ?
Sederhana, warteg. Dia makan di warteg yang letaknya kurang lebih 5 kilo dari gubuknya. Warteg tersebut berada di pinggiran perkampungan Manhotep. Sebuah perkampungan sedang. Tidak miskin tidak kaya. Didominasi sektor kebun dan nelayan tradisional.
Di kampung itu Maskudin mempunyai seorang TTM bernama Jasmine. Seorang guru bantu sekolah menengah atas yang menurut Maskudin,,, memiliki aura eksotik dan ketentraman.
Jangan dulu berpikir yang tidak tidak ya, TTM ini bener bener TTM murni alias Teman Tapi Malu. Jadi memang interaksi keduanya itu seringkali malu malu. Walaupun dua duanya sama sama melek robotika. Keduanya seringkali berdiskusi dan bergurau seputar asiknya merangkai layang layang besar.