Mohon tunggu...
Inov Tiffany
Inov Tiffany Mohon Tunggu... profesional -

"...It's better to be hated for what you're, than to be love for what you're not..." (Kurt Cobain)

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Bukan Pejantan Tangguh*

30 Juni 2011   03:40 Diperbarui: 26 Juni 2015   04:03 109
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Bukan Pejantan Tangguh* (Pejantan Tangguh dipopulerkan Sheila On 7)

Cuplikan yang kulihat kemarin malam merupakan sebuah esensi arti kebersamaan, induk beruang yang melindungi anaknya dari sebuah gundukan tumpukan es yang melongsor cepat. Lain hal cuplikan discovery hari ini yang kulihat, sebuah kehidupan keras bagi para komodo. Ketika sang jantan mendekati betina untuk mengajaknya kawin, sementara jauh di sekitar danau pejantan-pejantan kecil yang ia miliki menyangkar di bawah gundukan tanah. Naluri kehidupan sekaligus naluri kehewanan yang disadurmanusia untuk diaplikasikannya kini. Pejantan merupakan sarkasme dari kata laki-laki ataupun pria yang mengalami pemburukan nilai didalamnya. Pemburukan nilai kata terdefinisikan ketika laki-laki hanya berperan selayaknya pejantan yang kerap kali berpindah dari betina lamanya. Kehewanan mulai memfamiliar ketika saya membaca sebuah fenomena dalam sebuah novel nyata ringan salah satu pengarang terkenal yang cukup saya kagumi dan fenomena-fenomena keseharian yang saya baca di sebuah harian ibukota. Bedanya pejantan hewan tidak memiliki alasan ataupun sekelumit alibi guna mengkawini betina lain akan tetapi pejantan manusia kerap kali memiliki berbagai alasan pembenaran atas kelakuannya ataupun alasan lain yang terkemas apik dan cantik. Beberapa pembenaran terkadang dileburkan dari sudut agama tertentu yang membolehkan perkawinan lebih dari satu kali tentu saja dasarnya pun juga diplagiat (plagiat: menyadur beberapa hal yang-mungkin dianggap menyenangkan sedangkan yang menyulitkan dihilangkan). Jika saya membandingkan keduanya bedanya hanyalah karena manusia memiliki akal (lebih pintar) dari hewan. Hewan berbuat berdasarkan nalurinya, dan manusia berbuat berdasarkan pemikiran yang mengatas namakan kepintaran sehingga ia dapat mengaturnya dengan apik. Ironisnya betina hanya menjadi betina bodoh yang tertipu daya yang seakan berperan penampung sperma-sperma jantan yang ia simpan dan jaga dalam rahimnya sementara sang jantan mengadu mujur kelamin dan imaginasi mereka. Fenomena yang terjadi kadang membuat betina mengikis habis mental dan percaya diri, sampai tak sadar psikisnya sakit (hal ini terjadi ketika betina mengetahui seluk beluk permainan pejantan dan jika ia tidak tahu? Kasihan sekali). Jika ia tidak tahu ia akan melihat pejantannya seperti dewa yang gagah perkasa, pemberani, dan penuh wibawa sehingga ia rela membabukan dirinya.

Saking eratnya fenomena tersebut saya mengumpamakannya bak seorang sakau yang harus tidur bersama putaunya, makan dengan ayam goreng disertai cocolan sambal kokain yang pedas, pergi ditemani gadis-gadis semok yang disesali buntalan kokain dalam payudaranya, dan tidur bersama ganja dan janda. Sekedar mengkritisi dan mengamati celoteh gombal beserta ketakutannya terhadap betina tuanya yang membuncit yang ia sangkal dengan alasan yang sok jantan.

Sungguh Tuhan, pada pintu neraka ke berapa Engkau sediakan tempat bagi mereka ?!!!

Miris, pejantan-pejantan tua yang merasa dirinya masih merasa seperti raja, mereka lupa ketika malaikat-malaikatpun mengerjai mereka, menertawakan kekerdilan kemaluan yang bahkan lacur pun tak sudi, serta mendoakan agar mati dalam rajam.

Sayangnya Tuhan masih memberikan kelonggaran waktu untuk mengadu kemaluannya dan membiarkannya tertawa pingkal.

Sementara is belum sadar bahwa sosok tubuh yang buncit, pelupa, dan rautan-rautan keriput menandakan bahawa ia bukan lagi pejantan tangguh melainkan BUKAN Pejantan Tangguh yang menyedihkan.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun