Mohon tunggu...
Inosensius I. Sigaze
Inosensius I. Sigaze Mohon Tunggu... Membaca dunia dan berbagi

Mempelajari ilmu Filsafat dan Teologi, Politik, Pendidikan dan Dialog Budaya-Antaragama di Jerman, Founder of Suara Keheningan.org, Seelsorge und Sterbebegleitung dan Mitglied des Karmeliterordens der Provinz Indonesien | Email: inokarmel2023@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Generasi Bising di Era Sunyi yang Kian Dibutuhkan

14 Mei 2025   15:58 Diperbarui: 14 Mei 2025   23:18 292
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Generasi Bising di Era Sunyi yang Kian Dibutuhkan | Foto: Gua Maria Mageria-Dokumen pribadi oleh Ino Sigaze.

Kebisingan dunia tak terhindarkan, hingga menghempaskan nilai-nilai jauh dari kedalaman batin manusia. Padahal, manusia sesungguhnya sedang mencari sunyi, tempat ia bisa pulang ke pusaran jati dirinya | Ino Sigaze.

Pagi itu, langkah saya membawa pada lorong waktu yang tak asing: jalanan di depan sebuah sekolah. Puluhan anak, dari tingkat dasar hingga menengah atas, lalu-lalang; ada yang berjalan kaki, sebagian besar menunggang sepeda motor dengan laju yang tak selalu penuh kendali.

Mata saya terpaku pada dua remaja yang melaju beriringan. Salah satu dari mereka menjulurkan kaki, menapak knalpot motor di sebelahnya, seakan mengolok etika berkendara. Jalan yang hanya cukup untuk dua mobil itu kini seolah dilalui satu kendaraan besar: ego yang tak terbendung.

Denting suara knalpot yang menderu-deru seperti membelah keheningan pagi, memekakkan bukan hanya telinga, tapi juga batin. Ada suara protes dalam hati yang makin nyaring:
Mengapa anak-anak zaman ini seperti kehilangan arah? Mereka tak mengenakan helm, apalagi adab berkendara. Mereka seperti tak peduli pada keselamatan diri, apalagi orang lain.

Saya tercenung. Di mana letak kekeliruan ini? Apakah mereka tak mampu membedakan antara yang baik dan yang merusak? Apakah nilai dan pendidikan tak lagi menemukan ruang untuk meresap ke dalam kehidupan nyata mereka?

Dalam keheningan batin, nada-nada penghakiman mulai mengendap. Tapi justru di situlah, saya merasa berutang pada mereka. Apa yang telah saya-dan kita semua-lakukan untuk mereka? Apa yang masih bisa kita berikan?

Pemandangan semacam itu tak lagi asing. Ia bukan pengecualian, melainkan cermin dari kenyataan yang tersebar di berbagai sudut negeri. Perilaku remaja yang mencemaskan, kelakuan yang mencolok tapi kosong makna, menjadi catatan panjang yang patut mengusik perhatian banyak pihak.

Sebagai seorang yang berkarya di rumah retret, saya mencoba menawarkan sebersit ruang pemulihan-retret sekolah-sebagai wadah pembinaan, percakapan pribadi, dan refleksi batin. 

Sebuah jalan sunyi yang saya harap bisa menuntun mereka kembali pulang ke dalam diri.

Kebersamaan dan saling dukung antara orangtua, guru dan anak | Dokumen pribadi oleh Ino Sigaze.
Kebersamaan dan saling dukung antara orangtua, guru dan anak | Dokumen pribadi oleh Ino Sigaze.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun