Mari berpihak pada kehidupan dengan masuk dalam konteks sekolah cinta dari rumah kita masing-masing | Ino Sigaze.
Di tengah kepadatan penduduk Indonesia yang terus meningkat setiap tahun, bahaya premanisme semakin mengkhawatirkan masyarakat. Premanisme di negeri ini bahkan tampak menyerupai institusi yang diterima secara tidak resmi oleh pemerintah.Â
Hal ini disebabkan oleh peran ganda yang dimainkan preman: di satu sisi, mereka menciptakan rasa takut di tengah masyarakat, tetapi di sisi lain, mereka juga memiliki pengaruh sosial yang sistematis.
Negara belum sepenuhnya mengakomodasi keberadaan kelompok preman, dan mereka pun tidak memiliki hubungan resmi dengan aparat keamanan.Â
Padahal, dalam konteks keamanan dan ketertiban, setiap warga negara, termasuk kelompok mana pun, memiliki kewajiban yang sama untuk menjaga stabilitas bangsa.
Selain kelompok preman yang semakin sistematis, banyak individu yang beroperasi tanpa afiliasi yang jelas.Â
Mereka menguasai jalanan, mengorganisir parkiran, hingga terlibat dalam aksi-aksi yang tidak terpuji.Â
Kini, aksi premanisme tidak hanya terjadi di kota-kota besar tetapi juga telah merambah hingga ke pelosok desa, terutama dalam situasi pesta dan bencana. Kondisi ini semakin diperparah dengan konsumsi minuman keras yang menjadi bagian dari gaya hidup mereka.
Fenomena premanisme ini terkait erat dengan beberapa aspek mendasar berikut:
1. Premanisme dan Kualitas Pendidikan
Sebagian besar pelaku premanisme berasal dari latar belakang pendidikan yang rendah. Minimnya akses terhadap pendidikan berkualitas dapat memengaruhi pilihan hidup seseorang.Â